1 Petrus 2:16
Kita masuk di bulan Agustus, bulan Kemerdekaan Republik Indonesia. Mengingatkan kita bahwa kita pernah menjadi negara yang terjajah, negara yang tidak memiliki kebebasan untuk menentukan masa depan sendiri. Secara sederhana, merdeka artinya tidak ada yang menguasai, menindas, menekan atau mengendalikan hidup kita. Ayat yang kita baca merupakan perintah supaya kita menjadi orang merdeka, hidup sebagai orang merdeka. Menjadi orang merdeka ternyata bukan hanya hak, tetapi perintah. Perintah ini disampaikan untuk memberi kesadaran kepada kita semua. Memang sering ditemukan bahwa orang-orang Kristen tidak sadar dengan kemerdekaan mereka, atau malah justru menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk melakukan kejahatan.
Ketika Alkitab berbicara mengenai kemerdekaan, fokus pertama adalah pada kemerdekaan atas dosa (bdg. Yoh 8:33-34). Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Ketika menjadi hamba dosa, manusia dikendalikan oleh dosa tersebut. Inilah yang tidak dimengerti oleh kebanyakan orang Yahudi. Mereka mengakui sebagai keturunan Abraham dan merasa tidak pernah dijajah oleh siapapun. Pada saat berkata seperti itu, mereka sedang membohongi diri sendiri karena beberapa kali mereka dijajah, seperti dijajah oleh bangsa Mesir dan Babel. Bahkan pada saat zaman Yesus, mereka juga sedang dalam jajahan bangsa Romawi. Yesus mengalihkan konteks penjajahan itu ke hal yang rohani, berusaha menyadarkan mereka bahwa mereka sedang terikat dan terjajah oleh dosa. Jika masih hidup di dalam dosa, maka upah dosa adalah maut atau kematian kekal.
Fokus kedua adalah kemerdekaan dari hukum Taurat. Hukum Taurat dan semua turunannya sudah tidak berlaku lagi karena sudah digenapi di dalam Yesus Kristus. Hukum Taurat bersifat simbolik, untuk menyimbolkan kehadiran Sang Juruselamat, yaitu Yesus Kristus. Ketika Yesus hadir ke dunia, maka tidak perlu disimbolkan dengan apapun juga. Di dalam Roma 7:6 telah dijelaskan oleh Paulus, “Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.” Ketika kita sudah percaya kepada Yesus, maka hukum terutama yang harus kita laksanakan adalah mengasihi Tuhan dan sesama manusia, sesuai dengan hukum kasih.
Fokus ketiga adalah dimerdekakan dari tradisi dan filsafat kosong buatan manusia. Kita sangat dekat dengan tradisi dan filsafat yang seringkali menjauhkan kita dari Tuhan atau menduakan Tuhan. Di dalam Kolose 2:20-22, Paulus pernah menegur jemaat di Kolose tentang hal ini. Segala sesuatu seharusnya bisa diuji dengan akal sehat. Jika kita tidak menggunakan akal sehat, maka kita akan mudah untuk disesatkan atau dipengaruhi dengan hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Tradisi apapun, apakah itu baik atau tidak baik, berpotensi untuk mengikat. Tradisi adalah kebiasaan yang berulang-ulang, pada akhirnya akan mengikat manusia. Jika tidak ikut dalam tradisi, paling tidak kita akan mendapatkan hukuman sosial. Demikian juga dengan filsafat, manusia diajak untuk berpikir sebebas-bebasnya. Karena terlalu bebas, seringkali keluar dari kaidah berpikir jernih.
Kita adalah orang merdeka. Tetapi kemerdekaan yang kita miliki seharusnya tidak menjajah kemerdekaan orang lain. Kebebasan kita seharusnya tidak merugikan atau menjadi batu sandungan bagi orang lain. Kita bebas untuk makan apa saja, tidak ada yang bisa menajiskan kita, tetapi kita juga harus ingat bahwa ada orang-orang yang baru percaya kepada Tuhan bisa tersandung dengan apa yang kita makan. Kebebasan dan kemerdekaan yang Tuhan berikan bukan tanpa batas. Tuhan memberi tempat dan ruang bagi kita untuk melakukan kebebasan dengan batas-batas tertentu yang telah ditulis dalam Alkitab, supaya kita bisa menjadi kesaksian yang baik bagi orang lain.
Views: 3