Keberanian Paulus (Jelajah PB 884)

2 Timotius 4:16-22

Ketika orang-orang dekat Paulus meninggalkan Paulus pada saat Paulus sedang diadili, imannya tidak goyah sama sekali. Dia tahu bahwa semua yang dia lakukan memiliki resiko yang sangat tinggi. Tidak ada orang yang siap untuk membantu dan mendampinginya. Paulus tidak ingin bahwa kesalahan itu jangan sampai ditanggungkan kepada mereka. Paulus tahu dan memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan telah mendampinginya dan menguatkannya. Paulus menginginkan supaya Injil yang diberitakannya didengar oleh semua orang yang bukan Yahudi. Tuhan terus meneguhkan Paulus dalam segala keadaan, supaya dia tetap memberitakan Injil dengan berani.

Melalui surat-surat yang dikirim oleh Paulus, yang kita baca saat ini, seharusnya kita juga mendapatkan peneguhan. Kita seharusnya terus berani memberitakan Injil Yesus Kristus, karena memang itulah tugas kita. Kita patut berterima kasih dan mengucap syukur kepada Tuhan, karena ada orang-orang seperti Paulus yang rela untuk menderita demi pemberitaan Injil. Karena ada orang-orang seperti Paulus, maka pengajaran Yesus Kristus tetap terjaga sampai hari ini dan kita mendapatkan pengajaran itu. Pada akhirnya kita percaya kepada Tuhan dan mendapatkan pengharapan akan keselamatan kekal.

Jika Paulus berani melakukan itu semua, maka dipastikan bahwa ajaran yang disampaikan itu benar. Tidak ada orang yang berani meyakini pengajaran sampai rela menderita dan mati, jika pengajaran itu tidak benar. Rasul Paulus berkata bahwa dia terlepas dari mulut singa. Memang pada waktu itu, salah satu hukuman keji yang biasa dilakukan oleh kaisar Nero adalah melepaskan orang-orang ke kandang singa yang sedang lapar. Tetapi, karena Paulus merupakan warga negara Roma, maka ia tidak dimasukkan ke kandang singa, tetapi dihukum dengan cara dipenggal kepalanya.

Paulus memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan melepaskannya dari setiap usaha yang jahat. Tuhan mengizinkan penderitaan terjadi pada Paulus dan juga pada para rasul yang lain, supaya saat ini kita bisa belajar dari ketekunan dan ketahanan mereka. Kita harus sadar bahwa apa yang kita alami saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan yang dialami oleh para rasul dan Yesus Kristus sendiri. Karena itu, dalam setiap pergumulan kita, kita tidak perlu putus asa, karena pendahulu kita juga pernah mengalami hal-hal yang lebih menderita. Meskipun Paulus mati dengan cara dipenggal kepalanya, tetapi ia masuk ke dalam kerajaan Tuhan di surga.

Di akhir suratnya, Paulus menitipkan salam kepada dua sahabatnya di Korintus, yaitu Priska dan Akwila. Ternyata mereka pada waktu itu sedang berada di Efesus. Paulus juga menitipkan salam untuk keluarga Onesiforus. Ada nama Erastus yang ditinggalkan di Korintus serta Trofimus yang ditinggalkan di Miletus dalam keadaan sakit. Paulus meminta supaya Timotius bisa datang menemui Paulus sebelum musim dingin. Hal ini juga menandakan bahwa surat ini ditulis sekitar tahun 66 atau 67 Masehi. Di tahun 68 Masehi, kaisar Nero sudah bunuh diri.

Paulus juga menyebutkan nama yang tidak pernah disebutkan sebelumnya, seperti: Ebulus, Pudes dan Linus. Ada juga nama Klaudia serta saudara yang lain. Ini adalah nama-nama yang indah yang disebutkan dan masuk dalam kitab kehidupan, karena iman mereka. Inilah surat terakhir yang pasti sangat menguatkan Timotius dan seharusnya menguatkan kita juga. Ajarkanlah yang benar dan nyatakanlah yang salah, itulah tanggung jawab kita untuk meneruskan berita Injil kepada semua orang.

Views: 23

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top