Mazmur 37:37-40
Apakah sebenarnya arti ‘damai’ itu? Damai bisa berarti suasana hati yang tenang atau situasi yang tidak ada perang. Damai bukan berarti tidak ada konflik (pertentangan), tetapi lebih kepada kesanggupan seseorang untuk mengelola konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupannya. Kita bisa melihat bahwa negara-negara yang sanggup mengelola konflik dan mengusahakan perdamaian, mereka menjadi negara-negara yang maju dan sejahtera. Sedangkan negara-negara yang gagal dalam mengelola konflik di dalam negerinya, maka negara tersebut tidak mengalami kemajuan, bahkan mungkin mengalami kemunduran dan kehancuran.
Hal tersebut juga terjadi pada kehidupan kita di dalam keluarga, gereja maupun masyarakat di tempat kita tinggal.
Di ayat 37 dikatakan, “Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan;” Di ayat ini, orang yang suka damai dihubungkan dengan orang yang mempunyai sikap tulus dan jujur. Artinya sikap tulus dan jujur menjadi bagian yang sangat penting dalam diri seseorang ketika mempunyai kerinduan untuk hidup damai dan menjaga perdamaian.
Tulus berarti sikap yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi. Seseorang akan dianggap mempunyai sikap tulus jika ia mengerjakan kebaikan bagi sesama tanpa ada imbalan atau sesuatu yang diharapkan untuk kepentingan diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak tulus akan selalu mengutamakan kepentingannya sendiri. Kepentingan pribadi yang kuat akan menjadikan sesorang egois dan ingin menang sendiri. Keegoisan akan menabrak banyak hal, termasuk tidak menghormati kepentingan umum.
Jujur berarti sikap terbuka, apa adanya dan berani dalam menyatakan kebenaran. Sikap ini juga sangat penting dalam usaha perdamaian. Tanpa kejujuran, orang lain tidak akan percaya. Relasi antar manusia pada umumnya didasarkan pada rasa saling percaya. Melakukan ketidakjujuran, tidak perlu diajarkan. Melakukan kejujuran, harus diajarkan sejak dini. Kejujuran adalah keselarasan antara hati nurani, perkataan dan perbuatan.
Hoaks adalah salah satu bentuk ketidakjujuran yang mendatangkan kebencian dan perpecahan. Sifatnya yang mengadu domba akan mendorong orang untuk membenci sesamanya.
Orang yang suka damai akan mempunyai masa depan. Perdamaian memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam segala bidang. Perdamaian yang terjadi, baik di dalam keluarga, gereja maupun masyarakat, akan membuat semua orang bisa melakukan hal-hal yang positif dan berguna. Perdamaian memungkinkan orang-orang bisa saling bekerjasama mengatasi segala kesulitan untuk menciptakan hubungan manusia yang saling menguntungkan, adil dan sejahtera.
Perdamaian tidak bisa terjadi begitu saja. Kita harus bekerja keras untuk mewujudkannya dan diperlukan kerjasama banyak pihak. Apalagi setiap manusia mempunyai perbedaan satu dengan yang lain. Diperlukan sebuah visi yang jelas untuk menyamakan visi tersebut dan berjalan bersama dalam perbedaan.
Matius 5:9 mengingatkan, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Jadi, orang Kristen yang disebut sebagai anak-anak Allah haruslah menjadi pembawa damai. Hal tersebut seharusnya menjadi ciri khas kepribadian orang-orang Kristen. Dimana pun kita berada, maka kita adalah pembawa-pembawa damai tersebut.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 918