Jelajah PB 264 (Lukas 18:1-8)

Tuhan Yesus kembali mengajar dengan menggunakan perumpamaan. Perumpamaan ini adalah untuk menegaskan bahwa kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Setiap orang yang datang kepada Tuhan dan percaya kepada Tuhan, dia harus berdoa dengan tidak jemu-jemu. Yang tidak diperbolehkan adalah berdoa secara bertele-tele. Tidak jemu-jemu artinya dilakukan berulang-ulang setiap saat. Doa yang tidak jemu-jemu mengandung kesungguhan hati, percaya bahwa Tuhan sedang mendengar permohonan. Doa bertele-tele adalah doa yang mengandung kata yang diulang-ulang dalam satu doa. Seringkali doa yang bertele-tele mempunyai kecenderungan untuk memerintah Tuhan.

Karena Tuhan sudah mengasihi kita, maka ketika berdoa pun kita harus bersikap mengasihi Dia. Bukan banyak kata-kata yang penting, tetapi kesungguhan hati kita dan kesopanan kita pada waktu berdoa. Doa yang tidak jemu-jemu digambarkan oleh Tuhan Yesus seperti seorang janda yang datang kepada hakim yang lalim (tidak takut kepada Tuhan). Janda ini selalu datang kepada hakim itu, terus menerus, tanpa jemu-jemu untuk mendapatkan keadilan.

Yang diminta oleh janda ini bukanlah permintaan keinginan diri. Janda ini meminta keadilan, karena pada waktu itu dia diperlakukan tidak adil. Itulah yang menjadi kebutuhan yang paling penting bagi dia pada saat itu. Soal keadilan, bahkan Tuhan membela semua umat manusia, termasuk mereka yang tidak percaya kepada-Nya. Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Tuhan. Karena itu siapa saja yang berbuat jahat kepada manusia lain, mereka sama dengan menghina Tuhan.

Yesus sedang membuat perbandingan, hakim yang jahat saja bisa membela orang, apalagi Tuhan yang penuh kasih. Tuhan akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya (ayat 7). Ketika kita hidup di dunia ini, kita akan mengalami banyak ketidakadilan. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan juga seringkali diperlakukan tidak adil oleh orang lain.

Penganiayaan kepada orang percaya sudah pernah terjadi, baik di zaman para rasul, zaman gereja mula-mula, serta di zaman sekarang ini. Jika penganiayaan dan ketidakadilan itu terus terjadi kepada orang-orang percaya, apakah orang-orang percaya akan tetap teguh beriman kepada Tuhan? Agama atau kepercayaan yang tidak benar akan selalu menggunakan tangan pemerintah untuk membela kepentingannya. Gereja pun pernah melakukan itu, sehingga banyak orang Kristen yang dianiaya oleh orang Kristen lain. Tentu yang menganiaya adalah orang yang mengaku diri Kristen, tetapi sebenarnya di dalam hatinya dia adalah anak Iblis.

Karena itulah Tuhan bertanya, “Akan tetapi, jika Anak manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Yang dimaksud oleh Tuhan ini tentu adalah iman yang benar, iman yang murni, iman yang sesuai dengan pengajaran Alkitab. Sebagai orang Kristen, sebenarnya kita tidak bisa serta merta bangga dan senang ketika orang Kristen jumlahnya semakin bertambah. Orang Kristen bisa bertambah, tetapi yang lebih penting adalah iman yang murni. Tidak semua orang yang beragama Kristen memiliki iman yang murni kepada Tuhan. Tuhan Yesus sendiri melihat bahwa di akhir zaman, semakin sedikit orang yang memiliki iman kepada Tuhan Yesus. Pengajaran dalam kekristenan semakin banyak dan bermacam-macam. Tidak ada kebenaran ganda. Jika ada dua kebenaran yang saling berhadapan, pasti tidak semua benar. Mereka harus diuji, supaya nampak mana yang paling sesuai dengan firman Tuhan.

Views: 8

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top