Roma 12:1
Hari ini kita masuk dalam renungan mengenai persembahan di Perjanjian Baru. Persembahan ini memang agak berbeda dari Perjanjian Lama, tetapi pada prinsipnya sama yaitu pemberian yang dipersembahkan dengan hormat kepada Sang Pencipta. Di dalam Perjanjian Baru, persembahan bukan lagi sebagai simbol penebusan dosa atau kesalahan umat, karena yang disimbolkan yaitu Yesus Kristus sudah datang dan tersalibkan.
Penebusan dosa sudah selesai. Di dalam Ibrani 10:4 dikatakan, “Sebab, tidak mungkin darah lembu jantan atau darah kambing jantan menghapuskan dosa.” Penebusan dosa orang percaya di Perjanjian Baru sampai masa sekarang ini, hanya dapat dilakukan melalui iman dengan mengaku bahwa Yesus sudah disalibkan menggantikan saya dan sekarang saya harus hidup seperti Yesus hidup. Terjadi substitusi atau transaksi rohani, pergantian posisi antara Yesus dengan manusia, pada saat penghukuman atas dosa.
Dengan demikian, bukan berarti bahwa di Perjanjian Baru sampai pada masa sekarang, persembahan tidak ada sama sekali. Persembahan di Perjanjian Baru menjadi berbeda konsep dan cara. Jika di Perjanjian Lama orang melakukan persembahan kurban untuk mempercayai janji Tuhan akan kedatangan Juruselamat, maka di Perjanjian Baru orang percaya memberikan persembahan sebagai ungkapan syukur atas anugerah keselamatan yang telah (sudah) diberikan oleh Tuhan. Anugerah itu diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan, sehingga tidak bisa dibalas dengan usaha dan perbuatan manusia.
Persembahan kita hari ini adalah tindakan ungkapan syukur kita kepada Tuhan, bukan balasan kita kepada Tuhan karena Ia telah memberikan keselamatan itu. Kita tidak akan bisa membalas kebaikan dan anugerah Tuhan dengan persembahan yang kita berikan. Persembahan menjadi penting, sebagai bentuk nyata bahwa kita mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh. Persembahan itu sangat luas dan tidak hanya berbentuk materi atau uang.
Pertama, persembahan nyawa. Di Perjanjian Baru, banyak sekali orang-orang yang mau merelakan nyawanya demi Tuhan. Martir pertama kali yang dicatat di dalam Alkitab adalah Stefanus. Di dalam 1 Yohanes 3:16 dikatakan, “Dengan inilah kita mengenal kasih, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Jadi, kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” Persembahan nyawa artinya kesediaan untuk berkorban dan menderita bagi orang lain dengan cara mengesampingkan kepentingan diri sendiri. Bisa juga dilakukan pada saat sedang menderita sakit penyakit yang mengancam nyawa, tetapi tidak mau meninggalkan Tuhan dengan cara mencari kesembuhan dari Iblis.
Kedua, persembahan tubuh. Ini artinya adalah persembahan seluruh hidup kita secara utuh. Tubuh kita sangat penting, untuk menghindarkan diri dari kebinasaan. Kenapa tubuh penting? Di dalam 1 Korintus 6:15a dikatakan, “Tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah anggota Kristus?” Di ayat 19-20 dikatakan, “Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu, Roh yang kamu peroleh dari Allah – dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Ada kalimat perintah yang wajib untuk dilakukan.
Ketiga, persembahan pujian. Sebagai orang percaya, pujian kita berasal dari hati yang disampaikan melalui mulut. Efesus 5:19-20 mengatakan, “dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan lantunkanlah pujian bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.” Dalam segala situasi dan kondisi, kita harus menggunakan lidah atau mulut kita untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk menyakiti Tuhan atau sesama.
Keempat, persembahan waktu dan tenaga. Persekutuan, kebaktian minggu, berdoa, membaca Alkitab, perlu waktu. Untuk hadir dalam persekutuan-persekutuan, perlu tenaga. Untuk melayani Tuhan, perlu waktu dan tenaga. Semua itu seharusnya dilakukan atas dasar ucapan syukur kepada Tuhan. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk melayani Tuhan. Jika kita mendapatkan kesempatan itu, maka seharusnya dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan tujuan untuk Tuhan.
Kelima, persembahan materi berupa uang atau barang. Perjanjian Baru mengajarkan kita untuk menyisihkan uang persembahan setiap minggu. Persembahan ini untuk dikelola oleh gereja, untuk menjaga dan memperluas pemberitaan Injil. 1 Korintus 16:1-2 menyatakan, “Sekarang, tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu melakukannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama setiap minggu hendaklah kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu dan menyimpannya, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan pada saat aku datang.”
Apakah persembahan persepuluhan masih berlaku. Yesus sendiri dengan jelas mengatakan di dalam Matius 23:23, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu memberi persepuluhan dari min, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Hal-hal tersebut harus dilakukan tanpa mengabaikan yang lainnya.”
Para rasul pada waktu itu tidak menekankan persembahan persepuluhan, karena jemaat mula-mula memberikan lebih dari persepuluhan. Bahkan, jemaat Makedonia memberikan lebih dari kemampuan mereka. Di dalam 2 Korintus 8:2-3 dikatakan, “Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, sukacita mereka meluap, dan meskipun mereka sangat miskin, mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi bahwa mereka telah memberi menurut kemampuan mereka, bahkan melampau kemampuan mereka.”
Jika kita mendapat kesempatan dan memiliki hati untuk mempersembahkan, maka persembahkanlah itu dengan tulus dan hormat kepada Tuhan. Mengenai persembahan uang, akan kita lanjutkan minggu depan.
Views: 8