Roma 10:15-21
Dari ayat di atas, ada beberapa hal yang kita bisa pelajari, bagaimana kita bisa menjadi teladan bagi orang lain di setiap perkataan maupun perbuatan kita, dan kita bisa mempertanggungjawabkan semuanya itu.
Pertama, di ayat 15 dikatakan, “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik.” Jika ada kabar baik, maka ada kabar buruk. Kabar baik selalu dinantikan oleh banyak orang. Tetapi, kabar baik bisa baik bagi kita, belum tentu menjadi kabar baik bagi orang lain. Dalam kompetisi atau perlombaan, misalnya, pengumuman tentang kemenangan, akan baik didengar oleh yang menang, tetapi menjadi kabar buruk bagi yang kalah.
Kabar baik yang kita sampaikan seharusnya adalah kabar yang indah bagi semua orang, karena kabar itu adalah kabar pembebasan dan keselamatan dari dosa. Tetapi tidak semua orang bisa menerimanya. Bagi kita, pekerjaan itu adalah pekerjaan yang indah sekaligus menantang. Orang baik belum tentu diterima oleh semua orang, sama dengan kabar baik yang belum tentu bisa diterima oleh banyak orang. Meskipun demikian, kita harus tetap melakukannya, baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2). Karena waktu yang paling baik untuk menyampaikan firman adalah ketika kita tidak menundanya.
Kedua, lebih kepada posisi kita sebagai pendengar (17). Iman (percaya) kita timbul dari pendengaran oleh firman Kristus. Pendengaran seperti apa? Penjelasannya di ayat selanjutnya, ayat ini mengutip Mazmur 19:5, Ulangan 32:21 dan Yesaya 65:1-2. Saat ini, firman Tuhan bisa kita dapatkan dengan mudah, bebas dan di mana saja. Tetapi, seringkali kita tidak menanggapinya atau tidak menjadikannya sebagai firman yang hidup. Firman yang hidup adalah firman yang harus dihidupi, yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Kita bisa belajar dari kesalahan bangsa Israel, yang tidak mau mendengarkan firman dengan baik dan mereka selalu berada dalam keterpurukan, sepanjang sejarah bangsa Israel.
Seringkali, kita sebagai pendengar khotbah bisa bosan, karena khotbahnya itu-itu saja. Tetapi, itu harus kita dengar, karena informasi yang diberikan secara berulang-ulang, akan menimbulkan kepercayaan. Tetapi harus berhati-hati, jangan sampai memberikan informasi yang salah secara berulang-ulang, karena yang salah bisa dianggap sebagai kebenaran. Jika kita sebagai pengkhotbah, maka kita harus berhati-hati supaya apa yang kita sampaikan sesuai dengan Alkitab. Jika kita sebagai pendengar, maka kita pun harus kritis, semua informasi harus dicek dan ricek, supaya sesuai dengan kebenaran Alkitab. Kita harus memfilter apa yang kita dengar. Jika tidak demikian, maka kita akan mudah untuk diombang-ambingkan dengan berbagai macam pengajaran.
Ketiga, informasi yang valid tentang firman Tuhan, hanya ada di dalam Alkitab, tidak ada di tempat lain. Alkitab menjadi dasar buat kita, dasar untuk kepercayaan iman kita. Penting buat kita untuk membaca dan merenungkan Alkitab secara pribadi, supaya hati kita selalu dipersiapkan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang kebenaran Alkitab yang disampaikan oleh orang lain. Ini adalah sikap hati dan hidup yang aktif, bukan pasif. Dengan cara seperti itulah kita menggali kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang sangat berharga, harus dibeli dan diusahakan, jika dapat jangan menjualnya (Ams 23:23). Dia lebih berharga dari emas atau permata. Kebenaran itu setara dengan hikmat, didikan dan pengertian.
Jika kita menjadi pemberita Injil, maka lakukanlah dengan hati-hati dan sungguh-sungguh, supaya kita bisa mengajarkan yang benar kepada orang lain. Jika kita sebagai pendengar, dengarlah dengan sungguh-sungguh. Filterlah informasi itu, teruskan yang benar dan jangan teruskan yang tidak benar dan tidak valid. Yang paling penting, semua itu sesuai dengan Alkitab sebagai dasar kebenaran firman yang kita yakini. Carilah kebenaran dengan sungguh-sungguh, dan jangan menjualnya lagi.
Views: 15