2 Korintus 4:1-15
Makanan yang tawar itu tidak enak dan tidak bisa dinikmati oleh lidah. Makanan yang tawar, tidak memiliki rasa. Tidak asin, tidak manis, tidak asam, bahkan juga tidak pahit. Makanan terasa hambar, tidak ada yang bisa diceritakan. Tawar hati sering disebut sebagai patah hati, putus asa, cemas, takut atau hancur. Hatinya sedang tidak fokus. Kekecewaan yang tidak bisa dihindari bisa membuat orang tawar hati.
Mungkin kita pernah merasakan hal tersebut. Kita sering kehilangan “rasa” di dalam kehidupan ini. Kehilangan semangat untuk melakukan banyak hal, termasuk untuk hidup di dalam Tuhan dan pelayanan. Beberapa penyebabnya harus kita ketahui dan sadari. Rutinitas bisa menghasilkan kebosanan dan kejenuhan. Kekecewaan karena harapan atau keinginan yang tidak terpenuhi, membuat kita tidak lagi antusias. Semangat mulai kendor dan tidak memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu.
Paulus menyadari bahwa hal itu bisa terjadi dalam dirinya. Paulus adalah orang yang paling semangat dalam melayani Tuhan dan memberitakan Injil. Dia berkeliling ke berbagai daerah, melalui perjalanan darat maupun air. Tanpa lelah dia memberitakan Injil dan bersaksi. Seringkali dia juga mendapatkan penolakan, terutama dari kalangan orang-orang Yahudi. Paulus juga bertemu dengan orang-orang yang sepertinya bersemangat untuk memberitakan Injil, tetapi ternyata mereka telah memalsukan berita Injil untuk kepentingan mereka sendiri. Jika Paulus tidak memiliki semangat dan tawar hati, maka dia tidak akan bisa menyelesaikan tugas misi penginjilannya.
Yang menjadi kekuatan bagi Paulus untuk tetap bersemangat memberitakan Injil dan melawani Tuhan adalah karena ia tahu persis siapa yang ia beritakan. Jika kita sadar akan kebaikan dan kasih Yesus Kristus, maka kita juga tidak memiliki alasan untuk tawar hati. Kekuatan dan semangat untuk melayani, sebaiknya berasal dari Tuhan, bukan dari manusia. Karena jika semangat pemberitaan Injil dan pelayanan itu berasal dari manusia, maka kita akan mudah kecewa dan akhirnya tawar hati. Orang yang mengharapkan pujian dari manusia, tidak akan tahan dalam pelayanan dan pemberitaan Injil. Pelayanan dan pemberitaan Injil bisa ditolak oleh manusia, termasuk oleh orang-orang yang mengaku sudah percaya kepada Yesus.
Paulus tahu apa yang dia kerjakan. Dia tahu siapa yang dia layani. Itulah yang menjadi kekuatan baginya untuk terus bersemangat. Hal itulah yang membuat Paulus tidak mudah tawar hati dalam melakukan tanggung jawabnya. Kekuatan dan pertolongan Tuhan seperti terang yang terbit sehabis gelap. Ada pengharapan di dalam Tuhan, yang meneguhkan dia. Beberapa kali dia sepertinya ditinggalkan dan dibiarkan oleh Tuhan. Tetapi dia tahu persis siapa Tuhan yang ia sembah, sehingga ia tidak kecewa kepada Tuhan dan menuntut berkat serta pertolongan-Nya.
Jika kita membaca di ayat 7-12, Paulus selalu dikejar-kejar oleh maut, penyiksaan dan kebinasaan. Itu semua tidak membuat dia menyerah dan tawar hati. Kehidupannya sepenuhnya dipersembahkan kepada Tuhan, karena dia merasa berhutang kepada Tuhan. Hutang itu tidak akan bisa dibayar lunas oleh Paulus, sehingga dia melakukan apa saja untuk memuliakan nama Tuhan tanpa lelah. Hari-hari ini mudah bisa kita lihat bahwa banyak orang memanfaatkan Injil untuk kepentingan mereka. Mereka memberitakan Injil dan melayani, karena ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain. Itu jarang didapatkan oleh Paulus. Yang sering ia dapatkan adalah penolakan dan penganiayaan.
Kita mungkin pernah merasakan tawar hati, dalam pelayanan atau dalam kehidupan kita. Sepertinya sudah tidak ada semangat untuk melayani, bahkan semangat untuk hidup di dunia ini. Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tawar hati, jika kita mengerti betul mengapa kita melayani Tuhan dan hidup di dunia ini. Jika kita tawar hati hanya karena hal-hal sepele, maka sebenarnya celakalah kita. Orang Kristen yang mudah tawar hati adalah orang Kristen yang tidak sadar bahwa dirinya adalah pengikut Kristus.
Views: 10