Sulitkah Membangun Rumah Tangga?

1 Korintus 7:28

Perlu diakui bahwa membangun rumah tangga (keluarga) itu tidak mudah. Tidak ada sekolah khusus tentang hal ini. Tidak ada kurikulum dan rencana pengajaran yang jelas dan lengkap. Mau tidak mau, bagi kita yang sudah menikah, kita harus belajar seumur hidup, sampai maut memisahkan. Jadi, membangun keluarga itu sulit, seperti ayat yang sudah kita baca. Berkeluarga bukan perkara sederhana, bahkan berpotensi untuk menambah kesusahan.

Mengapa susah? Karena kita menikah dengan orang yang ‘sepadan’ (Kej 2:18). Sepadan (Ibr: keneg’do) berarti sesuai, serasi, cocok, kontras, oposisi. Cocok atau sesuai karena memang berbeda. Dan ketika Tuhan menciptakan pasangan yang sepadan dengan Adam, justru pasangan tersebut benar-benar berbeda, dan harus serasi dan cocok.

Untuk itu, kita harus tahu apa sebenarnya tujuan pernikahan. Tujuan pernikahan adalah untuk menjadikan laki-laki dan perempuan satu (Kej 2:24). Itulah tujuan awal dan utama dari pernikahan yang Tuhan rancangkan, yaitu bersatu (menjadi satu, bdg. Mrk 10:6-9).

Tidak mudah untuk bersatu dengan orang yang berbeda. Tetapi banyak juga pasangan yang bisa merayakan perbedaan mereka. Amsal 24:3-4 memberi pengajaran yang baik untuk kita membangun rumah tangga. Diperlukan tiga hal untuk membangun rumah tangga, yaitu: hikmat, kepandaian dan pengertian. Dan anehnya, tidak ada dasar cinta di sini. Artinya, cinta bukanlah dasar yang kuat untuk membangun rumah tangga. Dunia dan lingkungan kita menawarkan bahwa untuk membangun rumah tangga diperlukan cinta, tetapi ternyata tidak cukup. Hikmat, kepandaian dan pengertian tersebut dipakai untuk merayakan perbedaan (sepadan). Diperlukan waktu dan proses untuk saling mengenal satu dengan yang lain, sehingga tujuan pernikahan bisa tercapai.

Karena perbedaan yang harus disatukan itu, maka di dalam pernikahan diperlukan beberapa hal:

  1. Komitmen. Apapun yang terjadi, harus dijalani karena harus menepati janji pernikahan. Siapapun pasangan saudara saat ini, terimalah dan jalanilah apapun yang terjadi. Jangan menyalahkan dan menyia-nyiakan dia, karena dia pilihanmu. Jodoh adalah pilihan kita. Itu adalah keputusan kita. Karena itu diperlukan komitmen. Tuhan memberikan sangat sedikit syarat, selebihnya adalah pilihan kita.
  2. Komunikasi. Komunikasi penting karena menyatukan dua orang yang sangat berbeda. Kita harus menyadari. Komunikasi harus dibangun dengan hikmat, kepandaian dan pengertian. Ada banyak perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antara lain: cara berpikir, cara mendengar, cara berkata-kata (verbal dan non-verbal). Diperlukan latihan untuk berkomunikasi dan mengukur kapasitas komunikasi. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian.
  3. Kompromi. Seringkali harus ada kompromi. Saat sedang pacaran, banyak pasangan yang bisa berkompromi dengan pasangannya. Tetapi setelah menikah, mulai melupakan untuk berkompromi. Kompromi artinya melakukan sesuatu yang tidak kita sukai tetapi hal tersebut dianggap penting oleh pasangan kita.

Tiga hal di atas harus ada pada rumah tangga kita. Kalau tidak ada, maka yang terjadi adalah konflik. Jika terjadi konflik (keluarga tidak rukun), maka berkat tidak akan pernah diperintahkan kepada rumah tangga kita (bdg. Maz 133).

Masih banyak hal lain yang membuat manusia susah dan sulit untuk membangun rumah tangga, antara lain ketika menghadapi musim kehidupan (perubahan hidup) yang memerlukan adaptasi serta tikungan tajam (perubahan atau tekanan mendadak dalam hidup). Karena itu, penting buat kita untuk belajar membangun rumah tangga dengan hikmat, kepandaian dan pengertian. Perlu proses yang cukup panjang, yaitu seumur hidup untuk mendapatkan semua ini.

Selamat merayakan perbedaan di dalam keluarga kita. Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!

Views: 97

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top