Ketidaksetiaan Mengakibatkan Dosa (Seri 4, ketujuh jemaat dalam Wahyu)

Wahyu 2:18-29

Tiatira merupakan kota yang tidak terlalu terkenal dibanding dengan kota-kota lain yang disebut dalam kitab Wahyu. Kota tersebut sekarang ada di wilayah Turki, bernama Akhisar. Tiatira merupakan kota pertahanan untuk melindungi kota Pergamus. Jemaat Tiatira mendapatkan pujian, teguran dan janji.

Kepada jemaat Tiatira, Tuhan memperkenalkan diri sebagai Anak Allah yang mempunyai mata bagaikan nyala api dan kaki bagaikan tembaga. Dengan membaca perikop ini secara keseluruhan, kita bisa melihat bahwa Tuhan ingin menyatakan kemahatahuan-Nya, yang bukan hanya melihat dari sisi luar, tetapi juga melihat hati terdalam setiap manusia.

Tuhan memuji jemaat Tiatira dalam beberapa hal. Aku tahu “pekerjaanmu”, merupakan pujian Tuhan yang pertama kepada jemaat di Tiatira. Mereka adalah orang-orang yang mau bekerja keras. Terutama bekerja keras dalam pelayanan mereka, melayani orang lain dengan semua potensi yang ada dalam mereka. Mereka melakukan semua itu untuk memuliakan Tuhan. Bahkan di ayat 19 bagian akhir memperlihatkan bahwa pekerjaan mereka berkembang. Tanggungjawabnya menjadi semakin besar dan pekerjaannya menjadi bertambah (lebih banyak) dibandingkan yang pertama.

Aku tahu “kasihmu”, menggambarkan bahwa jemaat Tiatira benar-benar mengasihi Tuhan. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan jemaat di Efesus yang sudah kehilangan kasih semula. Aku tahu “imanmu” menunjukkan bahwa mereka telah membuktikan iman mereka di dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar beriman. Aku tahu “pelayananmu”, mereka adalah orang-orang yang melayani tanpa kenal lelah dan mereka melakukan pelayanan dengan sepenuh hati mereka. Aku tahu “ketekunanmu” memperlihatkan iman mereka yang tidak pernah surut menghadapi tekanan, iman yang tidak pernah berhenti bahkan semakin kuat. Mereka tetap hidup dalam kebenaran.

Selanjutnya Tuhan memberi teguran kepada jemaat di Tiatira. Kesalahan mereka adalah memberi toleransi kepada sebagian kecil dari jemaat tersebut yang menyeleweng. Jika di Efesus, mereka tidak memberi toleransi sama sekali kepada orang yang berbeda, tetapi di Tiatira agak memberikan toleransi (ayat 20 – membiarkan wanita Izebel), yang akhirnya membuat Tuhan menegur mereka.

Ada Izebel yang menyebut dirinya nabiah dan ada orang yang percaya kepadanya. Seandainya saat ini ada orang yang memperkenalkan diri sebagai nabi, bisa jadi ada orang yang percaya, apalagi mereka bisa meramal dan mengetahui kehidupan seseorang secara pribadi. Disinilah pentingnya kita percaya bahwa Alkitab yang ada pada kita adalah firman Tuhan yang bersifat kanon tertutup. Yang diajarkan oleh Izebel adalah berbuat zinah dan makan persembahan berhala.

Semua dosa adalah akibat dari ketidaksetiaan seseorang kepada Tuhan, termasuk zinah dan persembahan kepada ilah lain. Di dalam Perjanjian Lama, perzinahan selalu berkaitan dengan penyembahan kepada ilah lain. Wanita Izebel berbicara tentang kejahatan yang kelihatannya tidak serius tetapi sesungguhnya berdosa. Izebel menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya (bandingkan dengan kisah Izebel, istri Raja Ahab yang merebut kebun anggur Nabot – 1 Raja-raja 21).

Selanjutnya, Tuhan memberikan janji. Ada upah bagi setiap orang yang menang. Orang yang menang bukan berarti tidak pernah jatuh. Tuhan juga memberi kesempatan kepada Izebel dan pengikutnya untuk bertobat, tetapi mereka melewatkan kesempatan tersebut. Selama masih ada kesempatan, carilah kebenaran itu dan bertobatlah jika kita melakukan pelanggaran. Maka kita akan bisa menjadi pemenang dan Tuhan menjanjikan banyak hal seperti yang disebut di ayat 26-28.

Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!

Views: 120

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top