Jelajah PB 117 (Markus 7:26-37)

Seperti yang sudah dijelaskan di seri sebelumnya, maka kita bisa menarik kesimpulan, mengapa Yesus berkata demikian kepada permpuan Yunani bangsa Siro-Fenisia itu. Yesus datang untuk menyediakan makanan bagi anak-anak-Nya. Jika anak-anak itu tidak mau makan, maka makanan itu nanti akan diberikan kepada bangsa lain. Apakah kita menerima, jika kita disebut anjing oleh Yang Maha Kuasa? Beranikah kita memprotesnya? Sebenarnya, ketika kita tidak percaya kepada Tuhan, kita lebih hina dari anjing. Anjing saja sangat kenal dengan tuannya, dia adalah binatang yang paling setia di antara binatang lainnya.

Perempuan ini seorang ibu yang sangat baik. Dia tidak marah dan tersinggung ketika disamakan dengan anjing oleh Yang Maha Kuasa. Justru dia berkata, “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Perempuan ini sangat luar biasa. Pada saat itu, pelayanan Yesus terfokus hanya kepada orang-orang Yahudi. Jika orang Yahudi menolak Dia, maka berita Injil akan disampaikan kepada semua bangsa di bumi ini. Seperti yang terjadi saat ini. Ketika bangsa Yahudi menolak dan menyalibkan Dia, maka berita Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, termasuk kita hari ini. Ibu yang rendah hati itu menikmati berkat terlebih dahulu, berkat yang diberikan kepada orang non-Yahudi.

Setelah peristiwa itu, Tuhan Yesus melanjutkan perjalanan, meninggalkan Tirus, melalui Sidon menuju ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di daerah itu Tuhan Yesus menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap dengan cara yang berbeda. Orang menginginkan Yesus menumpangkan tangan atas orang itu, tetapi Yesus melakukan dengan cara lain. Lihatlah, Yesus tidak bisa diperintah oleh orang, bagaimana cara Dia menyembuhkan orang yang sakit.

Orang ini belum pernah mendengar orang berkata-kata karena dia tuli. Dia juga belum bisa berkata-kata karena bisu (gagap). Tetapi, Tuhan Yesus memberikan mujizat, ia bisa berkata-kata dengan baik. Yang Tuhan Yesus lakukan seperti membentuk ulang orang itu, menjadi manusia yang diciptakan kembali. Ketika dia bisa berkata-kata dengan baik, maka kita juga diingatkan bahwa pada waktu penciptaan, Adam juga bisa berkata-kata meskipun dia tidak belajar berkata-kata dan tidak pernah tahu masa kecilnya. Kata-kata itu telah ditaruh di lidahnya oleh Tuhan.

Beberapa kali kita mendapati bahwa Tuhan Yesus melarang orang menceritakan peristiwa-peristiwa mujizat ini kepada banyak orang. Hal itu dilakukan oleh Yesus, karena Yesus tahu bahwa orang Yahudi yang mendengar banyak peristiwa mujizat ini, mereka makin cepat akan membinasakan Yesus. Sementara murid-murid-Nya belum cukup mendapatkan didikan, masih sering terombang-ambing dan ragu-ragu. Yesus ingin mencari waktu menyediri, supaya bisa mengajar murid-murid-Nya secara pribadi. Setelah waktunya tiba, Dia akan menyerahkan diri untuk disalibkan.

Kita pada saat ini mendapat tugas untuk bersaksi dan memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias dan Juruselamat, kepada semua orang.

Yesus menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar dan yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata. Yesus tidak pernah melakukan kejahatan satupun. Orang membenci Yesus, karena hati orang tersebut jahat. Demikian kita juga saat ini, yang sungguh-sungguh percaya Yesus pasti tidak akan melakukan kejahatan. Tetapi toh tetap saja ada orang yang membenci kita. Yang membenci kita, mereka mempunyai kejahatan di dalam hatinya. Orang-orang seperti itu biasanya membenci orang yang tidak melakukan kesalahan. Ada juga orang yang membenci salib, padahal salib hanyalah simbol. Tetapi simbol salib adalah simbol kasih yang sangat besar, kasih Tuhan kepada umat manusia yang berdosa.

Views: 27

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top