3 Yohanes 1:1-4
Penyakit bisa menimpa siapa saja, baik orang yang percaya kepada Tuhan maupun yang belum. Penyakit mulai ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Memang pada saat itu, masih banyak orang yang sehat dan berumur panjang. Tetapi, seiring berjalannya waktu, bumi semakin hari semakin rusak dan penyakit pun semakin banyak. Obat yang baru muncul, tetapi penyakit pun terus bermunculan dan seringkali menimbulkan wabah (pandemi).
Hidup sehat itu penting. Karena dengan kesehatan kita, maka kita bisa melayani Tuhan dan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Tuhan (Roma 12:1). Tetapi pada saat ini, tidak mudah untuk bisa hidup sehat. Penyakit meneror manusia, di mana saja. Makin sulit untuk bisa mendapatkan bahan makanan yang sehat. Makin sulit untuk menjaga pola hidup sehat. Iman kita pun tidak bisa membuat kita selalu hidup sehat. Artinya, meskipun kita mengaku bahwa kita orang beriman, tetapi kita harus tetap bertanggungjawab dengan kesehatan kita sendiri, karena Tuhan sudah memberikan hikmat untuk setiap manusia menjaga kehidupannya.
Karena itulah, dokter dan para pakar kesehatan ada dan menolong kita sampai saat ini. Lukas adalah salah satu penulis Injil yang berprofesi sebagai tabib atau dokter. Bukan berarti kita tidak percaya mujizat. Ketika kita sakit, kita tetap berdoa dan minta tolong kepada Tuhan. Tetapi Tuhan juga memberikan hikmat dan akal budi kepada kita untuk menjaga kesehatan atau meminta bantuan pengobatan kesehatan dari orang-orang yang tahu tentang kesehatan.
Yohanes dalam suratnya yang ketiga berdoa untuk Gayus supaya dia baik dan sehat dalam segala sesuatu. Pepatah yang mengatakan “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” tidak sepenuhnya benar. Justru Alkitab mengatakan hal yang sebaliknya. “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Begitu juga kenyataannya. Orang yang ketakutan dan kuatir dalam hidup ini, justru mudah jatuh sakit. Karena itu di ayat 2 dalam bacaan kita berkata “semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.”
Jiwa akan baik-baik saja ketika roh kita ada dalam kebenaran. Yohanes mendengar bahwa Gayus memberi kesaksian yang baik dalam kebenaran. Artinya, tubuh kita yang terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh, harus sehat secara seimbang. Jika sehat, maka hidup kita akan bisa dipakai secara maksimal untuk melayani Tuhan dan berbagi hidup dengan orang lain. Walaupun kita tahu bahwa tidak mudah untuk menjaga kesehatan, tetapi sebagai orang percaya kita harus tetap berusaha.
Sekali lagi saya tegaskan, tidak mudah gereja kita mengambil keputusan dalam menghadapi situasi pandemi virus Covid-19. Di satu sisi kita diingatkan untuk tidak meninggalkan pertemuan-pertemuan kejemaatan menjelang hari Tuhan (Ibrani 10:25). Di sisi lain, pemerintah berkali-kali memberikan himbauan supaya rakyat Indonesia ikut bergotongroyong memutus mata rantai penyebaran virus ini dengan cara bekerja di rumah, belajar di rumah dan “beribadah” di rumah. Dan kita harus patuh kepada pemerintah yang berasal dari Tuhan (Roma 13:1).
Mungkin ada yang menyanggah, kita memang tidak ke gereja, tetapi kan kita tetap ke pasar karena kita perlu makan. Saya bukan pegawai negeri, jadi kalau tidak bekerja tidak dapat uang. Karena itulah diperlukan kesadaran kita bersama. Kita bisa belajar dari Italia, ketika mereka tidak mengikuti instruksi dari pemerintah, penyebaran virus itu sangat cepat. Seandainya semua rakyat Indonesia mau mengikuti instruksi pemerintah, selama dua minggu ini, maka penyebaran virus itu bisa di tekan. Mengorbankan dua minggu supaya situasi tidak semakin memburuk sudah sangat membantu banyak orang.
Tetapi keputusan tetap ada pada kita. Bukan soal beriman atau tidak (takut atau tidak, panik atau tidak), karena perdebatan teologisnya sudah sangat panjang. Tetapi soal tanggungjawab orang percaya untuk memberi kesaksian dan teladan yang baik bagi warga negara Indonesia yang lain.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 17