Kolose 3:5-17
Kupu-kupu yang indah tidak akan pernah ad ajika si ulat tidak mau bermetamorfosis. Metamorfosis berasal dari kata methamorphoo artinya ‘saya berubah’, akar kata dari perubahan atau pembaharuan. Istilah ini biasanya dipakai pada proses perubahan dari seekor ulat menjadi kupu-kupu. Proses ini tidak mudah, bahkan sangat menyakitkan. Si ulat harus menyelubungi dirinya dengan benang-benang yang ia buat sedemikian rupa kemudian berpuasa untuk beberapa waktu lamanya (disebut kepompong). Setelah itu, si ulat harus keluar dari kepompong dengan usahanya sendiri. Ia harus menggesek-gesekkan tubuhnya dengan kepompong agar sayap-sayapnya dapat bertumbuh dengan sempurna, sehingga menjadi kupu-kupu yang indah dan bisa terbang.
Istilah metamorfosis bisa juga dipakai untuk istilah perubahan dalam diri manusia. Manusia bisa ber-metamorfosis menjadi manusia baru. Manusia bisa mengalami dua kali metamorfosis (perubahan) dalam hidupnya.
Pertama, ketika ia menjadi orang percaya. Ia harus menanggalkan kemanusiaannya yang lama, yang terbelenggu dosa, menjadi manusia baru yang tidak dikuasai dosa lagi. Proses perubahan menjadi orang percaya menjadi sebuah keharusan, menurut firman Tuhan. Setiap orang yang sudah mengaku percaya kepada Yesus hendaknya menjadi sama seperti Kristus dan memiliki karakter Kristus. Hal-hal yang dicatat di ayat 8-9 seharusnya tidak dilakukan lagi oleh orang Kristen. Hal-hal tersebut akan mendatangkan murka Tuhan, karena bertentangan dengan sifat dan karakter Tuhan. Menjadi manusia baru harus memiliki hal-hal yang dicatat dalam ayat 12-14.
Proses perubahan ini tidak mudah, apalagi jika semua perbuatan manusia lama sudah berakar di dalam diri kita. Paulus menuliskan bahwa jika kita ingin menjadi manusia yang baru, maka hendaknya perkataan Kristus diam di dalam diri kita agar segala kekayaan yang terkandung dalam perkataan Kristus itu dapat berkarya di dalam kehidupan kita.
Contoh perubahan dalam kehidupan manusia bisa kita lihat dalam kisah Samuel dan Yesus saat mereka masih kanak-kanak. Samuel sudah diserahkan kepada imam Eli untuk melayani di bait Allah. Sementara itu, Yesus sudah menikmati percakapan di bait Allah, sementara kedua orang tua-Nya sibuk mengkhawatirkan-Nya. Tetapi, karena karakter Tuhan adal di dalam diri mereka, maka mereka sudah mampu melayani dan mengajar orang lain. Kedua contoh ini menunjukkan bahwa proses ber-metamorfosis untuk menjadi serupa dengan Kristus bisa dimulai kapan saja, tidak mengenal usia. Namun, alangkah baiknya jika hal tersebut sudah dilakukan sejak dini.
Kedua, terjadi saat orang yang sudah percaya kepada Yesus mengalami kebangkitan dari kematian atau pengangkatan. Secara fisik, tubuhnya akan berubah menjadi baru, yaitu tubuh kemuliaan. Seperti tubuh Yesus setelah Dia mengalami kebangkitan dari antara orang mati. Perubahan yang kedua ini adalah hasil dari perubahan yang pertama.
Sekali lagi, untuk memiliki karakter Kristus bukan perkara yang mudah. Tidak jarang orang yang sudah mengaku percaya kepada Tuhan bersungut-sungut ketika mengadapi kesulitan. Sangat berat untuk mengampuni orang yang sudah melukai kita. Tetapi proses tersebut memang harus kita jalani. Bahkan, kita harus menjalani dengan hati bersyukur.
Selamat ber-metamorfosis menjadi manusia baru. Di masa akhir tahun ini, bisa kita pakai untuk berkomitmen, menjadi manusia yang baru di tahun yang baru. Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk memperbaharui diri menjadi serupa dengan Kristus.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 37