Beritakan Injil Dalam Segala Kesempatan

2 Timotius 4:1-5

Rasul Paulus adalah sosok pelayan Kristus yang menjalankan tugas pelayanan dengan sangat sungguh-sungguh. Keseriusannya dalam melayani diharapkan dapat dicontoh serta diteladani oleh Timotius, anak didiknya sekaligus anak rohaninya. Rasul Paulus memberitakan tugas kepada Timotius untuk memberitakan firman. Diharapkan bahwa semangat dan pesan rasul Paulus ini tidak hanya ditularkan kepada Timotius, tetapi juga kepada kita semua sebagai pelayan Kristus dan umat Tuhan. Pada akhirnya, kita bersedia untuk dipakai menjadi pemberita-pemberita Injil, sehingga orang-orang terdekat kita pun memperoleh keselamatan kekal.

Supaya kita memiliki semangat pelayanan seperti Paulus, maka kita juga harus mengerti alasan utama dari semangat itu:

Pertama, panggilan untuk memberitakan Injil adalah perintah Tuhan (ayat 1-2). Memang pada saat itu, Paulus memberikan perintah khusus kepada Timotius. Tetapi perintah ini juga telah disampaikan oleh Tuhan Yesus di dalam Matius 28:18-20. Artinya, perintah ini juga ditujukan kepada kita semua, orang-orang yang sudah percaya kepada-Nya dan yang telah mendapatkan identitas baru sebagai imamat yang rajani. Kita juga harus menyadari bahwa kebutuhan utama dari manusia adalah keselamatan kekal. Kehidupan manusia di dunia ini akan menjadi sia-sia jika pada akhirnya hidup mereka binasa karena tidak mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Kepastian keselamatan itu hanya ada di dalam Yesus Kristus (Kis 4:12). Karena itu, Injil harus selalu diberitakan, baik kepada orang yang sudah percaya maupun kepada orang yang belum percaya kepada Yesus. Kepada mereka yang percaya, mereka bisa bertumbuh dalam iman serta kuat menghadapi ujian. Kepada mereka yang belum percaya, diberi pengenalan akan Yesus Kristus.

Kedua, masih ada orang yang mendengar Injil (ayat 3-4). Injil harus diberitakan dalam segala kesempatan, karena akan ada saatnya orang tidak mau lagi menerima ajaran sehat. Kita sendiri tentu menyadari bahwa hal-hal yang sehat itu biasanya tidak enak dan membosankan. Akhirnya banyak orang tergoda untuk menjadi komika (stand up comedy) di gereja daripada menjadi penyampai pengajaran firman. Ada saatnya orang-orang akan memuaskan telinganya dengan mengumpulkan guru-guru sesuai dengan kehendak mereka. Sekarang, ada banyak kesempatan orang untuk memilih apa yang mereka dengar. Pilihan itu sangat terbuka. Sebagian besar orang tidak mau ditegor kesalahannya. Mereka lebih memilih menerima pujian, meskipun mereka juga sadar bahwa itu menyesatkan. Akan ada saatnya orang akan memalingkan telinganya dari Injil. Ada waktunya orang akan jenuh dengan Injil dan tidak menerima kebenaran. Mereka lebih suka membuka diri untuk mendengar motivasi penyemangat hidup serta dongeng atau cerita pengalaman (kesaksian) yang bukan firman Tuhan.

Ketiga, mengubah kehidupan. Pada saat Paulus menulis surat ini, kondisi moral masyarakat pada waktu itu sedang mengalami kemerosotan. Kemerosotan moral sering terjadi ketika manusia mulai mencintai dirinya sendiri, menjadi hamba uang, pendusta, bohong, dst (2 Tim 3:1-9). Sebenarnya, kemerosotan moral itu bisa diantisipasi melalui pemberitaan firman yang bertujuan untuk mengubah kehidupan bagi siapa saya yang mau mendengarkan firman dengan segenap hati. Pemberita firman bukan hanya mampu menguasai teknik berkhotbah, tetapi juga mampu menguasai dirinya. Penyampaian firman Tuhan berkuasa jika yang menyampaikan firman juga hidup di dalam firman. Ini yang berat, tetapi harus dilakukan.

Views: 195

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top