Pengkhotbah 3:9-15
Manusia adalah rancangan Tuhan yang mulia. Kemuliaan manusia melebihi kemuliaan ciptaan lainnya. Manusia memiliki unsur yang sempurna, yaitu: tubuh, jiwa dan roh. Manusia juga memiliki hal khusus yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain, yaitu: akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. Dalam perjalanan waktu, manusia menyalahgunakan kehendak bebasnya, sehingga manusia lebih memilih percaya kepada Iblis daripada kepada Tuhan. Pada saat itulah, manusia jatuh ke dalam dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan usaha manusia. Itulah yang pernah dilakukan oleh Adam dan Hawa, untuk menutupi ketelanjangan mereka dengan daun ara. Dosa manusia hanya bisa diselesaikan dengan pengorbanan dan kematian. Karena itulah, Tuhan perlu mengorbankan binatang, untuk menutupi ketelanjangan mereka dengan kulit binatang itu.
Supaya manusia bisa kembali kepada kemuliaannya yang semula, maka Tuhan datang sebagai manusia. Dialah yang kemudian dikenal dengan Mesias, Juruselamat atau Anak Domba Allah yang menyelamatkan dunia. Kita perlu sadar bahwa inilah rencana dan karya Tuhan terbesar dalam kehidupan manusia, bahwa Tuhan menginginkan persekutuan dengan manusia yang sudah dikuduskan oleh darah Kristus.
Pada saat kitab Pengkhotbah ditulis, Mesias itu belum datang. Tetapi kedatangan Mesias dan pengorbanan-Nya selalu diingat dengan melakukan ritual simbolik, yaitu mempersembahkan domba di atas mezbah. Dengan cara seperti itulah, orang-orang di zaman Perjanjian Lama percaya kepada rancangan Tuhan terhadap keselamatan manusia. Pengkhotbah secara tersirat telah menjelaskan bahwa Tuhan memberikan kekekalan di dalam hati orang-orang percaya. Pada saat itu, manusia masih belum bisa menyelami pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan dari awal sampai akhir. Tetapi hari ini, kita patut bersyukur, karena Alkitab kita sudah lengkap. Maka kita bisa mempelajari, menyelami dan mengerti rencana serta karya Tuhan dalam hidup kita.
Kita diajak untuk menyadari bahwa pekerjaan apapun yang kita lakukan di dunia ini, kalau kita belum sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, maka semuanya itu akan sia-sia. Jerih payah apapun yang kita perbuat di dunia ini, kita kita belum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Roh Kudus belum ada di dalam hati kita, maka semuanya sia-sia. Jika kita tidak di dalam Tuhan, ujungnya tetap maut. Misalnya, di dalam Fil 3:8-9, Paulus menganggap bahwa hidup keagamaan yang dia lakukan secara rajin sebagai orang Yahudi, semua dilepaskan dan dianggap sampah, karena semuanya itu dilakukan tanpa Kristus dan tanpa pengertian. Tetapi, bagi orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, maka semua perbuatan kita menyertai kita sampai kematian (bdg. Why 14:13).
Dari apa yang disampaikan oleh Pengkhotbah, kita belajar bahwa, kita harus mengenal Tuhan terlebih dahulu dan percaya kepada-Nya. Kita harus yakin bahwa rencana Tuhan dalam hidup kita adalah: supaya kita diselamatkan dan kita bersaksi. Karena kita diselamatkan, maka kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan bersemangat. Kita tahu bahwa upah kita bukan hanya di dunia, tetapi juga di Surga. Apapun yang kita perbuat dan lakukan di dunia ini, kita harus melakukannya dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol 3:23). Ketika kita bekerja, seharusnya tujuan kita adalah untuk bersaksi dan memuliakan Tuhan, bukan untuk uang atau Mamon.
Sebagai orang percaya, kita memang harus bekerja dengan keras dan giat. Kita diberi akal sehat dan hikmat, supaya kita bisa melakukan segala sesuatu dengan penuh perhitungan dan pengertian. Kita juga diberi hati nurani, supaya semua yang kita lakukan tertuju untuk Tuhan. Kita bekerja keras dan giat, karena tanggung jawab kita dua, yaitu: menghidupi keluarga serta membiayai pekabaran Injil. Injil tidak bisa tersampaikan dengan efektif dan efisien, jika tidak ada dana. Diperlukan orang-orang Kristen yang kaya dan takut akan Tuhan, untuk mendukung pelayanan pekabaran Injil. Diperlukan orang-orang yang rela berkorban waktu dan pikiran penuh waktu, untuk diutus menjadi penginjil dan gembala jemaat.
Yang seharusnya membuat kita semangat untuk bekerja dan melayani adalah upah kita bukan hanya di bumi, tetapi juga di Surga. Hidup kita bisa bersukacita bukan hanya karena bisa menikmati berkat Tuhan, tetapi juga karena bisa berbagi kepada orang lain. Berkat Tuhan tidak bisa diukur dari kekayaan materi kita. Berkat Tuhan bisa diukur dari hidup kita yang bersukacita. Punya uang terbatas tetap bersukacita, karena Tuhan memberikan kecukupan. Punya uang banyak juga tetap bersukacita dan tidak khawatir, karena kita tahu bahwa uang yang kita punya bisa dipakai untuk melayani Tuhan. Sekali lagi, fokus pada keselamatan yang sudah kita dapat, fokus kepada tugas kita untuk bekerja dengan giat. Jangan fokus pada uangnya. Jangan sampai kita terjerat pada kecintaan yang sangat besar terhadap uang, karena berpotensi untuk menjadi akar kejahatan (1 Tim 6:10).
Views: 6