Yohanes 19:28-29, Mazmur 69:22
“Aku haus!”
Perkataan terakhir seseorang yang kita kasihi seharusnya sangatlah dihargai, karena pasti itu pesan yang penting. Pesan terakhir seringkali mempengaruhi orang yang mendengarkannya di kehidupan yang selanjutnya. Perkataan terakhir dari seseorang yang akan meninggal punya banyak makna. Thomas Hobbes (seorang atheis) berkata sebelum meninggal, “Aku melangkah dengan penuh ketakutan ke dalam kegelapan.” Voltaire (seorang yang tidak percaya kepada Tuhan) sebelum meninggal berkata, “Aku ditinggalkan oleh Tuhan dan manusia. Aku akan pergi ke neraka.” Berbeda dengan perkataan terakhir dari D.L. Moody (seorang pengkhotbah yang percaya Tuhan), “Ini luar biasa. Dunia mengecil, sorga terbuka, Tuhan memanggil aku.”
Tahun lalu kita sudah merenungkan tentang perkataan Yesus saat di salib, sampai perkataan yang keempat. Pertama, sekitar jam 9 pagi saat Dia baru saja dinaikkan ke salib, Yesus mengampuni penyiksa-Nya dan berkata, “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Kedua, Yesus memberi jaminan keselamatan kepada salah satu dari penjahat yang ikut disalib, “Hari ini juga engkau akan bersamaKu di Firdaus.” Ketiga, Yesus memenangkan ibu-Nya dengan meminta Yohanes untuk menjaganya. Keempat, ketika terang berganti gelap, Yesus berseru, “Eloi, Eloi, lama sabaktani?”
Kita masuk pada perkataan Yesus yang kelima. Yohanes adalah satu-satunya murid yang masih ada di dekat kayu salib. Yohanes adalah satu-satunya murid yang melihat dan mendengar Yesus berkata, “Aku haus.” Ini adalah seruan atas siksaan yang dialami-Nya. Jika kita baca dalam Alkitab, dua hari sebelum penyaliban, Yesus sudah mengalami tekanan yang luar biasa. Di saat perjamuan terakhir bersama dengan para murid, Yesus sudah memberitahu bahwa ada salah satu dari murid-Nya yang akan menyerahkan-Nya untuk disalib. Dilanjutkan dengan tekanan di taman Getsemani. Setelah itu, terjadi juga tekanan saat penangkapan-Nya di taman Getsemani. Selama perjalanan dari Getsemani sampai rumah Kayafas, Dia diinterogasi oleh Ananias, Kayafas dan dewan Sanhedrin. Dia harus berjalan melintasi kota Yerusalem dari rumah Kayafas menuju Pontius Pilatus. Lalu dia dipaksa berjalan lagi melintasi kota Yerusalem, dari Pontius Pilatus menuju pengadilan Herodes. Setelah itu dipaksa lagi berjalan kembali menuju Pontius Pilatus untuk diinterogasi dan diejek. Sepanjang waktu itu tidak ada satu bukti pun yang mengatakan bahwa Yesus mendapat kesempatan untuk minum. Dan biasanya, seorang tawanan dibawa dengan cara kekerasan dari satu tempat ke tempat lain dalam kondisi kehausan. Setelah itu Yesus dicambuk. Banyak orang sudah mengalami kematian saat hukuman cambuk ini. Tubuh-Nya terkoyak, darah-Nya tercurah, dan Dia dipaksa untuk naik ke bukit Tengkorak sambil memikul salib. Selama sekitar 6 jam, Dia berada di atas kayu salib. Tidak heran kalau Dia sangat menderita dan berseru kehausan.
Sulit untuk mengetahui, pada saat prajurit memberikan anggur asam kepada Yesus, itu tindakan kebaikan atau kekejaman. Selain mengalami kehausan fisik, Yesus juga mengalami kehausan rohani. Dia rindu hubungan yang indah bersama Bapa, karena itu sebelumnya Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Yesus tidak bisa berpisah dengan Bapa, karena Mereka adalah satu sejak zaman kekekalan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mempunyai rasa haus untuk memiliki hubungan indah dengan Tuhan? Lihat Mazmur 42:1-3. Kapan terakhir kita merasakan haus akan Tuhan? Ataukah kita hanya haus dengan hal-hal yang jasmani? Harta? Kekuasaan? Ketenaran? Semuanya itu adalah kehausan duniawi yang tidak terpuaskan, karena dunia memuaskan dengan air yang sementara.
Yohanes juga mencatat perkataan Yesus di dalam Yohanes 4, ketika Yesus bercakap-cakap dengan perempuan Samaria. Yesus berkata di ayat 13 dan 14, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus lagi untuk selama-lamanya.”
Haus akan Tuhan, rindu akan Tuhan yang hidup, adalah satu-satunya haus yang dapat dipuaskan.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 18