Amsal 23:17-19
Masa remaja disebut juga sebagai masa pubertas, masa ketika seseorang mengalami perubahan yang sangat besar di dalam seluruh aspek kehidupannya, baik tubuh, jiwa maupun roh. Di masa ini, tubuh berkembang sangat pesat dan cepat. Jiwa berubah dengan sangat drastis. Roh bisa sangat menyala-nyala. Jika tidak diperhatikan dengan baik dan tidak terjaga emosinya, akan berdampak buruk bagi kehidupan selanjutnya.
Dalam tradisi orang Yahudi, mereka dianggap mulai dewasa atau akil balik sekitar usia 12 tahun. Sebelumnya mereka belum mendapat kesempatan untuk ikut beribadah di Bait Suci di Yerusalem. Yang mereka lakukan, mereka diajar dengan sungguh-sungguh, baik di rumah maupun di sinagoge. Ketika berusia 12 tahun, barulah mereka mendapat kesempatan untuk pergi ke Yerusalem, ke Bait Suci, paling tidak tiga kali dalam satu tahu, yaitu pada saat Paskah, Pentakosta dan hari raya Pondok Daun.
Usia remaja adalah usia yang perlu pendampingan, baik dari orang tua, guru maupun gereja. Masa ketika manusia mencari jati diri, mencari sosok idola, masa ketika mereka memiliki perasaan-perasaan aneh yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Masa ketika mereka mengalami perubahan tubuh yang sangat drastis, terutama bagian-bagian seksualnya. Jika tidak didampingi, maka remaja akan mencari tahu sendiri. Masih mending jika mendapatkan informasi yang benar. Jika informasi yang didapat salah atau ada dalam komunitas yang salah, maka akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya.
Mengenai cinta atau kasih, tidak ada yang bisa membendungnya. Karena itu, remaja harus diajar dan diberi arahan atau informasi untuk memiliki kasih yang baik dan wajar. Tidak bisa dilarang karena hal itu manusiawi terjadi di semua remaja. Hanya saja mungkin tahapannya yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Latar belakang dan tingkat pertumbuhan yang berbeda juga mempengaruhi kondisi mereka, termasuk kondisi psikologisnya.
Dalam hal ini Tuhan memberikan prinsip untuk saling mengasihi secara eros (kasih antara laki-laki dan perempuan), yaitu sepadan dan seimbang. Sepadan di dalam Kejadian 2:18, Tuhan menjadikan penolong bagi Adam yang sepadan, yaitu Hawa. Sepadan bisa diartikan berlawanan jenis kelamin, bukan sesama jenis kelamin. Seimbang di dalam 2 Korintus 6:14, yaitu pasangan yang seiman. Lebih bagus lagi jika satu gereja, sehingga pendampingan dan pengawasan bisa dilakukan oleh gereja. Itu adalah syarat yang ada di dalam Alkitab, sedangkan yang lain Tuhan membebaskan kita. Tuhan memberikan kepada kita akal budi, kehendak bebas dan hati nurani untuk menentukan kriteria yang lainnya. Ini adalah prinsip utama yang harus ada di remaja, meskipun mungkin belum masuk ke tahap pacaran yang serius. Untuk pemuda yang sudah sangat serius, bisa dibaca renungan saya di sini
Prinsip lain untuk saling mengenal satu dengan yang lain supaya bisa mengasihi adalah memperhatikan unsur yang ada di dalam diri kita yaitu tubuh, jiwa dan roh. Penyatuan dan penyesuaiannya harus dimulai dari roh dulu, baru jiwa dan yang paling akhir adalah tubuh (ketika sudah menikah). Penyatuan dan penyesuaian roh adalah standar tertinggi untuk pasangan, yaitu seiman. Komitmen untuk berdoa bersama atau membaca firman bersama itu penting untuk menyamakan persepsi soal iman dan pengajaran. Yang kedua adalah jiwa, untuk mengetahui latar belakang, kebiasaan, hobi, kesukaan, perilaku dan hal-hal lain yang bersifat psikologis. Pergaulan juga perlu diperhatikan, baik pergaulan dalam kehidupan nyata maupun melalui sosial media. Yang terakhir baru fisik, soal kecantikan atau kegantengan, penyakit dan lain-lain yang berhubungan dengan tubuh.
Sadar atau tidak sadar, bagian ini (cinta dan kasih) juga akan menentukan masa depan seseorang. Salah melangkah di usia remaja atau pemuda, maka masa depan kita akan lebih suram dan mengerikan. Tetapi jika tepat dalam melangkah dan merencanakan segala sesuatu, maka masa depan kita akan penuh dengan kebahagiaan, tentunya yang berasal dari Tuhan.
Views: 1834