Keluaran 7:1-3
Ketika Tuhan memberi kesempatan kepada Musa, Tuhan tidak pernah tanggung-tanggung. Bahkan Tuhan telah mengangkat Musa sebagai Allah bagi Firaun. Artinya, Musa mendapatkan kuasa yang sangat besar, sehingga segala sesuatu yang dikatakan oleh Musa terhadap Firaun, semuanya akan terjadi. Musa diberi kuasa untuk melakukan mujizat-mujizat yang dahsyat oleh Tuhan. Ia akan berhadapan dengan Firaun, seseorang yang sangat keras hati.
Mengenai Musa yang menjadi Allah bagi Firaun, sering disalahartikan. Ada orang yang menggunakan ayat ini untuk menunjuk Yesus, bahwa ia sama seperti Musa, yaitu manusia yang dijadikan Tuhan. Mereka menganggap bahwa Yesus Kristus seperti Musa, sesama ciptaan dan bukan Tuhan Pencipta. Tetapi hal ini jelas pandangan yang salah. Yesus Kristus bukan manusia yang dijadikan Tuhan. Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadi manusia.
Di dalam 1 Yohanes 5:20 dikatakan, “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.” Yesus Kristus disebut sebagai Allah yang benar. Musa tidak pernah menjadi Allah. Ia hanya diangkat sebagai Allah, itupun atas Firaun saja.
Harun diangkat sebagai nabi bagi Musa. Musa memang sudah beralasan tidak lancar berbicara. Karena itu, Harun akan bertugas untuk menyampaikan segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh Musa. Memang sudah dikatakan oleh Tuhan bahwa Firaun akan terus menolak permintaan dari Musa. Hati Firaun sangat keras, sehingga tidak mau membebaskan orang Israel keluar dari tanah Mesir. Orang Israel menjadi aset yang besar bagi Mesir. Orang Israel dipakai untuk membangun peradaban Mesir.
Di ayat 3, kita membaca bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun. Tuhan tidak menginginkan seperti itu di awal. Tuhan sebenarnya menginginkan orang-orang berbalik kepada-Nya. Di dalam 2 Petrus 3:9 dikatakan, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”
Kasih karunia Tuhan pernah ditawarkan kepada Firaun, tetapi Firaun menolaknya. Ketika Tuhan mengeraskan hati Firaun, hal itu tidak bertentangan dengan hati Firaun itu sendiri. Seringkali ketika ada orang yang selalu menolak kasih karunia Tuhan, pada akhirnya Tuhan membiarkan orang itu dalam kesesatannya. Hal seperti ini yang bisa diibaratkan sebagai “mengeraskan hati.” Di dalam Roma 1:24 dikatakan, “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.”
Salah satu bentuk hukuman Tuhan adalah ketika Tuhan menyerahkan orang kepada keinginan mereka sendiri. Artinya, Roh Kudus tidak bekerja lagi dalam hati orang tersebut, untuk menarik dia kepada Tuhan. Tingkatan seperti ini yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan “menghujat Roh Kudus.”
Views: 23