Maleakhi 3:1-5
Seringkali terjadi perpecahan dalam organisasi, termasuk gereja, karena ada yang merasa bahwa dialah yang seolah-olah telah “mempersiapkan jalan” bagi kemajuan gereja. Karena merasa sudah berlelah-lelah dengan mengorbankan banyak hal, maka merasa berhak untuk mendapat pujian dan kehormatan dari pihak lain. Karena pada kenyataannya, untuk mempersiapkan jalan keberhasilan memang tidak mudah.
Hari ini kita belajar untuk memberikan apresiasi kepada semua orang yang sudah rela “mempersiapkan jalan” tanpa pamrih, serta rela berkorban perasaan, pikiran, daya, dana, bahkan air mata, semata-mata karena ketaatan atas tuntunan firman Tuhan.
Menjadi utusan Tuhan untuk “mempersiapkan jalan” atau merintis sesuatu bukanlah tugas yang remeh. Seperti Musa, yang telah memikul beban puluhan tahun di padang gurun bersama bangsa Israel, ternyata kemudian menyerahkan kepemimpinannya kepada Yosua, yang membawa umat Israel masuk ke tanah perjanjian. Terdapat banyak tantangan; dan salah satu tantangan terbesar, yaitu kerendahan hati dan kerelaan untuk membiarkan pihak lain mendapat kemuliaan atas tercapainya keberhasilan.
Diperlukan kerendahan hati, kerelaan dan ketaatan untuk mendengar dan menjalankan perintah Tuhan. Masing-masing kita diberikan talenta untuk tugas di ladang Tuhan. Ada talenta yang baik bagi masa persiapan, ada pula talenta yang baik untuk saat-saat keberhasilan. Yang penting kita bekerja sebaik mungkin untuk kemuliaan nama Tuhan (Mal 3:1, bdg Mat 11:10, Mrk 1:2).
Yohanes Pembaptis dengan sangat baik melakukan hal tersebut. Dia sebagai orang yang “mempersiapkan jalan” bagi kehadiran sang Juruselamat. Dia melakukan semuanya itu dengan kerelaan hati yang sungguh-sungguh.
Dari Yohanes Pembaptis, kita bisa belajar beberapa hal:
Pertama, dia bersikap sungguh-sungguh, memikirkan dengan hati yang lapang dan ikhlas. Dia rela untuk berseru-seru di padang gurun dengan pakaian dan makanan yang terbatas. Dia rela jauh dari kehidupan banyak orang dan tidak menikmati kegembiraan seperti manusia pada umumnya. Dia rela meninggalkan keluarganya untuk tujuan Tuhan.
Kedua, berusaha mendapat pengetahuan terkait dengan rencana Tuhan, karena tanpa pengetahuan maka kerajinan pun tidak akan baik. Orang yang tergesa-gesa akan bisa salah langkah dalam melakukan pekerjaan.Dia tahu bahwa tugasnya sebagai orang yang “mempersiapkan jalan” bagi kedatangan Juruselamat, bukan sebagai Juruselamat itu sendiri.
Ketiga, mementingkan kedisiplinan. Tidak banyak informasi mengenai apa saja yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Tetapi Yohanes Pembaptis berani untuk menentang orang-orang yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, termasuk kepada orang-orang penting seperti orang Farisi dan para Ahli Taurat. Artinya, kedisiplinan Yohanes Pembaptis tidak bisa diragukan lagi, karena berani menentang orang-orang yang sangat disiplin dalam kehidupan beragama mereka.
Keempat, dalam mengambil setiap keputusan selalu mengikuti tuntunan Tuhan. Dan setiap keputusan selalu ada resikonya. Yohanes harus menetapkan dirinya untuk menjadi pembawa berita kebenaran dan berani menegor yang bersalah. Konsekuensinya, Yohanes Pembaptis mati karena dia menegor orang yang bersalah, yaitu Herodias.
Apa yang bisa kita lakukan hari ini, lakukanlah dengan melihat dan mempelajari apa yang pernah dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Dia tidak menerima kemuliaan apa-apa, tetapi hidupnya penuh dengan tantangan yang harus dilalui. Kita juga bisa “mempersiapkan jalan bagi Tuhan” supaya orang-orang di sekitar kita bisa mengenal Tuhan Yesus melalui hidup kita. Tidak mudah, tetapi bisa.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 6