Pengorbanan Tanpa Syarat

Lukas 23:33-35

*****
33-Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. 34-Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. 35-Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.”
*****

Hari ini kita mengingat kembali akan peristiwa Kematian Yesus Kristus. Istilah Jumat Agung (Great atau Good Friday) sebenarnya kurang tepat, karena semua hari tidak ada yang agung atau besar atau melebihi hari-hari yang lain. Di Perjanjian Lama, memang ada hari yang dikhususkan untuk Tuhan, yaitu hari Sabat. Tetapi setelah Yesus Kristus datang ke dunia, Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat dan semua hari. Yang agung bukan Jumat-nya, tetapi Tuhan Yesus Kristus.

Semakin hari, manusia semakin egois. Segala sesuatu berpusat pada diri sendiri. Banyak orang membangun citra diri dengan bantuan media sosial, dengan berbagai tujuan dan kepentingan. Pengorbanan tidak menjadi hal yang menarik. Apalagi pengorbanan adalah tindakan yang dilakukan untuk menguntungkan orang lain. Pengajaran tentang pengorbanan bukanlah pengajaran yang nyaman untuk didengarkan. Orang akan lebih memilih mendengarkan pengajaran soal berkat, cara supaya diberkati, cara supaya sukses, cara supaya sembuh, cara supaya bahagia tujuh turunan, dan sejenisnya.

Ada orang yang berkorban dengan terpaksa, ada juga yang dipaksa, ada juga yang berkorban dengan sukarela. Memang lebih mudah berkorban bagi orang yang kita cintai atau bagi orang yang memiliki potensi untuk membalas pengorbanan kita. Yesus Kristus datang ke dunia untuk berkorban bagi semua orang, baik yang mengasihi Dia maupun yang tidak mengasihi Dia. Dia bahkan berkorban untuk orang-orang yang menyangkal serta menganiaya dan membunuh-Nya. Dia berkorban untuk orang-orang yang tidak akan mampu untuk membalas kasih-Nya.

Yesus sedang mengerjakan perkataan-Nya sendiri. Di dalam Matius 5:45-46 dikatakan, “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di Surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?”

Peristiwa penyaliban Yesus disaksikan oleh banyak orang. Penyaliban Yesus penuh dengan ketidakadilan. Pilatus dan Herodes tidak menemukan kesalahan sedikitpun yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi orang Yahudi yang sangat banyak, karena mereka berkumpul dari berbagai negara untuk merayakan Paskah, mereka semua menuntut supaya Yesus disalibkan. Yesus yang tidak ditemukan kesalahan, tetapi dinyatakan bersalah. Dia dihukum tanpa diadili dan hukumannya tidak manusiawi. Yesus benar-benar disiksa dan dipermalukan, bahkan melebihi dua penjahat yang lain, yang sama-sama mau disalibkan.

Dalam keadaan seperti itu, Dia masih bisa berkata, “Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang sedang mereka perbuat.” Ini adalah perkataan atau permohonan yang sangat sulit untuk diucapkan, bahkan dalam keadaan yang lebih beruntung daripada keadaan Yesus pada saat itu. Makin sulit lagi jika hati kita sedang dipenuhi dengan dendam, amarah dan sakit hati. Perkataan ini hanya bisa diucapkan dari hati yang suci dan murni. Perkataan tersebut menggambarkan kebesaran dan kemurnian hati Yesus. Bahkan Yesus mengatakan itu dalam posisi kuat. Artinya, jika Yesus memutuskan untuk membalas perbuatan orang-orang itu, Dia bisa lakukan. Tetapi Dia memilih tidak melakukan.

Pengorbanan Yesus itu tanpa syarat dan seringkali sulit untuk dimengerti oleh akal pikiran manusia. Pengorbanan Yesus bisa saja membuat orang-orang yang sok suci dan merasa lebih rohani, mereka menjadi cemburu. Ini bentuk kasih Tuhan, yaitu kasih agape. Orang Farisi seringkali marah ketika Yesus menyatakan dosa orang lain diampuni. Perumpamaan mengenai anak bungsu bisa menjelaskan semua itu. Anak sulung iri dengan anak bungsu. Bahkan seringkali banyak orang Kristen memilih untuk bersikap seperti anak sulung.

Link LitPer

Views: 6

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top