Yohanes 4:40-42
Murid-murid Yesus terkejut ketika mengetahui bahwa Yesus sedang berbincang-bincang dengan seorang perempuan Samaria. Pada dasarnya orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Meskipun orang Samaria masih keturunan Yahudi, tetapi mereka sudah tidak dianggap sebagai bagian dari Yahudi. Orang-orang Samaria adalah keturunan dari kawin campur antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Orang-orang Yahudi menganggap bahwa orang Samaria tidak bisa menjadi bagian dari mereka karena tidak murni sebagai orang Yahudi. Orang Samaria tidak murni secara Yahudi, dilihat dari suku (keturunan) maupun agamanya. Di zaman raja Zerubabel, mereka tidak diizinkan untuk ikut membangun kembali Bait Suci (Ezra 4:1-3).
Karena selalu mendapatkan hinaan, ancaman, bahkan perlakuan jahat dari orang-orang Yahudi, maka orang Samaria pun sebenarnya sangat benci dengan orang Yahudi. Mereka memilih untuk memisahkan dan menjauhkan diri dari orang-orang Yahudi sebelum dipermalukan. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ini di luar kebiasaan orang Yahudi maupun orang Samaria. Tidak pernah di antara mereka bisa bercakap-cakap, bertemu atau saling berkunjung. Inilah yang membuat para murid terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh Yesus. Perempuan Samaria sebenarnya juga heran dengan apa yang dilakukan oleh Yesus. Perempuan itu seperti tidak percaya jika ada orang Yahudi yang mau bercakap-cakap dengan dia.
Yang diajak bicara oleh Yesus adalah seorang perempuan Samaria yang memiliki perilaku kehidupan tidak baik di mata orang Samaria sendiri. Seandainya orang Yahudi tahu latar belakang perempuan Samaria ini, maka Yesus pun akan mendapatkan kecaman dari orang-orang Yahudi. Apa yang dilakukan oleh Yesus ini bisa dipandang tidak baik oleh orang-orang disekitarnya. Tetapi melalui perempuan Samaria ini, Yesus ingin memberitakan kabar sukacita kepada orang Samaria melalui perempuan ini. Yesus tahu hati perempuan Samaria itu dengan sebenarnya. Yesus sedang tidak ingin berbuat hal yang tidak baik, meskipun bisa dipandang tidak baik oleh orang lain.
Sejak semula telah diberitakan bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Mesias (Juruselamat) akan datang melalui keturunan Yahudi. Semua bangsa di muka bumi ini memerlukan Juruselamat dan memerlukan jalan supaya bisa menyembah Tuhan, Pencipta langit bumi dan segala isinya. Inilah yang mau disampaikan oleh Yesus kepada orang-orang Samaria. Mereka perlu bersukacita karena yang memberitakan semuanya ini adalah Tuhan Yesus sendiri, Sang Mesias yang dijanjikan itu. Keselamatan itu sendiri dimulai dari Tuhan. Karena itu Tuhan Yesus sengaja melintasi daerah Samaria untuk menyampaikan kabar sukacita ini kepada orang-orang di luar Yahudi.
Percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, membuat perempuan itu bisa mengenali diri sendiri serta memulihkan pengharapannya akan kedatangan Mesias. Setelah perempuan itu diyakinkan dengan imannya, maka perempuan Samaria itu menjadi saluran berkat bagi orang-orang Samaria yang lain. Perempuan yang sudah diselamatkan itu juga ingin orang-orang dekatnya diselamatkan. Iman dan semangatnya membuat perempuan itu memberitakan Injil, tanpa malu dengan kehidupannya yang berantakan. Orang yang merasa berdosa dan dipulihkan, orang tersebut akan merasa berhutang. Hidupnya dipulihkan dan penuh dengan ucapan syukur. Ucapan syukur inilah yang membuat orang berani untuk memberitakan Injil, berani untuk mengakui kesalahannya dan berani untuk melangkah menjadi lebih baik.
Jika Tuhan Yesus menghakimi perempuan Samaria itu dengan prasangka buruk, maka Injil tidak akan bisa diberitakan dan diterima oleh orang Samaria. Hal ini mengajarkan kepada kita supaya tidak selalu melihat keburukan orang lain dan menghakimi mereka. Jika kita tahu, lebih baik kita menolongnya supaya bisa keluar dari keterpurukan dan kembali kepada jalan yang benar. Resikonya, kita mungkin akan dibenci olehnya. Tetapi ada juga kemungkinan lain yang perlu kita pikirkan dan doakan, yaitu keselamatan dan perubahan hidup orang tersebut, supaya mendapatkan pengharapan dari Tuhan.
Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada kita untuk menghargai perbedaan. Yesus tidak meremehkan, tidak menganggap najis dan tidak memusuhi perempuan itu dan orang Samaria. Dia mengasihi orang Samaria, seperti Ia juga mengasihi orang-orang Yahudi lainnya. Yesus juga mengasihi perempuan Samaria itu, meskipun perempuan itu juga dipandang rendah oleh bangsanya sendiri. Itu juga yang seharusnya kita lakukan, melayani dan memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar kita tanpa menghakimi mereka, meskipun mungkin mereka orang yang berbeda dengan kita.
Views: 2