Puasa Dengan Serius

Lukas 5:33-39

Sebelum kita masuk dalam pembahasan mengenai puasa, maka kita harus mengerti tentang perubahan ibadah simbolik di Perjanjian Lama menjadi ibadah hakikat di Perjanjian Baru. Pada zaman Perjanjian Lama, manusia diajar untuk menyembah Tuhan atau beribadah dengan simbol-simbol. Semua ibadah yang dilakukan di dalam Bait Allah pada waktu itu seluruhnya bersifat simbolik atau bayangan (bdg. Ibr10:1; Kol 2:16-17). Semua hal yang lahiriah dihitung sebagai ibadah: berdoa dengan mengarahkan diri ke Yerusalem, korban domba, berdoa dengan sujud, beribadah di hari Sabat, puasa, makanan haram, hal-hal yang najis, penyakit kusta sebagai simbol kutuk, membasuh kaki, dll. Semua itu diperintahkan supaya manusia mengingat akan rahasia ilahi yang akan disingkapkan kemudian.

Setelah Yesus hadir ke dunia, melawat umat-Nya, maka semua hal yang simbolik itu digenapi dalam Yesus Kristus. Artinya, semua yang simbolik itu tidak berlaku lagi, karena semuanya sudah ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus berkata dalam Yoh 4:21-23 bahwa orang tidak akan lagi menyembah di gunung tertentu atau di Yerusalem. Saatnya akan tiba dan sudah tiba bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah dalam roh dan kebenaran. Menyembah dalam roh dan kebenaran artinya menyembah Tuhan dengan hati dan roh, bukan lagi dengan tubuh secara lahiriah atau jasmaniah. Seluruh hidup kita adalah ibadah, bukan hanya pada saat kita datang ke gereja. Karena itu, kita perlu melihat ulang istilah Ibadah yang saat ini sepertinya hanya dilakukan di gereja, supaya tidak mengecilkan arti ibadah yang sesungguhnya.

Hanya ada dua simbol (ordinansi) yang diajarkan dan diperintahkan oleh Tuhan Yesus, yaitu baptisan (air) dan perjamuan Tuhan. Baptisan air memberi simbol bahwa kita sudah bertobat dan masuk ke dalam komunitas Tuhan menjadi murid Kristus. Perjamuan Tuhan (dengan roti dan anggur) memberi peringatan kepada kita akan penderitaan dan penyaliban Yesus Kristus, sehingga kita bisa tetap serius dalam menjalani kehidupan sebagai orang-orang percaya.

Hari ini ada orang-orang Kristen yang sedang berpuasa, setelah melaksanakan Rabu Abu. Mereka melakukan ini karena tradisi gereja, bukan karena ada perintah langsung dari Yesus Kristus untuk melakukan hal tersebut. Dalam ayat yang telah kita baca, orang-orang Farisi melihat dan mengkritik perbedaan antara murid-murid Yohanes dengan murid Yesus Kristus. Murid-murid Yohanes sama dengan murid-murid orang Farisi, sering melaksanakan puasa dan sembahyang, tetapi murid-murid Yesus Kristus justru makan dan minum. Di sinilah Tuhan Yesus mengajarkan tentang peralihan ibadah simbolik menuju kepada ibadah hakikat dengan perumpamaan kain dan kantong anggur.

Ibadah simbolik adalah ibadah yang harus bisa dilihat oleh mata. Jika berdoa harus sesertai dengan tubuh yang ditundukkan sampai ke tanah menghadap ke Yerusalem, tidak cukup berdoa di dalam hati. Sebagai simbol orang bisa menahan nafsu, maka ia harus berpuasa. Semuanya itu harus dilakukan, tetapi sebelum Yesus Kristus datang. Bangsa Israel sulit untuk mengubah ibadah simbolik ke ibadah hakikat, karena telah dilakukan turun temurun selama ratusan tahun. Tidak mudah untuk mengubah pola pikir dan perilaku seseorang yang sudah mendarah daging.

Lalu bagaimana, apakah kita hari ini masih bisa berpuasa? Di zaman Perjanjian Baru dan setelah itu, Tuhan tidak melarang orang untuk berpuasa, tetapi Ia juga tidak memerintahkan hal tersebut. Artinya, bisa dilakukan dan bisa juga tidak, tergantung pilihan kita. Misalnya, di dalam Mat 17:21 Yesus menjelaskan bahwa ada jenis setan yang hanya bisa diusir dengan berdoa dan berpuasa. Kisah yang sama dicatat juga dalam Mrk 9:29, tetapi tidak ada tambahan kata “puasa”. Di dalam Luk 5:35 juga dikatakan bahwa murid-murid Yesus akan berpuasa pada saat Tuhan Yesus tidak ada lagi di dunia ini. Artinya, puasa bisa dilakukan bukan karena sebuah ibadah simbolik ritualistik atau sebuah keharusan, tetapi bisa dilakukan jika diperlukan.

Kita bisa berpuasa ketika ada sesuatu yang sangat serius dan sangat penting, yang lebih serius dan lebih penting daripada soal makan dan minum. Berpuasa bersifat pribadi, sama seperti ketika kita berdoa secara pribadi. Cara berpuasa, tidak ada ketetapan yang khusus. Kita bisa berpuasa dengan cara apa saja, jika memang kita perlu untuk berpuasa. Untuk alasan rohani, tidak ada ketetapan apapun mengenai puasa saat ini. Untuk alasan kesehatan, kita bisa meminta petunjuk dari dokter atau ahli gizi.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top