1 Korintus 16:22
Maranata (maranatha) merupakan ungkapan dari bahasa Aram yang ditranslasi di dalam Alkitab, tanpa keterangan lebih jelas. Kata ini ditranslasikan langsung dari bahasa Aram ke bahasa Yunani. Arti kata maranata adalah “Tuhan kami, datanglah!” Ungkapan ini menjadi pengharapan besar dan kerinduan hati dari orang Kristen abad pertama. Janji dan pengharapan ini muncul juga di dalam Wahyu 22:20, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: Ya Aku datang segera! Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”
Zaman sekarang, banyak orang yang takut dengan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali (sebut saja kiamat). Ketakutan itu terjadi karena kematian dan kiamat adalah misteri. Tidak ada orang yang bisa mengetahui dengan pasti. Meskipun Alkitab sudah menyatakan banyak hal tentang peristiwa akhir zaman ini, tetapi tetap saja tidak bisa menghilangkan ketakutan tersebut. Orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus juga takut dengan akhir zaman, karena mereka tidak memiliki pengharapan sama sekali.
Ketakutan yang lain terjadi karena saat ini dunia tidak sedang dalam kondisi penganiayaan. Hal ini berbeda dengan kehidupan yang terjadi pada masa awal kekristenan terbentuk. Orang Kristen pada waktu itu mengalami berbagai penganiayaan, baik dari orang-orang Yahudi maupun dari pemerintahan kekaisaran Romawi. Hidup yang sulit, yang dialami oleh orang-orang Kristen abad pertama, membuat mereka memilih untuk berharap Tuhan Yesus segera datang untuk menyelamatkan mereka, untuk membebaskan mereka dari penganiayaan tersebut.
Di dalam kehidupan kekristenan mula-mula, sapaan ‘maranata’ lebih banyak dipakai, menggantikan kata ‘syalom’. Pada waktu itu, orang-orang Kristen memang tidak bisa merasakan dan mengalami ‘syalom’ (damai sejahtera) di bumi. Orang Kristen tahu bahwa tidak akan ada damai yang sejati. Damai yang sejati itu akan hadir ketika Tuhan Yesus datang kembali ke dunia untuk mendirikan kerajaan-Nya.
Sebelum menulis ‘maranata’ di ayat tersebut, Paulus dalam surat kepada jemaat di Korintus mengatakan bahwa orang-orang yang tidak mengasihi Tuhan adalah orang yang terkutuk. Kata ‘kutuk’ ini berasal dari bahasa Yunani ‘anathema’ atau dalam bahasa Ibrani ‘kherem’. Pengertian ‘anathema’ sebenarnya adalah ‘sesuatu atau seseorang’ yang dipersembahkan di Bait Suci, karena janji atau nazar. Ketika ada seseorang yang membawa persembahan penebusan salah atau pengampunan dosa kepada Tuhan, persembahan dalam bentuk kurban itu yang akan tertimpa kutuk, menggantikan orang yang mengurbankan persembahan itu.
Jika orang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, maka kutuk (maut) itu sudah digantikan oleh Yesus Kristus di kayu salib. Jiak orang tersebut tidak bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, maka ia akan menjadi kutuk (kurban) bagi dirinya sendiri. Paulus pernah mau menjadi terkutuk dan terpisah dengan Kristus demi saudara sebangsanya secara jasmani (Roma 9:3). Musa juga pernah melakukan hal yang sama, lebih baik namanya dihapus dari kitab kehidupan demi bangsa Israel (Kel 32:32). Tetapi Tuhan tidak pernah mengizinkan hal itu terjadi pada mereka. Tanggungan kutuk itu sangat berat.
Dalam kondisi di dalam kutuk, di atas kayu salib, Yesus pernah mengalami keterpisahan dengan Bapa, sehingga Ia berseru ‘Eloi Eloi, lama sabakhtani’. Keadaanya sangat mengerikan. Kita tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada kita. Karena itu, maranata adalah harapan. Jika kita masih takut dengan kedatangan Tuhan, berarti memang kita tidak memiliki pengharapan. Jika demikian, yang ada hanyalah kutuk yang mengerikan.
Selama masih ada kesempatan, baik-baiklah di bumi ini. Percaya saja kepada Yesus Kristus. Tidak usah cari-cari masalah, karena tanpa dicari pun, masalah itu akan datang dengan sendirinya. Fokus utama kita seharusnya adalah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus. Tidak perlu sibuk menyambut natal dengan cara-cara duniawi, karena Tuhan Yesus toh sudah lahir ke dunia. Seharusnya kita mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali. Maranatha!
Views: 7