Zefanya 3:9-20
Mudah untuk membuat janji, tetapi tidak mudah untuk mempercayai janji. Seringkali hal inilah yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Janji yang dilakukan di atas kertas pun sering disangkal atau dilanggar. Perjanjian itu penting, tetapi akan batal dengan sendirinya jika salah satu pihak menyangkalnya. Janji yang jelas seperti itu saja kita bisa dengan mudah untuk menyangkalnya, apalagi janji keselamatan yang bersifat rohani (tidak terlihat oleh mata).
Zefanya (artinya: Tuhan menyembunyikan) adalah seorang nabi keturunan raja Hizkia yang berkarya pada tahun-tahun terakhir abad ke-7 SM.
Bagian alkitab yang kita renungkan hari ini berbicara tentang Yerusalem yang dihukum dan diselamatkan. Pokok pemberitaan nabi Zefanya adalah tentang kedatangan “hari Tuhan”, yang merupakan hari yang suram. Bangsa ini akan mengalami penghakiman dari Tuhan. Tetapi, di sisi lain, Zefanya juga mewartakan janji keselamatan. Janji keselamatan yang dijelaskan akan menjadi lebih relevan dan bermakna bagi mereka yang memerlukan keselamatan, yaitu orang yang mengaku berdosa dan merasa dipanggil untuk bertobat.
Pengakuan atas keberdosaan tentu membantu mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita menyadari diri sebagai pribadi yang lemah karena jatuh ke dalam dosa, namun Tuhan tetap mengasihi dan memanggil kita untuk bertumbuh dalam kasih. Di sisi lain, kita tidak boleh terpaku pada rasa bersalah. Kesadaran akan dosa bisa juga menjadi jebakan bila kita merasa tidak mendapatkan pengampunan dan putus asa, yang justru membuat kita menjauh dari Tuhan. Rasa bersalah akibat dosa bukan tujuan, melainkan sarana untuk berjuang melawan dosa dan memohon pengampunan.
Kesadaran bahwa diri kita berdosa juga penting bagi pertumbuhan rohani karena membawa kita pada keyakinan bahwa kita adalah orang berdosa yang dikasihi, tidak sempurna tetapi dicintai Tuhan. Hal ini akan mendorong munculnya rasa syukur. Tuhan tidak suka dengan dosa-dosa yang kita perbuat, tetapi Ia tetap menerima kita. Yesaya 21:1 mengatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.” Rasa syukur ini akan mendorong kerinduan untuk menanggapi kasih Tuhan. Kita diliputi oleh kasih Tuhan, bahkan dalam ketidaksempurnaan kita sekalipun.
Pertama, sebagai orang berdosa yang dikasihi oleh Tuhan, kita mengalami pengampunan. Karena itu, kita pun perlu mengampuni orang lain. Dosa akan ada dalam diri setiap orang sehingga orang perlu meminta ampun sekaligus memberi pengampunan. Kedua, pengalaman sebagai orang berdosa yang dikasihi akan mendorong kita untuk membagikan kasih secara konkret kepada sesama. Yohanes Pembaptis dalam Lukas 3:8 menyerukan, “Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.”
Dengan demikian, janji keselamatan Tuhan juga akan terwujud dalam diri kita dan melalui diri kita. Tuhan dapat mencapai rancangan sempurna-Nya melalui orang-orang yang tidak sempurna seperti kita.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 388