Jelajah PB 91 (Markus 1:21-28)

Yesus dan para murid akhirnya tiba di Kapernaum. Kapernaum masih di seputar danau Galilea dan ada kesempatan Tuhan Yesus mengajar di rumah ibadat (sinagoge). Sebelum pembuangan ke Babel, orang Yahudi tidak mempunyai sinagoge di kota mereka, hanya mempunyai Bait Allah di kota Yerusalem. Setiap laki-laki di atas umur dua belas tahun harus pergi ke Yerusalem paling kurang satu tahun tiga kali. Mereka menyadari bahwa sangat kurang jika mereka beribadah hanya tiga kali dalam setahun. Karena itu, sepulang dari pembuangan di Babel, pada saat zaman Esra, terjadi kebangunan rohani di kalangan orang Yahudi dan akhirnya dibangunlah sinagoge di tiap-tiap kota. Bahkan di kota-kota bangsa lain, jika di sana ada kumpulan orang Yahudi, maka mereka membangun sinagoge. Dengan demikian, iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan semakin baik. Tetapi sayangnya mereka hanya melaksanakan ibadah simbolik tanpa mengerti makna dari semua itu. Ibadah itu lebih dihargai dan dihormati daripada Tuhan sendiri.

Yesus mengajar sebagai seorang yang penuh kuasa, karena Dia adalah Tuhan sendiri. Di masa sebelumnya Dia mengutus nabi. Sekarang Dia sendiri datang untuk mengajar. Seharusnya, berbahagialah orang yang di Kapernaum itu karena bisa mendengar langsung pengajaran Tuhan. Pada waktu itu, di situ ada orang yang kerasukan roh jahat. Kemudian Tuhan Yesus menyembuhkannya. Sebelumnya roh itu sempat berteriak dan tahu tentang Yesus. Roh jahat tentu kenal siapa Yesus sebenarnya. Karena roh jahat itu asalnya dari malaikat yang memberontak. Jika roh jahat saja bisa tahu siapa Yesus yang sebenarnya, seharusnya manusia yang lain bisa menerima Yesus sebagai Tuhan. Kalau mereka tidak mau mendengar kesaksian Yohanes Pembaptis, mungkin seharusnya mereka harus sedikit disentakkan dengan kesaksian roh jahat itu. Roh jahat saja menyebut Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardik roh jahat itu.

Yesus menyuruh roh jahat itu diam, karena Yesus mau menyelesaikan pekerjaan-Nya terlebih dahulu. Tuhan Yesus tahu bahwa hati orang-orang Yahudi tidak siap dan belum bisa menerima kehadiran Mesias. Setelah Yesus melayani tiga setengah tahun pun orang-orang Yahudi tetap tidak mau menerima Yesus sebagai Mesias dan Juruselamat mereka. Bahkan Yesus sudah memperlihatkan mujizat-mujizat-Nya, orang Yahudi pun tidak mau menerima Yesus, apalagi ini baru awal pelayanan-Nya. Yang diketahui oleh orang Yahudi hanya bahwa Yesus adalah orang Nasaret, keturunan Yusuf dan pekerjaannya adalah tukang kayu. Sulit sekali bagi orang Yahudi untuk bisa menerima Yesus sebagai Mesias. Diperlukan kerendahan hati dan hikmat dari Tuhan untuk bisa memahami dan menyambut Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan itu.

Padahal pada saat itu sebenarnya mereka sedang menantikan Juruselamat. Mungkin mereka tidak membaca Alkitab dengan baik. Mereka tidak menyadari bahwa Mesias itu akan datang, akan dilahirkan di Betlehem, akan dibesarkan di Nasaret. Mereka tidak mau menelusuri semua itu.

Sebenarnya orang-orang yang mendengarkan pengajaran Yesus, mereka semua takjub. Setelah itu, tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea. Karena itulah diperlukan Injil yang bersifat tertulis, supaya kabar yang menyebar itu tidak bisa ditambah dan dikurang. Jika Injil disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi, semuanya akan menjadi kacau.

Views: 20

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top