Galatia 5:6-15
Bagi orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus, hal bersunat atau tidak bersunat tidak memiliki arti apapun. Jika ada orang Kristen melakukan sunat karena alasan kesehatan, hal itu tidak menjadi soal. Seandainya memutuskan tidak bersunat, itupun tidak masalah. Yang terpenting, tujuan orang Kristen bersunat bukan untuk memenuhi ritual ibadah tertentu. Sunat bukan syarat untuk masuk Surga, bukan kelengkapan iman.
Rasul Paulus sangat sedih dengan perilaku jemaat di Galatia. Beberapa dari mereka sudah tidak berpegang teguh pada iman yang benar. Pikiran dan perilaku mereka sudah bercampur dengan tradisi Yahudi dan hukum Taurat. Dulu, jemaat di Galatia saling berlomba dengan baik. Tetapi akhirnya mereka diajak untuk tidak menuruti kebenaran yang telah mereka pelajari sebelumnya. Ajakan itu bukan berasal dari Tuhan Yesus.
Paulus memberikan sebuah perumpamaan bahwa sedikir ragi sudah bisa mengkhamirkan seluruh adonan. Ragi diumpamakan sebagai pengajaran yang salah dan sesat, yang masuk ke dalam kekristenan. Ada berbagai macam ragi yang masuk dalam pengajaran Kristen. Di dalam Matius 13:33, dikatakan “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” Iblis mencoba untuk merusak kebenaran firman Tuhan dengan pengajaran yang salah, tetapi tidak terlalu nampak. Bukan hanya dalam hal pengajaran, tetapi juga dalam hal motivasi yang murni dalam melayani serta moralitas yang tinggi. Orang percaya seharusnya memiliki standar moral yang tinggi, sesuai dengan ajaran dan teladan Yesus. Tetapi semuanya ini bisa dikikis sedikit demi sedikit, karena telah dikhamirkan oleh ragi.
Paulus sendiri masih yakin bahwa jemaat di Galatia masih memiliki pendirian di dalam Tuhan. Mereka pada saat itu memang sedang dalam kondisi bingung karena sedang dikacaukan oleh orang lain. Paulus mengecap orang yang mengacaukan mereka, bahwa orang-orang tersebut akan menanggung hukuman atas apa yang telah mereka lakukan. Paulus sangat marah dengan orang-orang yang datang dari Yerusalem serta mengacaukan pengajaran kekristenan di Galatia. Paulus ingin menyadarkan bahwa memang ada perbedaan jelas antara salib dengan sunat. Jika salib bisa dicampur dengan sunat, maka salib bukan lagi batu sandungan bagi orang Yahudi.
Orang-orang percaya memang dipanggil untuk merdeka. Tetapi jangan sampai kita mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa. Tuhan menginginkan kita untuk bisa saling melayani dengan dasar kasih. Kita telah dilepaskan dari dosa dan hukum Taurat, jadi jangan sampai terjebak lagi untuk melakukan dosa. Kita seharusnya bebas untuk melakukan segala sesuatu yang tidak memperhambakan kita. Termasuk salah satunya jangan sampai kita diperhamba oleh hal-hal yang membuat candu.
Seluruh hukum Taurat tercakup dalam firman: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Paulus mengutip hal ini karena menginginkan supaya jemaat di Galatia hidup dengan kasih kepada sesamanya, terutama saudara seiman. Jika terdapat kesalahpahaman antar sesama manusia, jangan sampai mereka saling membinasakan.
Views: 8