Mengasihi Tuhan

Matius 22:37-40

Ayat ini dikenal sebagai hukum terutama yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Ayat 37 dikutip dari Ulangan 6:5. Sebenarnya, kita tidak mungkin bisa mentaati hukum Tuhan ini dengan baik dan benar jika di dalam diri kita tidak ada kasih yang sesungguhnya kepada Tuhan. Hari ini, mari kita melihat diri kita dengan lebih baik. Ketika kita datang ke gereja, berdoa atau memberikan persembahan, apakah itu bentuk kasih kita kepada Tuhan atau hanya sekedar memenuhi kewajiban saja?

Ayat 37 di dalam Markus 12:30 dan Lukas 10:27 dikatakan supaya mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Ketika membaca hal ini, kita bisa mengingat bahwa tubuh manusia terdiri dari tubuh (fisik), jiwa dan roh. Itu adalah satu kesatuan yang utuh dalam tubuh manusia. Ketika Tuhan berkata “kasihilah Tuhan dengan segenap…”, maka arti kata segenap adalah keseluruhan diri kita.

Kasih kepada Tuhan harus diwujudkan dalam ketaatan. Di dalam Yohanes 14:15 dikatakan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Artinya, kasih bukan sekedar perasaan, tetapi sebuah tindakan yang diwujudkan dalam ketaatan kepada Tuhan. Orang yang taat belum tentu mengasihi Tuhan, tetapi orang yang mengasihi Tuhan, pasti akan mentaati-Nya. Karena itu, kita bisa menilai kasih kita kepada Tuhan dari hati nurani kita.

Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus, mengikuti Yesus dengan berbondong-bondong, bukan karena mereka mau mengasihi Yesus dengan segenap hati. Mereka adalah orang-orang egois yang mengikut Yesus karena mencari keuntungan. Ketika mereka tahu Yesus bisa mengadakan mujizat, maka mereka mengikuti Dia supaya mereka bisa disembuhkan, bisa mendapatkan makan gratis, atau bisa mendapatkan kuasa seperti yang Tuhan Yesus punyai. Tetapi ketika Tuhan Yesus dalam keadaan terjepit, mereka juga beramai-ramai menyerukan, “salibkan Dia!”

Ketika orang menjadi Kristen dan berharap bahwa hidupnya makin diberkati dengan hal-hal yang duniawi, maka orang Kristen tersebut sama dengan kebanyakan orang Yahudi di zaman Yesus. Sekali mereka menjadi Kristen dan yang terjadi justru sebaliknya, maka mereka akan segera menyalahkan Tuhan. Tuhan Yesus tidak pernah menjamin bahwa ketika kita percaya kepada Dia, maka Yesus akan memberkati kita dengan hal-hal duniawi. Hal itu terbukti dengan para rasul, ketika mereka mengikut Yesus, mereka tidak mendapatkan harta duniawi, mereka tidak mendapatkan keuntungan apapun secara materi. Mereka justru menjadi martir, yang ketika kita menilai kehidupan jasmani mereka, mereka terpuruk. Tetapi lihat, meskipun mereka mengalami keadaan yang tidak baik secara jasmani, tetapi mereka tetap bersemangat dan bersukacita untuk memberitakan Injil.

Ketika kita mengasihi Tuhan, jangan berharap banyak kita mendapatkan kekayaan atau kesembuhan dari sakit penyakit. Justru kita harus berkorban bagi dia. Anugerah yang Tuhan berikan kepada kita sudah lebih dari cukup, yaitu nyawa-Nya sendiri. Tidak ada bentuk kasih lain yang lebih besar selain kasih yang Yesus berikan kepada manusia. Jika Dia sudah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, masihkah kita berani menuntut berkat-berkat yang remeh temeh. Ketika kita sudah mendapatkan anugerah keselamatan hidup kekal, masihkah kita mencari berkat-berkat yang sementara?

Mari belajar untuk menjadi orang Kristen yang kuat, bukan orang Kristen yang cengeng. Kasih itu memberi, bukan meminta. Ketika kita mau mengasihi Tuhan, maka berilah yang terbaik kepada Tuhan, apapun itu. Waktu, tenaga, uang, pikiran tidak cukup untuk membalas kasih kita kepada Tuhan. Mau tidak mau, kita harus memberikan diri kita seutuhnya kepada-Nya, menghambakan diri kita kepada Tuhan. Kita pasti bisa melakukan itu semua karena Dia memampukan kita.

Views: 14

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top