Yohanes 19:28-30
“Sudah selesai” adalah salah satu kalimat yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ketika berada di atas kayu salib. Yesus sudah menyelesaikan misi Tuhan, yaitu menerima hukuman atas dosa manusia. Yesus disalibkan untuk menggantikan manusia yang berdosa dihukum mati. Yesus menyelesaikan misi itu dengan taat sampai mati di kayu salib.
Hal ini juga menggambarkan bahwa perjalanan kehidupan yang ada di dunia ini ada sebab-akibat, ada awal dan akhir. Segala sesuatu yang pernah dimulai pasti akan ada akhirnya. Hal ini seharusnya menyadarkan kita bahwa tidak ada kehidupan kekal di dunia ini. Tidak ada yang abadi. Bahkan ada api yang disebut dengan “api abadi” di daerah Mrapen pun akhirnya padam juga. Segala sesuatu ada dan kemudian pergi meninggalkan kita. Ada pepatah yang mengatakan “bertemu untuk berpisah.”
Jika hari ini kita mengalami persoalan atau mengalami pandemi, itupun juga akan berlalu. Yang menjadi masalah seringkali bukan saat datang dan perginya, tetapi saat keadaan itu sedang berlangsung. Setiap keadaan yang berubah akan mengubah pola kehidupan kita juga. Akhirnya tergantung kita juga, jika semua itu sudah berlalu, apakah kita berubah menjadi lebih baik atau lebih tidak baik.
Yesus sudah selesai dengan misinya di dunia, yaitu mempermuliakan Bapa di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Bapa berikan kepada Yesus untuk melakukannya (Yoh 17:4). Di dalam hidup ini, banyak orang yang bisa lebih mudah untuk memulai sesuatu tetapi sulit untuk menyelesaikannya. Komitmen dan ketaatan Yesus untuk menyelesaikan karya penyelamatan ini mengalahkan derita dan sengsara yang harus ditanggungnya di atas kayu salib. Tuhan yang kita sembah tidak hanya berjanji, tetapi juga yang berkomitmen untuk menggenapi janji itu sampai terpenuhi. Dia tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan dan mengasihi kita, meskipun keadaan yang dihadapinya sangat sulit. Kalau Yesus tidak pernah menyerah untuk kita, seharusnya sekarang kita juga tidak mudah menyerah bagi Yesus.
Penderitaan Yesus sudah digambarkan sebelumnya di dalam Yesaya 53:3-5. Ini bukan penderitaan biasa. Tetapi Yesus mau menerima itu semua karena kasih-Nya kepada kita. Pertanyaan untuk kita, kalau kita mengakui bahwa kita mengasihi Yesus, apa yang bisa kita berikan kepada Dia? Tidak didapati kesalahan yang pernah dilakukan oleh Yesus, tetapi Dia menerima itu semua. Yesus menerima ketidakadilan dan semuanya karena kita, karena dosa dan pemberontakan kita. Dia menderita untuk orang-orang yang menghina, mengolok dan menyakiti Dia. Padahal belum tentu orang-orang tersebut mau bertobat dan percaya kepada Yesus. Tetapi Tuhan melihat bahwa manusia itu berharga.
Sebenarnya ada banyak kesempatan untuk Yesus tidak mengambil cawan itu. Ada waktu Dia lari dari penderitaan yang sangat mengerikan itu. Tetapi Dia tidak lakukan. Dia benar-benar adalah korban, seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian (Kis 8:32). Kita tidak bisa membayangkan jika Tuhan Yesus mundur di tengah jalan dan tidak bisa menyelesaikan misi penyelamatan ini. Bagaimana hidup kita ketika kita menjadi saksi bagi Kristus di dunia ini? Apapun yang terjadi pada kita di dunia ini, termasuk penderitaan kita, tidak sebanding dengan apa yang pernah dialami oleh Tuhan Yesus.
Banyak orang yang bertanya, mengapa Yesus harus mengalami semua itu? Ketika Yesus memberikan nyawa-Nya, berarti hidup kita sangat berharga, dihargai dengan nyawa yang tidak berdosa. Ketika Yesus pernah mengalami sakit, maka Dia akan tahu seperti apa rasanya manusia jika sakit.
Tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah, karena Yesus juga tidak pernah menyerah. Tidak ada alasan untuk mundur dan putus asa. Karena itu, bangun komitmen dan ketaatan, tetapi berserah kepada Tuhan dan tetap kuat dalam menghadapi apapun di dunia ini.
Views: 60