Markus 10:13-16
Kerajaan Allah yang diperkenalkan Yesus sangat berbeda dengan apa yang dipikirkan atau diharapkan oleh orang-orang Yahudi pada waktu itu. Mereka sedang menanti-nantikan Sang Mesias, yang diharapkan bisa membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Di satu sisi, mereka ingin bebas dari penjajahan Romawi, tetapi di sisi lain mereka juga sudah nyaman dengan keadaan seperti itu. Bisa dibuktikan dari para petinggi-petinggi Yahudi, yaitu para imam kepala,orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang menikmati kehidupan mereka dengan cara menindas orang-orang Yahudi melalui praktik-praktik keagamaan yang rumit.
Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan kebenarannya. Dia tidak mempunyai pengikut yang banyak, yang siap untuk mengawal-Nya seperti kerajaan-kerajaan pada umumnya. Para murid dan orang-orang yang mengikuti-Nya bukan orang yang berkuasa. Mereka tidak mampu melakukan apa-apa ketika Yesus ditangkap untuk disalibkan. Kerajaan Allah yang diperkenalkan oleh Yesus bukan hal yang jasmani, tetapi hal yang rohani. Karena itu, ketika ditanya oleh Pilatus, Tuhan Yesus menjawab bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini.
Hampir semua pengajaran Yesus adalah tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah diumpamakan dalam berbagai macam hal. Yesus mengajarkan semuanya itu melalui banyak perumpamaan. Kerajaan Allah lebih berbicara tentang orang dan tatanan yang baru, bukan tentang siapa yang berkuasa dan siapa yang dikuasai. Hal itu juga akan terlihat di dalam keluarga. Keluarga yang sesuai dengan kehendak Tuhan bukan tentang orang yang saling menguasai, tetapi tentang tatanan hidup yang saling melengkapi satu dengan yang lain sesuai dengan porsinya.
Di ayat yang sudah kita baca, Tuhan Yesus memarahi para murid yang menghalang-halangi anak-anak datang kepada Yesus. Tuhan Yesus mengatakan dengan tegas bahwa anak-anak itulah yang empunya Kerajaan Allah. Yesus melanjutkan perkataan-Nya, “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Setelah itu Tuhan Yesus memeluk anak-anak itu, meletakkan tangan-Nya atas mereka dan memberkati mereka. Inilah gambaran Kerajaan Allah, yang sangat berbeda dengan kerajaan-kerajaan atau pemerintahan dunia yang ada.
Anak-anak kecil atau orang-orang yang lemah dijadikan gambaran tentang siapa yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mereka bukanlah orang-orang yang punya otoritas atau kekuasaan di dunia. Mereka adalah orang-orang yang lemah, yang tidak mempunyai kekuasaan apapun, tetapi mau percaya dan setia kepada Yesus. Untuk memahami semuanya ini, para murid perlu belajar terus menerus, karena apa yang disampaikan dan diperkenalkan oleh Yesus sangat berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh kebanyakan orang. Apa yang dikerjakan oleh Yesus pun di luar pemikiran kebanyakan orang.
Dalam membangun keluarga, tidak diperlukan orang-orang yang hebat secara duniawi. Keluarga bisa terbangun dengan baik ketika setiap anggotanya bisa menyadari mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari kelebihan dan kekurangan yang disadari itulah, mereka membangun keluarga dengan cara saling menguatkan dan saling menopang. Keluarga akan hancur ketika ada salah satu dari anggotanya mulai menampakkan kekuasaan atau otoritasnya. Seharusnya, di situasi pandemi seperti ini, keluarga semakin saling menguatkan dan menopang satu dengan yang lain. Bukan malah saling menyalahkan atau saling mencari kesalahan. Yang paling tahu siapa pasangan kita, siapa anak kita, siapa orang tua kita, adalah kita sendiri, bukan orang lain. Jika salah satu anggota keluarga mengalami kelemahan, kitalah yang seharusnya menolong dan menguatkan mereka, bukan malah menceritakan kelemahan mereka kepada orang lain yang bukan keluarga kita. Anggota keluarga yang mengalami kelemahan harus dikuatkan supaya keluarga itu tetap kuat. Karena bisa jadi suatu saat, ganti kita yang lemah dan perlu dikuatkan.
Kerajaan Allah di dalam keluarga dimulai dari kehidupan yang baru atau pertobatan. Orang yang belum bertobat akan susah untuk memahami tentang Kerajaan Allah. Orang-orang yang memiliki kehidupan baru itulah yang bisa berkumpul, bersatu hati untuk membentuk keluarga, yang akhirnya disebut sebagai keluarga Kristen atau keluarga di dalam Yesus Kristus. Mereka mengikat janji di dalam Yesus Kristus. Jika ada yang terjatuh atau terhilang, bangkitlah, pulanglah dan kembalilah. Dan yang di dalam rumah, terimalah dia kembali dan rayakanlah itu, seperti kisah anak bungsu yang hilang atau kisah domba serta dirham yang hilang. Jika tetap terpuruk dan hilang, maka kita tidak hanya kehilangan keluarga, tetapi juga akan kehilangan Kerajaan Allah.
Di dalam keluarga, ingatlah terus firman Tuhan. Itulah yang harus menjadi dasar bagi keluarga kita, bukan yang lain. Jangan pernah mendasari kehidupan keluarga hanya kepada harta atau cinta, karena semuanya itu adalah dasar pasir. Bangunlah keluarga dengan iman di dalam Yesus. Suami istri harus saling mengingatkan dalam hal ini, demikian juga dengan anak-anak jika tahu bahwa orang tua mereka sudah tidak lagi mendasarkan kehidupan keluarganya dengan firman Tuhan. Jangan mencoba mengejar kesuksesan duniawi sampai dasar kita berubah, tapi carilah dan kejarlah Kerajaan Allah dan kebenarannya. Kekayaan yang tidak didasari dengan kebenaran hanya akan menambah konflik dalam keluarga. Pengajaran yang baik bagi anak-anak kita adalah hidup benar, bukan hidup sukses duniawi.
Di dalam keluarga, kita juga harus mempraktekkan kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kasih dan pengampunan kita berikan tanpa batas. Keluarga adalah tempat pertama untuk berbagi kasih dan pengampunan. Kita tidak akan pernah luput dari kesalahan. Ketika kita bersalah, maka kita harus belajar untuk mengakui kesalahan itu serta meminta maaf dan ampun. Kita yang tidak bersalah harus siap untuk mengasihi dan mengampuni orang yang bersalah tersebut. Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan dendam, termasuk kepada orang-orang yang telah membuat kita sangat menderita. Memang itu tidak mudah, tetapi bisa karena Tuhan sudah memberikan contoh nyata kepada kita. Itu harus mungkin dan bisa dilakukan, terutama di dalam keluarga.
Jika kita melakukan semua, minimal dalam keluarga, maka kita akan menghasilkan buah. Kita bisa melihat buah itu, tetapi orang-orang di sekitar kitalah yang menikmatinya. Orang lain akan melihat bahwa keluarga kita menjadi miniatur Kerajaan Allah.
Views: 103