Cermin Sebagai Simbol Firman (Jelajah PL 375)

Keluaran 38:8-20

Sebelum masuk ke Kemah Suci, ada bejana pembasuhan. Bejana pembasuhan ini digunakan untuk menyimpan air. Air itu nanti yang dipakai untuk mencuci tangan para imam sebelum mereka mempersembahkan korban. Bejana pembasuhan itu dibuat dari cermin tembaga. Pada waktu itu belum ada cermin dari kaca. Mereka menggunakan cermin dari tembaga yang dipoles dan dibuat berkilau. Cermin itu simbol untuk menyatakan kesalahan umat.

Cermin itu juga simbol dari firman Tuhan (1:22-25). Orang yang mendengar firman tetapi tidak melakukan, seperti seorang yang sedang mengamat-amati mukanya di depan cermin. Ia tidak berbuat apa-apa ketika melihat mukanya yang kotor. Firman Tuhan sebenarnya sedang memperlihatkan keadaan kita yang sesungguhnya. Sebelum seseorang menyelesaikan dosa di mezbah korban bakaran, ia harus sadar diri terlebih dulu sebagai orang yang berdosa. Ia harus datang ke bejana pembasuhan, untuk melihat betapa kotornya dia.

Tetapi percuma jika orang hanya datang ke bejana pembasuhan, tetapi tidak datang ke mezbah korban bakaran. Orang seperti ini sudah sadar dengan kondisinya sebagai orang berdosa, tetapi dia tidak berbuat apa-apa. Ia tidak mau datang kepada Yesus Kristus untuk penyelesaian dosa. Hari ini sepertinya banyak orang tahu bahwa dirinya berdosa, tetapi tidak semua mau datang kepada Tuhan. Bahkan banyak di antara mereka yang mencoba untuk membenarkan diri atau mencari jalan lain bagi keselamatan hidupnya.

Ada orang yang berpikir, jika ia berbuat baik atau berbuat amal, dosanya bisa diampuni atau diselesaikan. Padahal segala kebaikan manusia diumpamakan seperti kain kotor di hadapan Tuhan. Ada juga yang berpikir untuk menyelesaikan dosanya dengan cara berpuasa, berdoa sungguh-sungguh, bersemedi, dll. Semuanya itu tidak akan bisa menyelesaikan dosa. Dosa hanya bisa diselesaikan dengan penghukuman mati.

Yesus sudah mengalami penghukuman itu untuk menggantikan kita. Jika kita mau bertobat dan percaya kepada-Nya, maka kita dihitung sudah mendapatkan hukuman mati itu. Yesus yang mati bagi kita, kita yang percaya akan mendapatkan keselamatan kekal.

Selanjutnya dibangun batasan-batasan Kemah Suci dan pelataran. Batasan itu dibuat dari kain lenan. Kemah Suci berada di tengah-tengah pelataran itu. Tempat untuk masuk ke pelataran juga dibatasi dengan kain-kain lain yang indah (ayat 18). Pelataran ini akan menjadi tempat beraktivitas rohani bagi orang Israel. Mereka akan melaksanakan ibadah simbolik di situ.

Kain yang dipakai tidak panjang, tetapi dibuat dari kain berukuran pendek dan banyak. Kain itu dikaitkan dengan tiang-tiang, dengan tujuan supaya lebih mudah untuk dipasang dan dibongkar. Dalam seratus hasta, ada dua puluh tiang layar. Tembaga dan perak banyak dipakai untuk Kemah Suci ini. Tembaga menjadi gambaran dari penghakiman (Wahyu 1:15). Perak menjadi gambaran dari penebusan (Imamat 5:15; Bilangan 3:48).

Views: 26

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top