Roma 12:6-21
Kasih karunia yang ditulis di ayat 6 merupakan keinginan atau kecenderungan batin (kesanggupan) yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang di dalam jemaat untuk membangun umat Allah dan mengungkapkan kasih Alah kepada orang lain. Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk berada di tengah-tengah lingkungan kita yang “bengkok” dan banyak terjadi kekerasan. Apa yang seharusnya kita lakukan? Paling tidak ada 4 hal yang harus kita lakukan:
- Bersaksi sesuai dengan karunia (ayat 6-8). Tuhan melengkapi kita dengan karunia supaya bisa memberitakan dan menyaksikan kasih Tuhan. Kesaksian tersebut dalam bentuk perilaku sehari-hari, berdasarkan karunia yang ada pada kita. Karunia bernubuat masih ada pada saat itu, karena pewahyuan masih berlangsung. Untuk saat ini, karunia yang ada pada kita antara lain: melayani, mengajar dan menasihati. Apapun yang kita lakukan, seharusnya menjadi berkat bagi banyak orang, terutama orang-orang yang ada di sekitar kita. Itulah gambaran sebagai “surat Kristus yang terbuka” yang bisa dibaca oleh semua orang.
- Bersaksi dengan kasih (ayat 9-10). Jika kasih tidak dipraktekkan dalam hidup, maka orang akan memandang rendah orang lain. Seseorang yang memberitakan dan menyaksikan kasih Tuhan melalui hidupnya, harus dengan kasih. Seorang pengajar yang mengajar tanpa kasih, akan menjadi sombong karena merasa banyak orang yang memperhatikannya. Kesaksian-kesaksian hidup kita, terutama dalam bentuk cerita, sangat berbahaya jika diceritakan tanpa kasih. Manusia mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan cerita, supaya pendengarnya tertarik.
- Bersaksi dengan semangat (ayat 11). Semangat tidak terjadi secara otomatis. Semangat perlu dibentuk. Orang yang bersemangat akan lebih produktif. Terlebih jika kita sadar bahwa Tuhan turut bekerja membentuk kita melalui karunia rohani. Yang perlu kita sadari, jika kita bersemangat, haruslah semangat yang berpengertian. Karena ada semangat yang tanpa pengertian, sehingga tujuannya tidak memuliakan Tuhan. Sebenarnya ada banyak orang Kristen yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar, tetapi untuk kesenangan pribadi. Justu hal tersebut tidak menjadi kesaksian bagi orang lain.
- Bersaksi dengan sukacita (ayat 12-21). Bersukacita, menunjukkan semangat dan ketekunan di dalam doa. Tidak boleh dingin, tidak boleh merasa jemu, tetapi tetap bersukacita dalam pengharapan. Apa yang kita lakukan, apa yang kita kerjakan, bagaimana sikap kita, tutur kata dan tindak tanduk kita, semuanya itu mencerminkan sikap kita kepada Tuhan, yang kita sembah. Karena itulah, semuanya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara demikian, orang lain akan melihat kasih Tuhan dalam hidup kita, sehingga mereka ditarik datang kepada Yesus Kristus.
Karena itulah kita diutus, untuk bersaksi sesuai dengan karunia yang ada pada kita. Sadari dulu, karunia apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Kita tidak bisa melakukan apa-apa jika kita belum sadar akan karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Mari kita belajar untuk mempraktekkannya.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 47