Kriteria Menjadi Gembala Jemaat (Jelajah PB 887)

Titus 1:6-9

Paulus meminta Titus untuk menetapkan penatua atau gembala di setiap kota. Hal ini sudah dipesankan terlebih dahulu, sebelum Paulus menulis surat ini. Pada prinsipnya, kriteria penatua ini sama dengan yang disampaikan di dalam surat Timotius. Para calon penatua atau gembala seharusnya adalah orang-orang yang tidak bercacat. Terutama dia memiliki nama baik dan tidak cacat secara mental atau cacat dalam kehidupan sosial. Jika orang tersebut cacat fisik, tetapi tidak menghalanginya untuk menjadi gembala, tidak terlalu bermasalah. Tetapi seorang gembala memang seharusnya bisa melakukan banyak hal dengan mandiri, sehingga pelayanannya lebih efektif.

Jika ada orang-orang yang dulu melakukan kejahatan, kemudian bertobat dan ingin menjadi seorang gembala, kemungkinan diperlukan waktu yang cukup lama untuk melihat komitmen dan kesetiaan orang tersebut. Jika dia memang bisa menunjukkan perubahan yang baik, maka tidak ada halangan bagi dia untuk menjadi gembala jemaat, tentu didukung oleh semua jemaat yang akan dilayaninya. Tetapi seandainya ada keberatan yang sah dari jemaat, mereka tidak mau menerima orang-orang yang sudah pernah melakukan kejahatan untuk menjadi gembala jemaat, maka orang tersebut juga harus menerimanya. Memang tidak mudah untuk menjadi gembala jemaat, karena tuntutan yang diberikan cukup tinggi.

Syarat yang lain, seorang gembala hanya diperbolehkan untuk memiliki satu istri. Kekristenan sangat menjunjung tinggi monogami, pernikahan hanya dengan satu pasangan. Jika ada seorang gembala jemaat yang memiliki istri lebih dari satu, kita tidak perlu mendengarkan pengajarannya, karena pasti sangat kacau. Dia sudah cacat, karena kalau melakukan hal tersebut, maka ia telah melakukan kesalahan permanen. Anak-anaknya juga menjadi sorotan banyak orang. Anak-anaknya seharusnya hidup beriman dan tidak dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. Anak-anak seorang gembala jemaat seringkali menjadi tanda terhadap keberadaan keluarga gembala tersebut. Memang jika kita menjadi gembala jemaat, kita tidak bisa menuntut anak kita seperti kita. Paling tidak, kita bisa mengajar mereka lebih baik, sebelum kita mengajar jemaat yang lain. Kehormatan seorang gembala jemaat juga akan dilihat dari kondisi keluarganya.

Sebagai seorang gembala jemaat, ia adalah seseorang yang tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh dan dapat menguasai diri. Cukup banyak kriteria dan tuntutan seorang gembala jemaat, karena itu harus mempersiapkan diri dengan baik jika ingin menjadi gembala jemaat. Tidak ada orang yang sempurna, tetapi itulah tuntutan atau kriteria yang diberikan oleh Tuhan. Jika ada orang yang mau menjadi gembala jemaat, Tuhan pasti akan menuntun dan menolongnya, sehingga ia dapat melakukan tugasnya dengan baik dan tulus hati.

Seorang gembala jemaat juga harus bisa berpegang kepada perkataan yang benar. Dia akan banyak berkata-kata dan mengajar. Karena itu perlu kehati-hatian dalam memberikan pengajaran atau berkata-kata kepada orang lain. Karena terlalu banyak berkata-kata, kemungkinan besar bisa juga salah dalam berkata-kata. Tetapi memanglah demikian, karena orang yang tidak pernah berbicara tidak akan pernah salah dalam berbicara. Tetapi orang yang sering berbicara, akan memiliki potensi yang besar untuk salah berbicara.

Views: 36

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top