Matius 6:31-33
(31) Karena itu, janganlah kawatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, padahal Bapamu yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi, carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Ayat ini sudah sering kita baca dan dengar. Mari kita merenungkan kembali dari sudut pandang yang berbeda. Kita hidup di dalam masyarakat yang sangat plural, beragam dan bermacam-macam. Orang-orang itu memiliki pemahaman yang berbeda tentang Tuhan. Sesama Kristen pun bisa memiliki pemahaman yang berbeda-beda dengan Tuhan yang sama. Karena itu, penting bagi kita untuk mengenal Tuhan yang kita sembah dan kita layani. Tuhan sudah memperkenalkan diri dan keberadaan-Nya melalui Alkitab. Tidak ada sumber lain yang bisa kita percaya, selain Alkitab, yang telah memperkenalkan Tuhan yang sejati pada kita.
Semua orang di dunia ini sedang bersaing, bergulat dan berdesak-desakan untuk mencari makan, minum dan pakaian. Terkadang tidak mempedulikan satu dengan yang lain. Tuhan tidak lagi menjadi yang utama dalam hidup. Karena itulah, maka kepentingan-kepentingan duniawi pun masuk ke dalam gereja. Fokus utama gereja dan pelayanan bisa berubah sedemikian rupa, tidak lagi untuk mencari perkenanan Tuhan, tetapi untuk mencari perkenanan manusia yang lain.
Banyak orang mulai menganggap bahwa Tuhan tidak nyata, seperti di angan-angan saja. Memang Alkitab mencatat segala perbuatan dan mujizat Tuhan yang terjadi. Tetapi semuanya itu sudah jarang terjadi dalam kehidupan sekarang. Jika terjadi mujizat, itupun seringkali bukan pada kita, tetapi cerita dari orang lain. Orang lain bisa bercerita dengan hebat, tetapi kita tidak pernah merasakan kehebatan itu. Karena Tuhan tidak terlihat nyata, maka orang lebih tertarik untuk mendapatkan pujian dari orang lain, karena lebih nyata dan terasa.
Firman Tuhan yang mengatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” juga tidak terasa. Tanggapan dan respon kita terhadap firman ini juga bisa berbeda. Sama halnya ketika kita sebagai orang tua, memberi nasihat dan motivasi kepada anak-anak kita, mereka bisa memilih respon yang berbeda. Di dalam Alkitab, salah satu contoh diceritakan di dalam Matius 21:28-32.
(28) “Apakah pendapatmu tentang ini: Seseorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang satu dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini di kebun anggur. (29) Jawab anak itu: Aku tidak mau. Namun, kemudian ia menyesal dan pergi. (30) Lalu orang itu pergi kepada anak yang lain dan mengatakan hal yang sama. Anak itu menjawab: Baik, Bapa. Namun, ia tidak pergi. (31) Siapakah di antara keduanya yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka, “Yang pertama.” Kaya Yesus kepada mereka, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu: Pemungut-pemungut cukai dan pelacur-pelacur mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. (32) Sebab, Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Namun, pemungut-pemungut cukai dan pelacur-pelacur percaya kepadanya. Kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”
Untungnya para murid merespon dengan benar, sedangkan para imam serta tua-tua bangsa Yahudi tidak merespon dengan benar. Mereka sama-sama melayani Tuhan, tetapi berbeda motivasi dan tujuan. Para murid belajar untuk mengutamakan Tuhan, sedangkan para imam serta tua-tua bangsa Yahudi, mengutamakan kehendak dan kepentingannya sendiri. Yang dicari adalah “yang akan ditambahkan” bukan mencari kerajaan Tuhan dan kebenarannya.
Kita juga harus sadar bahwa semua orang yang percaya kepada Tuhan bisa dipakai oleh Tuhan dan bisa melayani Tuhan. Tetapi orang percaya yang aktif melayani Tuhan, belum tentu mengutamakan kehendak Tuhan dan akhirnya tidak mendapatkan perkenanan Tuhan. Jika kita memiliki waktu pribadi atau keluarga, bersama dengan Tuhan, ini merupakan modal awal untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Pelayan Tuhan yang tidak memiliki waktu untuk berdoa dan merenungkan firman Tuhan secara pribadi, akan seperti kisah Marta. Karena itu penting bagi kita untuk belajar dari Maria.
Jangan kejar “yang ditambahkan”, tetapi kejarlah waktu pribadi bersama dengan Tuhan. Cari kerajaan Tuhan dan kebenarannya tanpa mempedulikan “yang ditambahkan”. Belajar untuk fokus kepada Tuhan, maka Tuhan akan senantiasa menguatkan kita. Semakin hari, hidup kita akan semakin berkenan di hadapan Tuhan.
Views: 3