Jika Sudah Kehendak Tuhan

1 Raja-raja 1:28-53

Raja Daud adalah raja kedua bangsa Israel setelah raja Saul. Dia dikenal sebagai raja yang besar, yang taat kepada Tuhan. Sekalipun sempat jatuh dalam dosa perzinahan dengan Betsyeba, tetapi ketika diingatkan oleh nabi Natan, raja Daud menyesal, meminta ampun bahkan raja Daud menerima hukuman dari Tuhan melalui kematian anaknya yang pertama dengan Betsyeba. Selanjutnya diceritakan bahwa raja Daud setia kepada Tuhan sampai akhir hidupnya.

Ayat yang sudah kita baca mengisahkan tentang bagaimana raja Daud menepati janjinya kepada Betsyeba bahwa Salomo, akan menjadi raja sesudah raja Daud (ayat 30). Dia memanggil imam Zadok, nabi Natan dan Benaya bin Yoyada, dan menginstruksikan untuk menaikkan Salomo ke atas bagal betina, kendaraan raja sendiri dan pergi ke Gihon untuk diurapi sebagai raja atas Israel. Setelah semua yang disampaikan raja Daud dilaksanakan, Salomo diurapi menjadi raja atas bangsa Israel. Peristiwa ini disambut oleh seluruh rakyat dengan sukacita, sambil membunyikan suling, berjalan beramai-ramai dan berseru, “Hidup, Raja Salomo!” Demikian Tuhan berkenan kepada raja Salomo yang menjadi raja ketiga atas bangsa Israel.

Hal ini terjadi setelah Adonia meninggikan dirinya dengan berkata, “Aku ini mau menjadi raja.” Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda (ayat 5) dan mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban (ayat 9) dalam rangka merayakan pelantikan dirinya menjadi raja. Sementara mereka merayakan itu, Adonia tidak tahu kalau Salomo sudah diurapi sebagai raja Israel di Gihon. Adonia tahu setelah diberitahu oleh Yonatan (ayat 43-48). Mendengar hal itu Adonia terkejut. Rasa terkejut itu kemudian berubah menjadi rasa takut. Apalagi ketika semua undangan yang ikut merayakan pelantikannya kemudian meninggalkannya seorang diri. Adonia sangat ketakutan sehingga ia lupa bersikap layaknya sebagai kesatria. Ia malah mencari selamat dengan memegang tanduk-tanduk mezbah di kemah suci. Tradisi berlindung di kuil dengan memegang mezbah adalah tradisi bangsa-bangsa lain untuk orang yang tidak bersalah, agar tidak menjadi korban ketidakadilan. Mungkin mirip dengan aturan Taurat yang menyediakan kota perlindungan bagi orang yang tidak sengaja membunuh seseorang (Bil 35:11).

Adonia pun gagal total dalam ambisinya yang keliru. Namun, dalam belas kasihan Tuhan melalui kebijaksanaan Salomo yang baru dilantik, ia hanya menjadi ‘tahanan rumah’.  Kehidupan Adonia selanjutnya sangat tergantung pada keberaniannya untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya (ayat 52).

Dari kisah di atas, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari:

  1. Kalau Tuhan sudah berkenan sesuatu terjadi, sekalipun banyak hal yang menghalangi, hal itu tidak akan sanggup menggagalkan rencana Tuhan. Demikianlah yang terjadi pada Salomo. Ketika Tuhan berkenan Salomo menjadi raja menggantikan raja Daud, sekalipun Adonia yang sudah meninggikan dirinya menjadi raja, Tuhan bisa menggagalkannya.
  2. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak berkenan, mau berusaha bagaimanapun juga, tidak akan bisa terlaksana.
  3. Untuk meraih sesuatu, jika menggunakan cara yang salah, menghalalkan segala cara, mencari jalan pintas, itu hanya akan membawa pada kehancuran, kekecewaan dan kegagalan.
  4. Bila kita gagal meraih impian kita, cobalah selidiki apakah ada ambisi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jika ya, bertobatlah, supaya kasih setia-Nya tetap memelihara kita dan percayalah bahwa masih ada kesempatan lain yang diberikan kepada kita untuk meraih masa depan yang penuh harapan.

Tahun ini kita merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-73. Jika Tuhan berkehendak, maka Tuhan akan menyertai negara kita dan kita bisa ikut membangun negara ini. Kesejahteraan bangsa dan negara kita adalah kesejahteraan kita juga.

Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!

Views: 583

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top