Kasih Dalam Perbedaan

Yohanes 15:9-17

Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang sanggup untuk hidup sendiri, termasuk tokoh fiksi Tarzan sekalipun. Sejak manusia dilahirkan, tumbuh dewasa sampai meninggal pun, setiap orang memerlukan orang lain. Tidak ada orang yang bisa menguburkan dirinya sendiri ketika dia meninggal dunia. Bantuan dari orang lain selalu dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari keluarga, pasangan, teman, sahabat, bahkan orang yang tidak kita kenal. Seseorang yang hidup dalam kesendirian dan kesepian akan rentan terkena stres dan penyakit dibandingkan dengan orang yang hidup dalam komunitas.

Tuhan dari mulanya memang sudah menciptakan manusia seperti itu. Manusia memerlukan partner atau teman dalam hidupnya sebagai sahabat untuk berjalan bersama. Karena itulah Tuhan menciptakan Hawa untuk mendampingi Adam. Mereka ada bukan untuk saling bermusuhan, tetapi untuk saling mengasihi satu dengan yang lain. Kasih itulah yang seharusnya ditularkan kepada orang-orang lain di dunia ini.

Dunia dan seisinya membutuhkan kasih satu dengan yang lain, antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan tumbuhan, serta dengan lingkungan sekitar. Hal ini juga yang diperintahkan oleh Tuhan kepada para murid pada waktu itu dan kepada kita yang mengaku diri sebagai murid Yesus Kristus. Di ayat 12 dikatakan, “inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku mengasihi kamu.” Yesus telah menunjukkan kasih-Nya kepada para murid. Bahkan Yesus menegaskan bahwa para murid itu bukan lagi disebut sebagai hamba, tetapi sebagai sahabat.

Sahabat merupakan seseorang yang dianggap paling memahami, mampu mengasihi dalam segala situasi. Perintah Yesus untuk saling mengasihi ini bukan hanya untuk orang yang mengasihi kita. Kita bisa melihat bagaimana pelayanan Yesus yang mengasihi semua orang tanpa pilih kasih. Bahkan kasihnya itu “tidak wajar” secara manusia. Karena itu kita juga harus meneladani-Nya dalam mengasihi orang lain. Ini adalah perintah untuk mengasihi orang lain tanpa memandang suku, agama, status sosial maupun jabatan. Mengasihi itu menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya yang telah menjadi murid-murid-Nya.

Kita hidup di negara yang majemuk, saling berbeda dalam banyak hal. Kita ditantang untuk menerapkan perintah Tuhan ini, yaitu untuk mengasihi bukan hanya kepada orang yang mengasihi kita saja, tetapi juga kepada orang-orang yang tidak mengasihi kita. Memang lebih mudah bagi kita untuk mengasihi orang yang satu pemikiran dengan kita, orang yang satu kepercayaan dengan kita atau orang yang selalu baik kepada kita. Tanpa diminta pun, kita pasti akan mengasihi mereka dengan penuh sukacita.

Namun untuk mengasihi orang yang tidak menyukai kita, bahkan dengan terang-terangan memperlakukan kita dengan buruk karena berbagai alasan, adalah hal yang tidak mudah dilakukan begitu saja. Kasih bukanlah hal yang sekali jadi dan mudah untuk dilakukan. Kasih yang seperti ini penuh dengan tantangan dan pergumulan. Apalagi ini adalah perintah yang diberikan secara khusus oleh Tuhan Yesus.

Kasih adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan terus menerus sepanjang kehidupan kita. Kasih sejati yang harus kita lakukan dan praktekkan ini telah terlebih dulu dilakukan oleh Yesus. Kasih hendaknya diberikan sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus kepada jemaat di Roma, “hendaklah kasih itu jangan pura-pura” (Roma 12:9).

Karena kasih Tuhan, maka Tuhan berinisiatif untuk menjadi sama dengan manusia dan menebus dosa. Inilah yang disebut dengan kasih yang “tidak wajar” secara manusia. Pikiran manusia yang tidak mengenal Kristus tidak akan bisa menjangkau kasih yang seperti itu. Kasih Tuhan adalah kasih yang tanpa syarat.

Kita diajak untuk mengasihi sebagai bentuk ucapan syukur terhadap hidup yang telah dikasihi terlebih dahulu oleh Tuhan. Tanpa kasih, hidup orang percaya akan terasa hambar dan penuh dengan kepura-puraan. Sekalipun ada penolakan, kepahitan, kekecewaan, cibiran, atau kita menerima pujian, tetaplah mengasihi apapun yang terjadi. 1 Korintus 13:13 dikatakan, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih.”

Views: 208

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top