Wahyu 2:1-7
Keluarga Allah berbicara mengenai jemaat Tuhan. Tentang hal ini (tema GKMI Sion 2019), akan kita renungkan di minggu berikutnya. Bersamaan dengan perayaan ulang tahun GKMI Sion yang ke-27 dan pelantikan Penatua Diaken, kita akan merenungkan bagaimana sebagai jemaat Tuhan bisa melayani Tuhan dengan berdasarkan kasih. Kita akan belajar dari jemaat di Efesus.
Apa perbedaan anak Tuhan yang melayani dengan kasih dan anak Tuhan yang melayani tanpa kasih? Secara penampilan mungkin sama. Bahkan, bisa jadi, anak Tuhan yang melayani tanpa kasih nampak jauh lebih giat dan terlihat profesional. Sulit untuk membedakannya. Hanya Tuhan dan dirinya sendiri yang mengetahuinya. Bahkan seringkali diri sendiri pun tidak sadar. Perbedaan terbesarnya adalah motivasi di dalam dirinya. Mari kita melihat diri kita dan motivasi kita melayani Tuhan.
Orang yang melayani tanpa kasih, fokusnya bukan Tuhan tetapi diri sendiri. Tuhan menyebut dalam ayat yang sudah kita baca, orang tersebut sudah jatuh begitu dalam (ayat 5). Itu yang terjadi di gereja Efesus. Sebenarnya sedalam apakah jemaat Efesus telah jatuh, sehingga Tuhan begitu keras menegur mereka? Di jemaat Efesus tidak tercatat ada dosa penggelapan keuangan, tidak ada perzinahan atau percabulan, atau dosa lainnya. Apa yang mereka ajarkan sudah benar. Mereka juga bukan jemaat yang malas melayani Tuhan. Justru mereka adalah jemaat yang sedang aktif melayani Tuhan. Efesus juga jemaat yang mempunyai dasar pengajaran yang sangat kuat, sehingga mereka bisa dengan mudah membedakan mana pengajar yang sesuai dengan firman dan mana pengajar yang palsu. Salah satu pengajar palsu yang mereka ketahui adalah Nikolaus.
Yesus tidak dapat ditipu. Mata-Nya terlalu tajam untuk melihat hati dan motivasi seseorang yang melayani-Nya. Seolah-olah Tuhan tidak peduli terhadap semua yang sudah mereka lakukan. Di satu sisi, Tuhan memuji hal lain yang sudah mereka lakukan. Tapi ada satu hal yang sangat penting yang dikejar oleh Tuhan, yaitu kasih mereka kepada Tuhan. Ternyata, semua yang sudah dilakukan oleh jemaat Efesus, dilakukan bukan karena mereka mengasihi Tuhan, tetapi sejatinya mereka hanya mengasihi diri sendiri atas nama Tuhan. Ternyata, bagi Tuhan ini satu penghinaan dan penipuan yang tidak bisa dianggap remeh. Karena itu Tuhan menegur mereka dengan keras, betapa dalamnya jemaat Efesus telah jatuh.
Di dalam hubungan profesional (profesi atau pekerjaan), kasih tidak terlalu penting. Tetapi di dalam hubungan keluarga (jemaat Kristus), kasih itu sangat penting. Tuhan tidak mementingkan hasil, tetapi Tuhan mementingkan relasi, hubungan yang indah antara manusia dengan Tuhan. Karena itu Tuhan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Tuhan, karena Tuhan ingin membangun relasi. Hati yang mengasihi, sangat penting bagi Tuhan. Tuhan itu pribadi yang ingin dicintai dan dikasihi. Bahkan di dalam Kel 20:5 dikatakan bahwa Tuhan itu cemburu, jika umat-Nya sujud dan beribadah kepada patung, umat-Nya lebih mengasihi patung daripada Tuhan.
Seberapa pentingkah kasih itu bagi Tuhan? Mari kita ingat hukum yang terutama dan pertama dalam Matius 22:37-38, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” Mari kita ingat, kapan terakhir kita mengasihi Tuhan? Apakah kasih kita kepada Tuhan sekarang lebih besar daripada dulu?
Orang yang sudah diselamatkan oleh Tuhan, tetapi tidak pernah melayani Tuhan, dia pasti tidak pernah mengasihi Tuhan. Orang yang melayani Tuhan, tetapi tidak dengan kasih, dia sudah jatuh terlalu dalam. Mari kita melihat hati kita, supaya kasih yang semula itu tidak hilang, tetapi justru bertambah.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 484