Ulangan 18:15-20
Ketika seseorang mau untuk mempertaruhkan hidupnya bagi orang lain, ini adalah sebuah bukti kasih yang sangat besar. Hal ini juga yang terjadi pada Tuhan Yesus Kristus, yang rela untuk meninggalkan kemuliaan di Sorga, menjadi sama dengan manusia, serta menderita dan dihina, bahkan lebih rendah dari malaikat dan manusia. Itu yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:13, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Tuhan Yesus bukan hanya mengatakan itu, tetapi membuktikannya dengan tulus dan taat.
Menjadi saksi Tuhan, seringkali kita juga dituntut untuk demikian. Para nabi di Perjanjian Lama, mereka juga dituntut untuk mau berkorban, dan itu menjadi syarat utama. Kehidupan mereka seutuhnya dipersembahkan untuk Tuhan, untuk memperkatakan firman Tuhan. Resiko besar sering mereka hadapi.
Ayat yang sudah kita baca menggambarkan nubuatan mesianik, terkait dengan nabi yang akan datang, yang akan menggantikan Musa untuk memimpin bangsa Israel. Tidak perlu heran jika ayat ini juga dipakai oleh agama lain untuk menguatkan posisi nabi yang saat ini mereka percayai, meskipun sebenarnya ini tidak ada hubungannya sama sekali. Ayat ini adalah nubuatan bagi nabi atau pemimpin bagi bangsa Israel, bukan untuk bangsa lain selain Israel.
Tugas nabi pengganti Musa itu tidak mudah, meskipun di ayat 18-19 dikatakan bahwa Tuhan akan memihak nabi tersebut. Hal yang paling dituntut bagi nabi itu adalah kehidupan yang tidak bercela dan setia kepada Tuhan, bukan kepada allah lain. Jika didapati bahwa nabi itu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan menghukumnya dengan keras (ayat 20). Nabi itu, mau tidak mau, harus mempertaruhkan segalanya termasuk hidupnya untuk kebenaran yang Tuhan nyatakan melaluinya.
Tidak mudah untuk menjadi seorang nabi yang diutus di tengah-tengah bangsa yang terkenal tegar tengkuk ini. Musa yang sangat penyabar pun akhirnya terjebak kepada ketidaksabaran, karena ketegaran hati bangsa ini. Jika tidak ada nabi yang mengingatkan mereka, tidak ada nabi yang diutus di tengah-tengah mereka, bisa jadi bangsa ini justru akan semakin parah. Apalagi mereka hidup di tengah-tengah bangsa lain yang tidak percaya kepada Tuhan Jehova, yang percaya kepada ilah-ilah. Tuhan memberikan hak istimewa kepada bangsa Israel, karena mereka adalah keturunan Abraham. Tuhan sendiri sudah mengadakan perjanjian dengan Abraham mengenai keturunannya.
Saat ini, memang kita tidak memerlukan nabi lagi. Saat ini yang kita perlukan adalah sikap yang menghargai dan melakukan kebenaran firman Tuhan, firman yang sudah disampaikan oleh para nabi dan rasul. Suara kita, sikap kita, tingkah laku kita, yang seharusnya sesuai dengan firman Tuhan, akan memberi warna berbeda di dalam kehidupan bermasyarakat kita, berbangsa dan bernegara. Kita sebagai umat percaya, akhirnya dituntut untuk memiliki sikap hidup yang demikian, yaitu menjadi saksi bagi Tuhan meskipun resikonya berat.
Tuhan Yesus sendiri mengatakan dalam Matius 10:16, “Lihatlah, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Ketika kita menjadi saksi Tuhan, bisa jadi kita diperhadapkan dengan hal-hal yang sangat beresiko. Pada saat itulah hidup kita dipertaruhkan.
Firman Tuhan menekankan tentang kemuliaan Tuhan yang harus nampak pada kesaksian hidup kita sebagai orang-orang yang dipilih dan diutus oleh Tuhan di tengah masyarakat dan bangsa ini. Kasih dan kemuliaan Tuhan sudah sepatutnya nampak melalui sikap dan suara kita, baik di lingkungan keluarga, gereja, tempat kerja, masyarakat, dan kalau diberi kesempatan, di bangsa kita. Sekalipun untuk melakukannya tidak mudah, ada banyak pertentangan, bahkan seringkali datangnya dari orang terdekat kita, tetapi sebagai saksi Tuhan yang setia, dibutuhkan keberanian untuk mempertaruhkan hidup demi kasih dan kebenaran yang Tuhan kehendaki.
Tuhan tidak menghendaki Musa atau orang yang menggantikannya, untuk menjadi seorang nabi yang sukses dan hebat, mempunyai banyak pengikut dan kekayaan, atau bisa melakukan hal-hal yang menakjubkan. Tuhan menginginkan umat-Nya menjadi setia untuk menjadi saksi, didengar maupun tidak didengar. Kesempatan yang baik mungkin Tuhan berikan saat ini kepada kita. Ketika kita hidup di keluarga, di gereja, di pekerjaan dan di masyarakat, tetaplah setia untuk menjalankan kehendak Tuhan. Apapun yang terjadi, didengar atau tidak, diterima atau ditolak, dihormati atau dihina, tetaplah pada pendirian sebagai umat Tuhan yang bersaksi. Ingatlah bahwa pertanggungjawaban sebagai saksi Tuhan, akan kita pertanggungjawabkan secara langsung di hadapan Tuhan.
Views: 16