Keluarga Merdeka

1 Korintus 7:1-6

Menikah dan membangun kehidupan rumah tangga adalah pilihan yang cukup penting dalam kehidupan orang percaya. Bagi orang Kristen, sekali menikah untuk selamanya (sampai maut memisahkan). Jika kita memutuskan untuk tidak menikah, itu juga sebuah keputusan yang bisa kita pilih. Terkadang, keputusan untuk tidak menikah akan lebih baik, daripada menikah tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan yang diharapkan. Kita hidup berdasarkan pilihan pribadi, jangan hidup berdasarkan tekanan orang lain. Pernikahan bukan perintah, tetapi pilihan. Setiap orang bisa memilih untuk menikah, bisa juga memilih untuk hidup lajang (selibat). Karena itu, banyak orang sering membedakan antara single dan jomblo. Single itu pilihan, jomblo itu nasib.

Ketika kita memutuskan segala sesuatu, maka konsekuensi dan tanggung jawab akan mengikutinya. Keputusan kita memiliki akibat, bisa positif maupun negatif. Tetapi apapun keputusan kita, jika Tuhan memberikan kebebasan dan kemerdekaan untuk memilihnya, maka konsekuensinya juga bisa kita gunakan untuk memuliakan Tuhan. Misalnya, jika kita memutuskan untuk tidak menikah (hidup selibat), maka hal tersebut seharusnya dilakukan untuk memuliakan Tuhan.

Matius 19:12 mengatakan, “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena Kerajaan Surga. Siapa yang dapat menerimanya hendaklah ia menerimanya.” Di dalam ayat ini dinyatakan ada beberapa alasan orang harus hidup selibat. Ada yang tidak bisa memilih, tetapi ada yang bisa memilih. Kondisi kita pada saat ini pasti karena pilihan hidup dengan berbagai alasan di balik keputusan itu.

Dalam konteks jemaat Korintus, Paulus memberikan kelonggaran kepada orang percaya pada waktu itu untuk memilih, karena sedang ada penganiayaan besar terhadap orang Kristen. Di sisi lain, kehidupan orang-orang di sekitar sangat tidak bermoral. Pada saat itu, pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi sangat kuat. Kehidupan masyarakat di Korintus bercampur aduk. Karena itu, jika orang Kristen memang memilih untuk menikah, maka perlu mengikuti kaidah dan tata pernikahan yang disampaikan oleh Tuhan.

Ketika kita memutuskan untuk tidak menikah, maka kita akan lebih bebas dan merdeka. Saat ini bertebaran istilah-istilah seperti independent woman. Ketika kita memutuskan untuk menikah, maka kita sedang menurunkan tingkat kebebasan dan kemerdekaan kita. Menikah artinya mau berbagi (perhatikan ayat 3 dan 4). Ketika menikah, maka hidup kita bukan milik kita lagi seutuhnya, tetapi milik bersama. Hidup, waktu, tenaga, dll, semuanya akan terbagi. Sedangkan keperluan dan pengeluaran akan terkali. Bukan berarti kita menjadi orang yang terjajah dan tidak merdeka, tetapi kita patut membangun rumah tangga yang bisa menikmati kemerdekaan bersama.

Ketika sudah menikah maka suami memiliki hak atas istrinya, demikian juga sebaliknya. Karena itu, diperlukan kejujuran dan keterbukaan satu dengan yang lain. Pernikahan membawa dua orang yang berbeda menjadi satu dalam segala sesuatu. Jika kesatuan ini dipisahkan, maka akan banyak yang menjadi korban. Berani menikah maka harus berani dan siap untuk mempertahankan pernikahan itu, supaya tidak merusak tatanan yang sudah diberikan oleh Tuhan.

Ketika sudah menikah, hindari hidup saling berjauhan. Berjauhan bisa berarti fisik dan psikologis. Saat berjauhan, ada banyak hal yang akan muncul di antara pasangan itu. Iblis bisa memanfaatkan celah itu untuk menjatuhkan dan merusak kehidupan rumah tangga. Jika pada saat berjauhan, hidup terasa lebih merdeka, berarti sedang ada masalah di dalam kehidupan keluarga itu. Jika berjauhan dan terasa ada yang hilang, maka keluarga itu masih ada di jalur yang aman.

Di ayat 6, Paulus mengatakan semuanya itu bukan sebagai perintah, tetapi kelonggaran. Setiap orang bebas untuk menentukan keputusan. Jika memutuskan untuk menikah, maka harus bisa membangun keluarga merdeka yang bisa dinikmati bersama oleh anggota keluarga itu. Pasangan yang terbiasa terbuka dan jujur satu dengan yang lain, akan bisa menikmati hidup merdeka meskipun sudah menikah. Pernikahan tidak akan membatasi kita untuk berkarta dan melayani. Seringkali pernikahan menambah kekuatan tersendiri.

Pengkhotbah 4:9-10 menyatakan, “Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena, kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi sungguh kasihan orang yang jatuh dan tidak mempunyai seseorang untuk mengangkatnya!”

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top