Hagai 1:1-11
Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing. Hanya saja, setiap orang harus belajar untuk memiliki skala prioritas. Mana hal yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Mana sesuatu yang harus diutamakan. Karena masalah dan kesibukan, kita sering tidak fokus pada apa yang kita kerjakan. Yang sering terjadi, fokus kita tidak lagi kepada Tuhan, tetapi kepada kesibukan dan masalah sehari-hari.
Bekerja itu sebuah keharusan. Melayani dalam gereja juga keharusan. Tetapi kesibukan itu bisa membuat kita melupakan Tuhan. Pernahkah kita melihat ada orang yang sepertinya sibuk melayani Tuhan, padahal sebenarnya bukan Tuhan yang sedang dilayani, tetapi dirinya sendiri karena kepentingan sendiri? Jika kita pernah mengalami hal yang demikian, hati kita perlu dibereskan, supaya kita bisa melakukan dari dalam hati, bagaimana sebaiknya kita mendahulukan Tuhan dalam setiap pekerjaan dan pelayanan kita.
Hal ini juga yang pernah dialami oleh bangsa Israel pada zaman Hagai. Mereka baru saja kembali dari pembuangan di Babel. Pada awalnya, mereka berencana untuk membangun Bait Allah. Namun, di tengah perjalanan, ternyata ada musuh yang menyerang mereka (Ezra 4-5). Setelah menyelesaikan semua itu, ternyata mereka lebih fokus untuk membangun rumah mereka masing-masing dan tidak melanjutkan pembangunan Bait Allah. Dan ternyata Tuhan tidak berkenan terhadap sikap dan perbuatan bangsa Israel tersebut.
Bait Allah sangat penting bagi Tuhan, karena Bait Allah merupakan simbol kehadiran Tuhan di dunia pada saat itu. Perintah untuk membangun Bait Allah ini diberikan sejak zaman Koresh. Sedangkan Hagai berbicara pada zaman Darius. Artinya perintah itu sudah sekitar 20 tahun berlalu. Bisa dibayangkan, betapa marahnya Tuhan, karena bangsa Israel tidak melakukan perintah 20 tahun yang lalu.
Kita pun mendapat tugas yang sama. Dalam Efesus 2:10 dikatakan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalam-Nya.” Kita tidak boleh mengerjakan apa yang kita mau, tetapi kita harus mengerjakan apa yang Tuhan mau kita lakukan di dalam kehidupan kita. Kita seringkali mengutamakan kenyamanan kita lebih daripada kemuliaan Tuhan. Hagai 1:9 mencatat, “Kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.” Bukan tidak ada waktu, tetapi tidak ada prioritas.
Seringkali kita menganggap kemuliaan Tuhan itu bukan prioritas dan kita sibuk mengurus kenyamanan sendiri. Hidup nyaman itu boleh, tetapi jangan sampai kenyamanan itu menjadi berhala. Menikmati kenyamanan berbeda dengan menyembah kenyamanan. Ketika kita takut kehilangan kenyamanan tersebut, berarti kita sudah menganggap bahwa kenyamanan itu berhala.
Bangsa Israel terjebak dalam hal tersebut. Mereka punya waktu untuk rumah mereka, tetapi tidak mempunyai waktu untuk rumah Tuhan. Mereka mempunyai waktu untuk kenyamanan mereka tetapi tidak mempunyai waktu untuk memuliakan Tuhan. Perhatikanlah, ketika kita mengabaikan apa yang Tuhan ingin kita lakukan, maka Tuhan tidak akan pernah memberikan kita kepuasan hidup.
Jadi, jangan sampai kesibukan kita sehari-hari melupakan prioritas kita hidup di dunia dengan tujuan Tuhan. Jangan lupa mendahulukan Tuhan dalam setiap aktivitas kita. Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 176