Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?

Mazmur 22:1-6

Mungkin kita pernah merasakan bahwa Tuhan terasa sangat dekat ketika kita sedang dalam kondisi yang baik-baik saja, tetapi Tuhan terasa sangat jauh ketika kita dalam kesulitan atau kondisi terdesak. Pada saat kita sedang membutuhkan Dia, justru sepertinya Tuhan susah untuk ditemui, diam dan tidak ada pertolongan apapun.

Jika kita membaca di dalam Alkitab, kita juga bisa melihat bahwa para tokoh Alkitab juga mengalami hal yang sama. Salah satunya adalah Daud. Dia sudah menjadi raja Israel, tetapi kehidupannya seperti seorang pemberontak. Dia dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh. Daud terpaksa melarikan diri, mencari tempat persembunyian supaya tidak dibunuh oleh Saul. Dalam kondisi seperti itu, Daud mengalami kecemasan yang sangat luar biasa. Pada saat dia sudah sangat terjepit dan frustrasi, dia berseru kepada Tuhan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Tokoh lain adalah Ayub, dia adalah seorang yang sangat kaya raya. Ayub adalah orang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Suatu kali musibah datang menimpa Ayub secara beruntun dan dalam sekejap keadaannya menjadi sangat menderita. Pada saat kondisi yang sangat terpuruk ini, Ayub mencari Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya, tetapi sepertinya Tuhan menjauh. Di dalam Ayub 23:8-9 dikatakan, “Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Ayub merasa kehilangan Tuhan justru pada saat dia sangat membutuhkan Tuhan.

Kalau kita membaca kisah-kisah di atas dengan lengkap, sebenarnya Tuhan tidak membiarkan mereka. Tuhan sebenarnya menyertai Daud maupun Ayub, tetapi pada saat-saat tertentu yang menurut Tuhan adalah saat yang tepat. Kitab Ester tidak disebut sama sekali nama Tuhan. Tetapi bukan berarti Tuhan tidak hadir pada zaman itu. Tuhan menyertai Ester dan orang-orang Yahudi yang sedang terjepit, meskipun tidak disebutkan dan dinampakkan nama Tuhan di sana.

Pernyataan Tuhan dalam wujud yang tertinggi adalah kedatangan Tuhan Yesus sebagai manusia. Pada saat itulah Tuhan sedang melawat umat-Nya. Kasih-Nya yang terbesar ditunjukkan oleh Tuhan Yesus ketika Dia naik di kayu salib dan mengorbankan nyawa-Nya untuk kita. Yesus melakukan itu supaya kita yang berdosa tidak dihukum oleh Tuhan. Penyaliban Yesus adalah peristiwa substitusi atau pergantian. Seharusnya kita yang dihukum, tetapi Tuhan Yesus menggantikan kita. Di satu sisi Tuhan itu maha adil, sehingga Dia harus menghukum orang yang bersalah. Tapi di sisi lain, Tuhan juga maha kasih, sehingga Dia rela menggantikan kita untuk dihukum.

Pada saat Yesus ada di kayu salib, para murid meninggalkan Dia. Orang-orang yang selama ini mengikuti Yesus dan mendengarkan pengajaran-Nya, berbalik mencaci maki Dia. Pada saat itu, justru Bapa di sorga meninggalkan Dia. Pada saat kondisi yang sangat kritis tersebut, Yesus berseru kepada Bapa, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Sebenarnya Yesus adalah satu pribadi yang tidak bisa ditinggalkan oleh Bapa. Manusialah yang seharusnya ditinggalkan oleh Bapa, karena manusia yang sudah berdosa dan memberontak kepada Tuhan. Yesus adalah manusia yang tidak berdosa, tetapi justru Dia yang ditinggalkan oleh Bapa, supaya kita tidak ditinggalkan oleh Bapa. Ini bukti penyertaan Tuhan atas kita, sampai Bapa rela meninggalkan Anak-Nya untuk kita.

Dari peristiwa inilah kita seharusnya tidak ragu akan penyertaan Tuhan. Mari kita baca Roma 8:34-39. Jika kita percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan, yang ada di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Lalu dimanakah Tuhan ketika kita sedang mengalami penderitaan? Apakah Tuhan sengaja mengulur-ulur waktu untuk menolong kita? Tidak ada seorang pun yang tahu tentang waktu Tuhan. Yesaya 55:8-9 mengatakan, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Ayat ini menggambarkan bahwa Tuhan tidak pernah bertindak dengan sembarangan dan asal-asalan. Dia mempunyai rancangan dalam melakukan sesuatu.

Janji tentang Juruselamat yang dijanjikan oleh Tuhan kepada Adam, digenapi setelah ribuan tahun. Selama itu banyak manusia yang binasa karena dosa. Mungkin kita bisa berpikir lebih praktis, dengan berkata, “kalau aku jadi Tuhan, maka…..” Banyak orang yang berpikir bahwa dia lebih berhikmat dan lebih bijaksana dari Tuhan. Yang harus kita sadari bahwa Tuhan memiliki waktu-Nya sendiri yang tidak seorang pun tahu. Galatia 4:4 mengatakan, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” Tidak ada seorang pun yang mengetahui rencana dan pikiran Tuhan (Roma 11:33-35).

Tidak ada jalan lain. Apapun yang terjadi pada kita, ketika kita sudah berusaha untuk menyelesaikannya dan sepertinya tidak selesai, maka berserahlah kepada Tuhan tanpa meninggalkan Dia. Baik atau buruk keadaan kita, jangan pernah melepaskan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Kita bisa belajar dari Daniel 3:17-18, “Jika Allah kami yang kamu puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganm, ya raja, tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Mari belajar meneguhkan iman kita dalam keadaan apapun, karena harga yang Yesus sudah berikan sangatlah mahal.

Views: 7

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top