Ishak: Berkat Bagi Yang Cinta Damai

Kejadian 26:12-33

Kehidupan Ishak hampir sama dengan kehidupan Abraham. Mereka hidup dengan berpindah-pindah, terutama untuk mencari makanan bagi keluarga serta ternaknya. Perilaku Ishak pun hampir sama dengan Abraham. Baik Abraham maupun Ishak pernah tidak mengakui istrinya dihadapan orang lain. Dengan kehidupan yang berpindah-pindah ini, mereka dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru setiap saat.

Di ayat yang kita baca, dikisahkan tentang kesepakatan damai antara Ishak dan Abimelekh (ayat 28-31). Pada waktu itu Ishak menjadi orang yang sangat berhasil di tanah Filistin. Penduduk lokal iri terhadap keberhasilah Ishak, sehingga Abimelekh (raja orang Filistin) meminta Ishak untuk pergi dari tempat itu. Hal itu dilakukan oleh Abimelekh untuk menghindari terjadinya keributan. Tercatat ada empat kali Ishak berpindah tempat, yaitu: Esek, Sitna, Rehobot dan Bersyeba. Tetapi pada akhirnya Abimelekh mengakui kesalahannya dan mengajak Ishak berdamai.

Ketika di tanah Filistin, Ishak mendapatkan hak istimewa dari Abimelekh, untuk tinggal dan hidup di Gerar. Keberhasilan Ishak membuat penduduk lokal membenci Ishak dan berusaha merusak tempat usaha Ishak. Sumur-sumur ditimbun dengan tanah (ayat 15), sebagai tanda kebencian dan pengusiran terhadap Ishak dari daerah Filistin. Ishak adalah salah satu contoh pendatang atau perantau yang sukses karena kerja keras dan berkat Tuhan. Tetapi penduduk lokal iri dengan keberhasilan itu, sehingga mencoba untuk menghambat pekerjaan Ishak. Akhirnya Ishak mengalah dan berpindah tempat. Tetapi semangat Ishak tetap sama, yaitu bekerja keras. Meskipun ia diusir, tetapi ia tetap bersedia berdamai dengan orang-orang yang memusuhinya.

Ada beberapa sifat Ishak yang perlu kita ketahui dan teladani, terutama berkaitan dengan sifatnya sebagai pembawa damai:

Pertama, Ishak adalah pribadi yang patuh (ayat 24-25). Keputusan Ishak untuk tinggal di wilayah Gerar diawali dengan perintah Tuhan (ayat 2-6). Awalnya Ishak berencana untuk pergi ke Mesir. Tetapi karena Tuhan berkehendak supaya dia pergi ke Gerar, maka Ishak patuh kepada Tuhan. Kepatuhan Ishak juga ditunjukkan ketika Ishak memutuskan tinggal di Bersyeba dan mendirikan mezbah di sana (ayat 24-25). Patuh (shama) artinya mendengar atau mendengarkan, tunduk pada otoritas. Ishak siap untuk mendengarkan dan tunduk pada perintah Tuhan.

Sifat Ishak ini sudah dimilikinya sejak muda. Ketika ayahnya (Abraham) akan mempersembahkan dirinya, Ishak tetap patuh meskipun dia sendiri pasti merasa heran. Ayahnya pernah mengikat dirinya dan meletakkannya di atas mezbah untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Tetapi ia tidak melawan, tetapi tetap patuh kepada seseorang yang sangat dihormatinya, yaitu ayahnya sendiri. Perdamaian antara Ishak dan orang-orang Filistin terjadi karena Ishak patuh pada perintah Tuhan dan juga pada ajaran orang tuanya. Pasti Abraham pernah mengajarkan supaya tetap berdamai meskipun berada dalam posisi yang benar. Pasti Ishak juga mengerti saat ayahnya mengalah dari Lot.

Kedua, Ishak adalah pribadi yang mengalah (ayat 15-21). Ishak mengalah karena dia sadar sebagai seorang pendatang. Alkitab mencatat bahwa Ishak memilih untuk pindah tempat, setiap kali ia diganggu oleh orang-orang Filistin. Bahkan ketika Abimelekh meminta Ishak untuk pergi, dia tidak membela diri. Dia memilih untuk mengalah.

Setiap kali Ishak menggali sumur baru, orang Filistin selalu mengganggunya. Ishak menamakan surum baru yang pertama Esek yang berarti pertikaian. Sumur kedua Sitna yang berarti permusuhan. Sumur ketiga Rehobot yang berarti tempat-tempat yang luas. Tetapi akhirnya Ishak memilih tinggal di penggalian sumur yang keempat, yaitu Bersyeba yang artinya sumpah. Karena Bersyeba-lah, maka Ishak bersumpah-sumpahan dengan Abimelekh (ayat 31).

Sifat iri yang dimiliki oleh orang Filistin seringkali membuahkan kejahatan. Sifat iri ini yang membuat hubungan antar manusia menjadi rusak. Persahabatan atau pertemanan menjadi hancur, bahkan bisa menimbulkan perbuatan kriminal. Dengan menghilangkan rasa iri, hidup kita akan menjadi lebih tenang, damai dan bahagia. Atau kita memilih memiliki sifat iri yang positif, yaitu sifat iri yang bisa memacu diri sendiri untuk mejadi lebih baik dan berhasil.

Ketiga, Ishak adalah pribadi yang memaafkan (ayat 30-31). Perlakuan tidak menyenangkan yang diterima oleh Ishak dari Abimelekh dan orang-orang Filistin tidak membuat Ishak dendam atau mempunyai kepahitan. Tempat usahanya yang dihancurkan dan diusir dari kediamannya, tidak membuat Ishak marah atau balas dendam. Ishak memaafkan orang-orang yang membencinya. Ishak menjamu orang-orang itu dengan makan minum bersama mereka, lalu bersumpah untuk mewujudkan perdamaian. Mereka akhirnya tidak saling mengganggu dan saling menghormati serta menghargai wilayah mereka.

Kesepakatan perdamaian ini sebenarnya dimulai dari Abimelekh (ayat 26). Ishak pada saat itu juga merasa kaget, karena Abimelekh dan beberapa orang Filistin datang ke tempatnya, padahal mereka sudah mengusir Ishak dari tanah mereka. Ajakan perdamaian ini disebabkan karena Abimelekh telah melihat penyertaan Tuhan dalam hidup Ishak.

Dalm khotbah di bukit, Tuhan Yesus juga menyinggung tiga sifat di atas, yaitu kepatuhan, sikap mengalah dan sikap memaafkan. Di dalam Matius 7:24 dikatakan bahwa setiap orang yang melakukan firman Tuhan akan masuk dalam kerajaan Sorga. Di dalam Matius 5:39 dikatakan bahwa kita tidak boleh melawan orang yang berbuat jahat. Bahkan jikalau ditampar pipi kanan, beri juga pipi kiri. Di dalam Matius 6:12, Tuhan juga mengajarkan pengampunan yang dinyatakan dalam doa Bapa Kami.

Ishak adalah salah satu tokoh Alkitab yang memenangkan perdamaian dalam pergumulan hidupnya. Meskipun Ishak tidak melakukan kesalahan, ia memilih mengalah supaya tercipta perdamaian. Meskipun sebenarnya Ishak memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi ia tidak menggunakannya untuk balas dendam. Dia memilih membuat kesepakatan damai.

Views: 931

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top