Aku adalah yang Awal dan yang Akhir

Wahyu 22:12-13

Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.

Sepertinya masalah dan tantangan semakin banyak terjadi dalam kehidupan kita, mulai dari kehidupan pribadi, pekerjaan, gereja, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk mengatasi masalah tersebut, seringkali juga muncul masalah baru. Itulah yang kita hadapi sehari-hari dan juga berita yang tersaji dihadapan kita setiap saat, setiap hari.

Ketika seseorang dalam kondisi yang sangat terjepit, ada kecenderungan untuk mempertanyakan Tuhan. “Masihkah Tuhan bekerja di zaman ini?” Tidak bisa dipungkiri, ada perilaku yang terjadi di masyarakat termasuk di dalam kekristenan, yaitu mereka masih tetap ke gereja (atau online), tetap menyanyikan pujian, tetap berdoa, tetapi dalam kenyataannya mereka mengandalkan diri sendiri. Tuhan tidak lagi berkuasa dan berdaulat atas hidupnya, karena yang berkuasa adalah uang, titel atau jabatan.

Masalah dan tekanan sangat dahsyat juga terjadi dan dialami oleh jemaat mula-mula, termasuk mereka yang pada waktu itu baru percaya kepada Yesus. Tantangan mereka adalah penganiayaan dan dikejar-kejar, bahkan untuk dibunuh. Mereka juga mempertanyakan keberadaan Tuhan. Karena itulah Tuhan menyatakan diri-Nya, “Akulah Alfa dan Omega.” Penyataan Tuhan ini menjelaskan tentang diri-Nya yang sempurna, kekal, yang menguasai seluruh waktu dan otoritas yang ada di semua ciptaan-Nya.

Pernyataan ilahi ini disampaikan kepada jemaat-jemaat yang sedang berada dalam penderitaan. Ini juga pesan yang disampaikan oleh rasul Yohanes yang pada saat itu juga sedang dalam penderitaan. Kita sebagai orang percaya dan gereja juga harus bisa menyatakan ini kepada masyarakat sekarang yang pada umumnya menderita, meskipun orang percaya sendiri atau gereja sedang dalam kesulitan atau penderitaan yang sama. Memang tidak mudah untuk melakukan itu, tapi inilah tugas kita.

Kalau kita sebagai pribadi, mulailah dari keluarga kita. Jika kita hamba Tuhan (Gembala Jemaat), mulailah dari gereja kita. Jika saat ini kita berkumpul sebagai PGID Kubu Raya, maka kita juga harus mulai dari daerah yang kita cintai ini, yaitu Kabupaten Kubu Raya. Belajar dari rasul Yohanes, meskipun kita sendiri mungkin dalam kekurangan atau tekanan, tetapi kita juga harus bisa meneguhkan orang yang yang kekurangan dan dalam tekanan juga. Gereja bahkan harus melakukan itu, memberkati orang lain meskipun kita sendiri kekurangan.

Krisis yang kita hadapi saat ini adalah krisis bersama. Kita menghadapi masalah kebangsaan, ekologi, pandemi covid-19, serta ketidaksiapan di era digital. Awalnya sama-sama susah, tetapi pada akhirnya toh bisa menyesuaikan diri, meskipun dalam keadaan yang terpaksa.

Perubahan selalu ada. Di setiap perubahan, ada masalah dan tekanan sendiri. Di awal perubahan, kita dipaksa untuk beradaptasi dan tidak mudah. Tetapi setelah terbiasa, semuanya akan kita lalui. Ketika Tuhan berkata, “Akulah Alfa dan Omega”, di satu sisi itu menunjukkan kekekalan Tuhan. Tetapi di sisi manusia, segala sesuatu ada awal dan akhir, yang berarti selalu ada harapan. Ada harapan bisa melihat pelangi setelah hujan. Ada harapan badai pasti berlalu. Sesuatu yang diawali, pasti juga ada akhirnya.

Yesus sudah selesai dengan misinya di dunia, yaitu mempermuliakan Bapa di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Bapa berikan kepada Yesus untuk melakukannya (Yoh 17:4). Di dalam hidup ini, banyak orang yang bisa lebih mudah untuk memulai sesuatu tetapi sulit untuk menyelesaikannya. Komitmen dan ketaatan Yesus untuk menyelesaikan karya penyelamatan ini mengalahkan derita dan sengsara yang harus ditanggungnya di atas kayu salib. Tuhan yang kita sembah tidak hanya berjanji, tetapi juga yang berkomitmen untuk menggenapi janji itu sampai terpenuhi. Dia tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan dan mengasihi kita, meskipun keadaan yang dihadapinya sangat sulit. Kalau Yesus tidak pernah menyerah untuk kita, seharusnya sekarang kita juga tidak mudah menyerah bagi Yesus.

Penderitaan Yesus sudah digambarkan sebelumnya di dalam Yesaya 53:3-5. Ini bukan penderitaan biasa. Tetapi Yesus mau menerima itu semua karena kasih-Nya kepada kita. Pertanyaan untuk kita, kalau kita mengakui bahwa kita mengasihi Yesus, apa yang bisa kita berikan kepada Dia? Tidak didapati kesalahan yang pernah dilakukan oleh Yesus, tetapi Dia menerima itu semua. Yesus menerima ketidakadilan dan semuanya karena kita, karena dosa dan pemberontakan kita. Dia menderita untuk orang-orang yang menghina, mengolok dan menyakiti Dia. Padahal belum tentu orang-orang tersebut mau bertobat dan percaya kepada Yesus. Tetapi Tuhan melihat bahwa manusia itu berharga.

Sebenarnya ada banyak kesempatan untuk Yesus tidak mengambil cawan itu. Ada waktu Dia lari dari penderitaan yang sangat mengerikan itu. Tetapi Dia tidak lakukan. Dia benar-benar adalah korban, seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian (Kis 8:32). Kita tidak bisa membayangkan jika Tuhan Yesus mundur di tengah jalan dan tidak bisa menyelesaikan misi penyelamatan ini. Bagaimana hidup kita ketika kita menjadi saksi bagi Kristus di dunia ini? Apapun yang terjadi pada kita di dunia ini, termasuk penderitaan kita, tidak sebanding dengan apa yang pernah dialami oleh Tuhan Yesus.

Banyak orang yang bertanya, mengapa Yesus harus mengalami semua itu? Ketika Yesus memberikan nyawa-Nya, berarti hidup kita sangat berharga, dihargai dengan nyawa yang tidak berdosa. Ketika Yesus pernah mengalami sakit, maka Dia akan tahu seperti apa rasanya manusia jika sakit.

Tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah, karena Yesus juga tidak pernah menyerah. Tidak ada alasan untuk mundur dan putus asa. Karena itu, bangun komitmen dan ketaatan, tetapi berserah kepada Tuhan dan tetap kuat dalam menghadapi apapun di dunia ini.

Views: 937

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top