Efesus 5:22-33
Cinta dan kasih bukanlah misteri, karena bisa terjadi berdasarkan keputusan. Cinta adalah bahan bakar dan bahasanya perempuan, hormat adalah bahan bakar dan bahasa seorang laki-laki. Kalau seorang perempuan tidak dikasihi, maka berhentilah ia. Pria tidak dihormati, maka mogok dia. Semuanya itu harus dipenuhi, karena demikianlah adanya.
Bukan berarti perempuan tidak perlu dihormati atau laki-laki tidak perlu dikasihi. Bagi perempuan, mengasihi adalah sesuatu yang alami. Itu gaya bahasa mereka. Biasanya mereka saling menyentuh. Buat perempuan itu biasa, tetapi tidak biasa bagi laki-laki. Laki-laki gaya bahasanya adalah hormat.
Mengapa hal tersebut penting? Suami yang tidak dihormati akan merespon dengan tidak mengasihi. Akan sulit untuk disuruh mengasihi istrinya. Istri yang tidak dikasihi akan merespon dengan tidak menghormati. Akan sulit untuk disuruh menghormati suaminya. Jika hal tersebut terjadi dalam pernikahan, maka pernikahan akan tertutup. Suami yang dihormati, ia akan merespon dengan kasih. Kalau istri dikasihi, maka akan direspon dengan hormat. Ini seperti lingkaran yang akan terus berputar.
Bagaimana kalau menurut kita, suami tidak layak dihormati? Sebagai istri harus tetap menghormati suaminya. Karena persoalannya bukan layak atau tidak layak, tetapi karena itu perintah Tuhan yang harus dilakukan oleh istri. Dan kalau itu dilakukan, maka berkat dan penyertaan Tuhan pasti ada dalam keluarga kita. Karena perintah itu pasti mengandung kebaikan. Demikian juga sebaliknya. Jika seorang istri ingin dicintai, maka berikanlah hormat kepada suami. Demikian juga sebaliknya. Ini adalah kunci dalam sebuah pernikahan.
Bagaimana menghormati suami? Dengan cara memuji suaminya, apalagi memuji di depan orang. Jangan malah menjelekkan atau merendahkan suami di depan orang lain. Bagaimana mengasihi istri? Dengan perkataan dan perbuatan kita, berdua maupun di depan orang banyak.
Di dalam ayat 32 jelas dikatakan bahwa pernikahan adalah gambaran dari hubungan antara Kristus dengan jemaat-Nya. Kristus sebagai mempelai laki-laki, sedangkan jemaat-Nya sebagai mempelai perempuan. Karena itu, Iblis sangat senang merusak rumah tangga. Karena kalau gambaran hubungan antara Kristus dengan jemaat menjadi rusak, maka anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan yang rusak tersebut akan sulit untuk mengenal kasih Bapa di sorga seperti apa. Dan orang-orang di sekitar keluarga tersebut juga sulit untuk mengenal kasih Kristus lewat pernikahan yang rusak tersebut.
Tetapi, kalau pernikahan kita berjalan dengan baik, maka anak-anak kita akan lebih mudah mengenal kasih Bapa itu seperti apa. Karena anak-anak akan melihat bagaimana papanya memperlakukan mamanya, dan sebaliknya.
Jika kita lihat dalam kebaktian, apa yang dilakukan oleh jemaat kepada Tuhan. Kita akan memuji Tuhan dan mengagungkan Dia. Sama dengan keluarga, istri harus belajar untuk memuji suami. Jadi, berapa sering para istri memuji suaminya, atau malah komplain terus? Kristus senang dipuji, demikian juga laki-laki.
Sangat berbahaya jika di rumah, suami tidak pernah mendapat pujian dari istrinya, sedangkan di tempat pekerjaannya ada perempuan lain yang sering memuji dan membanggakan dia. Hal ini tidak benar, tetapi dari hal ini sebaiknya kita belajar mengerti, mengapa sering terjadi perselingkuhan.
Setelah selesai memuji Tuhan, maka saatnya mendengarkan firman Tuhan. Buat perempuan, perkataan laki-laki itu penting. Kalau perkataan laki-laki tidak bisa dipegang atau dipercaya, maka perempuan tidak akan bisa merasa dikasihi. Perempuan mendapatkan rasa aman dari dari perkataan suaminya yang bisa dipercaya. Laki-laki harus berhati-hati dan menjaga perkataannya kepada istrinya.
Jika pernikahan kita baik, yang beruntung bukan hanya pasangan tersebut, tetapi juga keturunannya, karena memberikan warisan yang sangat berharga. Juga memberikan kado yang indah kepada orang tua, karena tidak ada orang tua yang senang rumah tangga anaknya hancur.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 16