Keluaran 32:7-14
Tuhan menyuruh Musa turun dari gunung Sinai. Tuhan sangat marah kepada bangsa Israel. Tuhan bahkan tidak mau mengakui Israel sebagai umat-Nya lagi. Karena itu Tuhan berkata kepada Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya.” Baru empat puluh hari mereka terkagum-kagum kepada Tuhan, sekarang mereka membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya. Tuhan melihat sifat dari bangsa Israel, yaitu bangsa yang tegar tengkuk.
Tuhan memilih bangsa Israel bukan atas perbuatan mereka, tetapi atas janji kepada nenek moyang mereka, yaitu Abraham. Kita juga diselamatkan bukan karena kelakuan dan perbuatan kita, tetapi karena janji Tuhan: barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Tuhan memberi tawaran kepada Musa, bahwa dari Musa akan muncul bangsa yang besar, sedangkan Israel akan dimusnahkan oleh Tuhan.
Ini adalah tawaran yang baik bagi Musa. Musa mendapatkan kesempatan untuk setara dengan Abraham. Tuhan sudah berjanji kepada Abraham, menjadikannya memiliki keturuan yang menjadi bangsa besar. Musa bisa menerima itu dan mendapatkan nama besar seperti Abraham. Musa bisa saja digoda dengan hal seperti itu. Musa pasti juga sudah tidak tahan dengan bangsa Israel, yang seringkali membuat kekacauan. Hal itu sudah sering dihadapi oleh Musa selama empat puluh tahun perjalanan di padang gurun.
Respon Musa di luar dugaan. Dari respon Musa ini, kita mendapatkan gambaran terhadap Yesus Kristus. Musa menjadi seorang pengantara dan pembela bagi bangsa Israel di hadapan Tuhan. Inilah sebenarnya yang menjadi tugas imam. Yesus Kristus juga menjadi pembela kita, orang-orang yang sudah percaya kepada-Nya. Kita mendapatkan pengharapan akan keselamatan kekal di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus bersedia untuk membela kita di hadapan Bapa.
Ketika Tuhan sudah ingin menghancurkan bangsa Israel, Musa berdoa dan Tuhan menyesal. Di dalam 1 Samuel 15:29 dikatakan, “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.” Tetapi di ayat 11 dikatakan, “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja…” Di pasal yang sama dikatakan hal yang berbeda, antara Tuhan menyesal dan Tuhan tidak tahu menyesal.
Kata menyesal bisa dipakai dalam dua pengertian. Menyesal yang terjadi pada manusia, tidak bisa terjadi pada Tuhan. Menyesal pada manusia terjadi karena tidak tahu, biasanya karena salah perhitungan atau salah jalan. Karena Tuhan maha tahu, maka Tuhan tidak mungkin menyesal di kategori ini.
Tuhan dikatakan menyesal dalam aspek bahwa awalnya Ia ingin berbuat sesuatu, tetapi karena suatu hal maka Ia ingin berbuat hal yang lain. Tuhan dikatakan menyesal, ketika ada perubahan sikap dari Tuhan. Tuhan tidak berubah dalam hal sifat-Nya. Karena sifat-Nya tidak berubah, maka sikap-Nya yang bisa berubah. Misalnya: Tuhan memiliki sifat membenci dan menghukum dosa, maka jika ada orang yang berdosa, ia ada di bahwa penghukuman Tuhan. Tetapi jika bertobat, maka sikap Tuhan akan berbeda. Hal ini jelas dikisahkan tentang orang Niniwe yang mau dibinasakan tetap bertobat dan tidak jadi dibinasakan.
Views: 27