Yohanes 21:15-19
Di dalam Injil Yohanes, cukup banyak topik yang membahas tentang kasih. Salah satunya adalah teks yang kita baca dan renungkan pada hari ini. Kasih yang diajarkan di dalam Alkitab sesungguhnya berbeda dengan kasih yang dipahami pada umumnya. Kasih Tuhan tidak sama dengan kasih yang dimiliki oleh manusia. Kasih Tuhan adalah kasih yang sejati, kasih yang rela berkorban. Kasih Tuhan sangat ajaib dan tanpa syarat. Kasih Tuhan bersifat kekal dan tidak pernah berubah. Kasih Tuhan adalah kasih yang bersifat walaupun atau meskipun.
Rasul Yohanes juga dikenal sebagai murid yang paling dikasihi oleh Tuhan Yesus. Karena itulah, maka pemahaman Yohanes mengenai kasih cukup kuat dan mendalam. Yohanes bukan hanya mendengar khotbah atau pengajaran Yesus saja, tetapi ia sudah mengalami secara langsung kasih Yesus. Ia adalah saksi dari apa yang sudah dialaminya bersama dengan Yesus. Ia telah merasakan kasih Yesus terhadap dirinya yang sebenarnya berdosa dan tidak layak untuk dikasihi. Jika bukan Yesus yang terlebih dulu mengasihinya, maka ia tidak mungkin bisa mengasihi Tuhan dan orang lain.
Rasul Yohanes dalam teks ini ingin menggambarkan dan menjelaskan tentang kasih Yesus kepada Petrus. Petrus sendiri sudah berbuat dosa. Bagi Tuhan, dosa adalah hal yang sangat serius. Dosa ini yang mengakibatkan manusia terpisah dengan Tuhan. Dosa hanya bisa diselesaikan dengan hukuman mati (maut). Dosa bukan kekeliruan atau kesalahan yang kecil, yang bisa diabaikan atau dimaklumi, atau dimaafkan. Pertama kali dosa berasal dari pikiran yang pada akhirnya membuahkan tindakan yang buruk.
Beberapa tindakan buruk yang dilakukan oleh Petrus sebelum penyaliban Yesus adalah memotong telinga orang dan menyangkal Yesus. Yesus sendiri telah mengajarkan kepada para murid supaya tidak menggunakan kekerasan kepada orang lain. Orang-orang percaya diajarkan untuk mengasihi, bukan hanya kepada orang-orang yang baik kepada kita, tetapi juga kepada orang-orang yang jahat sekalipun. Petrus menunjukkan tindakan buruknya itu di hadapan Tuhan Yesus, yang pernah mengajarkan kasih kepadanya. Kita tidak tahu apa yang dirasakan oleh Yesus pada saat itu. Dia sudah mengajarkan berulang-ulang tentang kasih, tetapi murid yang diajar melanggar pengajaran itu di hadapan-Nya.
Selanjutnya, Petrus bukan hanya menyangkal Yesus, tetapi ia juga mengutuk dan bersumpah (Matius 26:74). Sebagian besar murid Yesus pergi meninggalkan Yesus, tetapi hanya Petrus yang menyangkal Yesus. Penyangkalan Petrus terhadap Yesus dicatat dalam semua kitab Injil (Matius 26:70; Markus 14:68; Lukas 22:57; dan Yohanes 18:26). Artinya, apa yang dilakukan oleh Petrus ini sangat serius. Pelanggaran itu diceritakan dan dibukakan, supaya bisa diketahui oleh semua orang, bahkan diketahui sampai sekarang. Tidak semua hal dicatat oleh semua penulis Injil. Tetapi dalam hal ini, semua penulis Injil mencatatnya. Semua orang tahu dosa serius yang dilakukan oleh Petrus. Tetapi pertobatan Petrus dari hal ini membuat semua orang terkagum dan belajar tentang kasih yang sejati.
Menyangkal Yesus adalah dosa yang sangat serius. Tidak selesai di situ, bahkan Petrus mulai kembali kepada pekerjaannya yang semula, yaitu menjadi nelayan. Petrus mencoba untuk kembali kepada kehidupan yang lama. Petrus sudah benar-benar meninggalkan Yesus.Tetapi dosa itu telah dibawa oleh Yesus di atas kayu salib dan Dia mengampuni Petrus. Hal inilah yang berlawanan dengan konsep kasih yang diajarkan oleh dunia ini. Secara duniawi merupakan kewajaran jika Yesus meninggalkan Petrus dan tidak mengampuninya. Tetapi hal itu tidak dilakukan oleh Yesus. Justru Yesus yang mencari dan mendatangi Petrus, mengampuninya dan tidak membatalkan perkataan-Nya di dalam Matius 16:18 yang menyatakan bahwa Yesus akan mendirikan jemaat-Nya di atas Petrus (batu karang) dan alam maut tidak akan menguasainya.
Tidak ada pasangan yang sempurna. Tidak ada anggota keluarga yang sempurna. Seringkali terjadi kesalahpahaman atau bahkan saling menyakiti. Jika kita tidak bisa saling mengasihi di dalam keluarga, tidak bisa saling mengampuni di dalam keluarga, maka kita pun akan susah untuk menebarkan serta menyatakan kasih kepada orang lain. Banyak kasih yang semu yang kita dapatkan. Tetapi Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memiliki kasih yang sejati. Kesadaran bahwa Tuhan telah mengasihi kita itu sangat penting, sehingga kita bisa mengasihi orang lain.
Views: 5