Keluaran 1:1-6
Kitab Keluaran pasti ditulis pada saat Musa masih ada di dunia ini. Diperkirakan, orang Israel keluar dari tanah Mesir pada abad ke-15 sebelum Masehi, yaitu sekitar 1.400-an SM. Para ahli sejarah dan arkeolog sering menyebut tahun 1.446 SM, sebagai tahun keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir. Diperkirakan kitab ini ditulis oleh Musa, pada saat bangsa Israel sedang berada di padang gurun selama empat puluh tahun.
Tujuan penulisan kitab ini adalah untuk melanjutkan kisah yang sudah ditulis di dalam kitab Kejadian. Kisah di kitab Kejadian berakhir pada saat keluarga Yakub berpindah tempat ke Mesir untuk tinggal di sana karena kelaparan. Sedangkan di kitab Keluaran, kisah yang dicatat menggambarkan tentang perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, menuju ke tanah Kanaan. Selain itu kitab Keluaran juga memuat hukum-hukum Taurat yang disampaikan oleh Tuhan kepada Musa. Dari satu keluarga, Israel menjadi bangsa.
Di awal kitab ini disebut kembali nama-nama yang pergi ke Mesir. Nama itu disebut satu per satu. Semuanya ada tujuh puluh jiwa. Hal ini sudah pernah dibahas di renungan sebelumnya, ketika ada perbedaan dengan pernyataan Stefanus di dalam Kisah Para Rasul 7:14, yaitu tujuh puluh lima jiwa.
Di dalam Kejadian 46:26 dikatakan, “Semua orang yang tiba di Mesir bersama-sama dengan Yakub, yakni anak-anak kandungnya, dengan tidak terhitung istri anak-anaknya, seluruhnya berjumlah enam puluh enam jiwa.” Enam puluh enam jiwa ini belum termasuk istri dari anak-anak Yakub. Sedangkan di dalam Kisah Para Rasul 7:14 tidak dikatakan tanpa istri. Jika dihitung dengan istri, akan genap tujuh puluh lima orang. Enam puluh enam orang jika ditambah dengan istri dan anak-anaknya (dua belas orang). Istri Yusuf tidak dihitung karena sudah ada di Mesir, sedangkan istri Yehuda sudah meninggal. Di Kejadian 46:10, sepertinya istri Simeon sudah meninggal tetapi ada anaknya yang lahir dari perempuan Kanaan. Enam puluh enam orang ditambah sembilan orang sama dengan tujuh puluh lima.
Setelah sekian tahun kemudian, maka Yusuf serta semua saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan mereka, mati. Yusuf yang sangat hebat itu, mengalami kematian juga. Hal ini mengingatkan kepada kita, bahwa sehebat apapun orang tersebut, ia tidak akan pernah menang dari kematian. Kematian itu masih menjadi misteri sampai saat ini. Tidak ada seorang pun yang tahu dengan waktu kematiannya. Karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa hidup kita berkenan di hadapan Tuhan. Ketika orang mengalami kematian, dia tidak hilang begitu saja. Manusia akan menuju ke salah satu tempat, antara Surga dan Neraka.
Orang yang pergi ke Surga adalah orang yang tidak berdosa. Sedangkan Neraka adalah tempat bagi orang berdosa, mengalami kematian untuk selama-lamanya. Bagaimana dengan kita? Apakah sudah memiliki keyakinan dan kepastian terhadap keselamatan? Meskipun mengalami kematian, tetapi Yusuf adalah orang yang percaya dan berkenan kepada Tuhan. Semua orang telah hidup dalam dosa. Supaya orang yang berdosa tidak masuk ke dalam Neraka, jalan satu-satunya adalah melalui Yesus Kristus.
Views: 37