Kemurahan – Relasi

Amsal 11:24

Kasih merupakan kata yang indah. Tetapi kasih seringkali disalah mengerti oleh banyak orang. Tuhan adalah kasih. Karakteristik kasih adalah ingin memberi dan menyenangkan orang lain yang dikasihi. Kasih tidak bisa berdiri sendiri. Karena itulah Tuhan menciptakan manusia. Tuhan mengasihi manusia. Tuhan juga mengajarkan kepada kita untuk mengasihi orang lain dan membagi kasih kepada orang lain. Kasih itu tidak menyenangkan diri sendiri, tidak mengambil dari orang lain.

Amsal 11:24 berkata, “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Yang mana yang akan kita pilih? Setiap pilihan memiliki konsekuensi dan resiko masing-masing. Dalam Bahasa Indonesia sehari-hari disebutkan “Ada orang yang suka memberi, tapi bertambah kaya, ada yang suka menghemat, tapi bertambah miskin papa.

Apa yang harus diberi? Tidak selalu dalam bentuk uang. Hubungan antar manusia (relasi – jejaring) yang baik merupakan kekayaan tersendiri. Ada yang berkata bahwa sumber daya kita adalah relasi kita. Jika kita tidak berelasi dengan orang lain, kita akan berusaha keras untuk mencapai apa yang kita impikan. Tetapi jika kita berelasi atau bekerjasama dengan orang lain, maka mereka akan membantu mencapai impian kita. Lihatlah sekarang, kekuatan jaringan itu sangat besar.

Yohanes 10:10 berkata, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Salah satu tanda Yesus datang adalah supaya kita hidup dalam kelimpahan. Sekali lagi, bukan sekedar kelimpahan harta, tetapi “apa saja yang ada pada kita” bisa kita bagikan, karena kita mempunyai banyak.

Yang perlu kita sadari, memberi bukanlah kebiasaan manusia. Memberi itu tidak mudah. Anak-anak kita tidak perlu diajar untuk merebut atau mengambil barang orang lain. Tetapi mereka perlu diajar untuk memberi kepada orang lain.

Ada 3 tahap kehidupan kita yang berhubungan dengan kemurahan dan relasi:

  1. Ketergantungan, masa saat kita sangat tergantung pada orang lain, terutama pada orang tua.
  2. Mandiri, keluar dari ketergantungan. Segala sesuatu bisa dilakukan sendiri. Walaupun demikian, ada juga orang yang merasa tidak nyaman kalau anaknya sudah tidak bergantung dengan orang tua, terutama saat anak sudah menikah.
  3. Relasi, saat orang-orang yang mandiri berbagi hidup dan berelasi dengan orang lain. Salah satu bentuk tahapan ini adalah pernikahan.

Relasi menghasilkan sinergi. Orang bisa melakukan hal-hal secara sendirian. Tetapi dengan bekerjasama, ada banyak hal yang bisa kita lakukan dan berdampak lebih besar. Banyak orang tidak bisa bekerjasama dengan Tuhan karena mereka hanya ingat Tuhan saat sedang membutuhkan.

Karena itulah, perlu bagi kita untuk mengembangkan karakter bekerjasama (Pengkhotbah 4:9-12). Bagaimana kita bisa menjadi dewasa dan hidup dalam kelimpahan? Pertama, belajar untuk melayani, untuk mendahulukan orang lain. Kedua, belajar untuk mempromosikan orang lain dan berbicara baik tentang orang lain, terutama orang yang satu profesi dengan kita. Ketiga, berdoalah untuk orang lain, terlebih berdoalah untuk orang yang tidak suka dengan kita. Keempat, memberi tanpa mengharap untuk menerima kembali, memberi kepada orang yang tidak membalas pemberian kita. Kelima,  belajar untuk memberi tanpa membesar-besarkan (Mat 6:3-2; Ef 6:8).

Marilah untuk belajar tidak menahan berkat, tidak menahan pengampunan serta tidak menahan berbuat baik. Mari belajar untuk berkata: apa yang bisa saya doakan? Apa yang bisa saya bantu? Bersukacitalah jika saudara kita diberkati. Dengan demikian, kita mengembangkan hati untuk memiliki kemurahan dalam relasi (Ams 11:25)

Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!

Views: 9

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top