Titus 2:6-8
Untuk orang-orang muda, mereka harus dinasihati supaya mereka dapat menguasai diri dalam segala hal. Jangan kita sampai ingin menguasai orang lain, tetapi tidak bisa menguasai diri sendiri. Menguasai diri sama halnya dengan mengendalikan diri. Sama halnya ketika kita mengendalikan kendaraan, maka kita mengenalikannya supaya kendaraan itu berjalan sesuai dengan yang kita inginkan, menuju kepada tujuan yang ingin kita capai. Harus dijaga keseimbangan antara rem dengan gas. Ada saatnya maju dan ada saatnya berhenti. Hal itu juga terjadi dalam kehidupan kita, terutama kehidupan anak-anak muda yang enerjik dan penuh dengan semangat. Anak muda harus selalu sadar bahwa dirinya ada di dalam Tuhan.
Paulus menginginkan Titus yang masih muda juga memberi teladan dalam berbuat baik. Sebagai orang tua, kita pun perlu memberi contoh kepada anak-anak muda, menanamkan pendidikan moral dan karakter yang baik. Titus juga diminta untuk jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajarannya. Titus harus sehat dan tidak bercela dalam pengajaran, sehingga orang-orang yang melawan atau tidak setuju dengan pengajaran Titus menjadi malu. Tidak ada hal-hal buruk yang bisa disebarkan oleh orang-orang yang tidak mendukung pemberitaan Injil. Tidak ada halangan bagi anak muda untuk berbuat baik, menjadi teladan, melayani Tuhan dan memberitakan Injil. Justru anak-anak muda memiliki kekuatan dan waktu yang lebih, untuk mengerjakan pekerjaan dan pelayanan Tuhan. Anak-anak muda memiliki ide yang kreatif dan cemerlang untuk menjadi contoh dan teladan yang baik di dalam Kristus. Itulah yang diinginkan oleh Paulus terhadap Titus. Itu juga yang diinginkan oleh Tuhan kepada kita, jika kita masih berusia muda pada saat ini.
Ketika orang tua mendidik anak, sebenarnya mereka sedang menanamkan sesuatu ke dalam diri anak tersebut. Jika didikan yang diberikan adalah baik, maka orang tua sedang menanamkan kebaikan dalam diri anak tersebut. Anak tidak bisa dibiarkan begitu saja, dianggap kalau sudah besar bisa tahu dengan sendirinya. Kita tidak bisa berpikir demikian. Segala sesuatu bisa terjadi karena diajarkan dan dibiasakan sejak kecil. Jika orang tua mengajarkan sesuatu yang baik kemudian membandingkan dengan yang tidak baik, memberitahu konsekuensi pilihan yang dilakukan, maka anak akan bertumbuh dengan hikmat dan kebijaksanaan.
Anak-anak muda juga perlu belajar untuk membiasakan diri hidup jujur. Apalagi para pelayan Tuhan atau hamba Tuhan, perlu dididik dengan kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kita harus belajar hidup berintegritas, apa yang kita katakan selaras dengan tindakan kita. Apa yang kita lakukan pada saat sendirian selaras dengan apa yang kita lakukan di depan orang banyak. Dalam hal memberi pengajaran, seharusnya itu bukan sekedar sebagai kewajiban bagi seorang pemberita Injil. Kita seharusnya mengajar dengan sungguh-sungguh, bukan dengan asal-asalan atau karena sedang mendapat giliran.
Di dalam pengajaran dan pemberitaan, harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak dicela oleh orang lain. Kita harus berusaha supaya segala sesuatu yang kita ajarkan selaras dengan kehidupan kita. Jangan sampai di suatu waktu ada orang yang mendapati bahwa pengajaran kita berbeda dengan perbuatan kita. Hal itu akan mengakibatkan kita bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Orang-orang yang tertarik kepada berita Injil menjadi tidak tertarik lagi, karena tidak ada teladan dari pengajarnya.
Views: 52