Kesaksian Saat Sakit (Jelajah PB 733)

Galatia 5:16-17

Ketika kita percaya kepada Yesus, maka Roh Kudus akan tinggal di dalam hati kita. Dengan demikian maka kita akan menjadi orang yang berubah, yang dulunya tidak mengejar kebenaran, sekarang giat untuk mengejar kebenaran. Roh Kudus yang ada di dalam diri kita akan menarik kita kepada pengenalan akan Tuhan. Roh Kudus itu yang membuat hati nurani kita menjadi lebih peka, sehingga kita mengetahui hal-hal yang diperkenankan oleh Tuhan dan yang tidak. Kita akan lebih kuat untuk taat dan patuh kepada Tuhan, cenderung untuk melakukan hal-hal yang benar dan bermanfaat. Kita berjalan menuju kepada hal-hal yang mulia, yang indah dan patut dipuji.

Meskipun di dalam hati kita ada Roh Kudus, tetapi tubuh kita masih tetap dan belum berubah. Tubuh kita masih dalam bentuk daging. Keinginan daging kita masih tetap berkobar-kobar. Kedagingan yang tidak terkendali itulah yang bisa menyebabkan kita kembali menuju kepada kebinasaan. Di dalam diri orang percaya, bisa terjadi peperangan rohani. Yang rohani akan menarik kita, demikian juga yang jasmani. Kondisi tarik menarik ini akan terus terjadi, sampai kita bisa mengendalikannya. Kita bisa mengendalikannya dengan baik ketika kita hidup dalam kebenaran dan mematuhi Tuhan.

Paulus memberikan penegasan supaya kita bisa hidup oleh Roh, kuat di dalam Roh. Keinginan Roh dan daging itu bertentangan, saling berlawanan. Jika kita mengikuti keinginan daging, maka kita sedang melawan keinginan Roh, demikianlah sebaliknya. Tetapi kita pun tidak diperbolehkan untuk mematikan tubuh kita dengan cara bunuh diri. Orang Kristen seharusnya memenangkan kedagingannya, mengendalikan keinginan dagingnya, bukan membunuh tubuhnya sendiri. Pada waktu kita masih ada di dunia, maka tubuh kita ini masih kita perlukan. Mungkin memang belum waktunya bagi kita untuk pergi ke Surga, sehingga Tuhan tetap menempatkan roh kita di dalam daging. Seharusnya tubuh kita bisa dipakai secara efektif untuk memberi kesaksian dan memberitakan Injil.

Meskipun tubuh kita lemah atau sakit-sakitan, tetapi jika kita memiliki komitmen untuk menajdi berkat bagi orang lain, maka hidup kita pun akan menjadi kesaksian bagi banyak orang. Orang lain bisa dikuatkan melalui kehidupan kita. Pada saat kita sakit, justru itu adalah waktu yang cukup efektif untuk kita bersaksi. Pada waktu kita sakit, biasanya ada kesempatan saudara atau teman-teman kita datang menjenguk kita. Padahal mungkin di hari-hari biasa, kita susah untuk bertemu dengan mereka. Sakit kita bisa menjadi kesempatan bagi kita bersaksi. Memang hal ini tidak lazim, karena seringkali justru ketika kita sakit, maka kita minta doa dari orang lain. Tetapi mungkin kita pernah bertemu dengan orang yang sakit, justru mereka memberi kekuatan dan nasihat kepada orang-orang yang menjenguknya. Berarti orang tersebut sedang memanfaatkan masa sakitnya untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Kita perlu terus belajar untuk mengendalikan kedagingan dan tubuh kita. Tubuh itu perlu dirawat dengan baik karena itu pemberian Tuhan. Jika tubuh itu terawat dan sehat, maka kita bisa memanfaatkan secara maksimal untuk bekerja dan melayani, untuk memberitakan Injil dan menjadi kesaksian hidup bagi orang lain yang ada di sekitar kita. Sampai pada akhirnya tubuh kita tidak bisa dipakai lagi, berarti itu saatnya kita beristirahat dari semua pekerjaan dan pelayanan kita. Mari kita terus belajar mengendalikan tubuh dan keinginan daging kita.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top