Posisi Orang Percaya (Tradisi dan Negara)

Kejadian 12:1-9; Roma 13:1-7

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Karena itu Adam diciptakan, lengkap dengan penolong yang sepadan. Manusia membentuk komunitas, mulai dari keluarga dan membentuk masyarakat yang lebih luas. Tuhan memberikan tatanan dasar terhadap kehidupan sosial manusia, selanjutnya manusia yang diberikan kecerdasan dan kehendak bebas, membuat tatanan-tatanan lain sesuai dengan keperluan komunitas yang ada.

Kehidupan manusia semakin berkembang, tetapi perkembangannya mengarah pada hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Di setiap generasi yang dicatat di dalam Alkitab, orang benar tidak pernah banyak. Sampai pada zaman Nuh, hanya Nuh dan keluarga yang dinyatakan benar oleh Tuhan, dari jutaan bahkan mungkin milyaran orang pada waktu itu. Yang lain, hidup sesuka hati, tidak sesuai dengan perkenanan Tuhan.

Setelah air bah, keadaan tidak berubah banyak. Orang yang percaya kepada Tuhan sangat sedikit dan selalu menjadi minoritas. Manusia dipaksa menyebar ke seluruh muka bumi, ketika Tuhan mengacaukan bahasa manusia, pada saat peristiwa pembuatan menara Babel. Mulai saat itu, manusia berkembang semakin beragam, karena dipisahkan dengan bahasa. Mereka membangun tatanan, tradisi, adat istiadat, serta kebudayaan mereka. Sebagian besar bangsa memiliki budaya yang sama, yaitu mengakui ada “Yang Ilahi”, yang tidak kelihatan dan berkuasa. Mereka menamainya bermacam-macam dan melakukan ritual-ritual tertentu untuk menyembahnya.

Pada waktu itu, Abraham dinilai oleh Tuhan sebagai orang benar dan menjadi bapa semua orang beriman. Abraham harus dikeluarkan dan dipisahkan dari keluarganya, supaya Ia membentuk satu bangsa lain, yang akhirnya menyebut nama Tuhan dan menyembah Tuhan. Abraham memulai komunitas orang percaya, diturunkan sampai Ishak dan Yakub. Di sekitar mereka, sudah banyak tradisi dan budaya yang muncul, yang sebagian besar dan bahkan semuanya, tidak memuliakan Tuhan.

Hari-hari ini kita merayakan Imlek dan tidak bisa dipungkiri bahwa China dan keturunanya memiliki peradaban yang cukup lama dan mempengaruhi banyak bangsa di dunia ini. Berbagai macam hal di dalam kehidupan kita dipengaruhi oleh mereka: pengajaran, kebiasaan, pakaian, makanan, desain rumah, dll. Jika kita sudah menjadi orang percaya, maka kita dituntut untuk berhikmat. Kita tidak perlu meninggalkan identitas sebagai suku tertentu, karena memang tidak bisa. Kita tinggal menilai semua yang ada. Jika itu tidak bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan, maka masih bisa kita lakukan. Jika bertentangan, sebaiknya kita tinggalkan. Di dunia ini, dari suku mana pun, tidak ada budaya yang bersih dari pengaruh Iblis.

Yang kedua, sebagai makhluk sosial, kita juga hidup dalam suatu negara. Sebentar lagi kita akan melaksanakan pesta rakyat, pesta besar yang disebut dengan pesta demokrasi. Kita memiliki hak untuk memilih pemimpin bangsa ini dan memilih wakil rakyat di parlemen. Kondisi cukup panas. Bisa saja terjadi gesekan, bahkan di antara sesama kita, orang percaya, karena perbedaan pilihan.

Kita sebagai salah satu gereja Mennonite, tidak diperbolehkan untuk mencampuradukkan urusan gereja dengan pemerintah atau negara. Di lihat dari sejarah, nenek moyang orang-orang Mennonite adalah yang paling menderita, karena persoalan pencampuran gereja dengan negara. Yesus sendiri memisahkan dua hal ini. Di dalam Matius 22:21, Yesus menegaskan, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Tuhan apa yang wajik kamu berikan kepada Tuhan.”

Sebagai warga jemaat, kita melaksanakan kehidupan rohani kita sebaik-baiknya. Selain sebagai warga jemaat, kita juga menjadi warga negara Indonesia. Kita harus bisa memisahkan hal itu, karena memang kepentingannya berbeda. Ketika kita diperhadapkan untuk memilih pemimpin bangsa dan wakil rakyat, pelajarilah semua calon dengan sebaik-baiknya. Minta hikmat dari Tuhan dan berdoalah sebelum memilih. Siapapun pilihan kita, itu adalah hak kita. Tidak memilih termasuk salah satu pilihan. Tetapi lebih baik gunakan hak kita dengan sebaik-baiknya.

Siapapun pilihan kita, janganlah merusak persaudaraan Kristen yang selama ini telah kita bangun. Beda pendapat dan beda pilihan itu biasa di negara demokrasi. Siapapun presidennya, tetap saja kita harus bekerja keras untuk bisa mendapatkan penghasilan. Siapapun wakil rakyatnya, gereja tetap harus berjuang untuk memberitakan Injil, di bumi Indonesia ini. Sebagai orang percaya, kita wajib mendukung pembangunan bersama bagi negeri yang kita cintai ini, Indonesia.

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top