Musik dan Rumah Tangga (Jelajah PB 762)

Efesus 5:17-24

Kita selalu dinasihatkan supaya tidak menjadi bodoh. Orang yang percaya Tuhan seharusnya menjadi orang yang pintar dan penuh dengan pengertian terhadap kehendak Tuhan. Kita tidak diperbolehkan mabuk, oleh anggur maupun oleh hal-hal lain yang memabukkan. Kemabukan itu menimbulkan hawa nafsu. Hal itu menjurus kepada hal-hal cemar. Hendaklah kita penuh dengan Roh. Penuh dengan Roh artinya dikuasai penuh oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah Pribadi Tuhan.

Firman Tuhan sengaja membandingkan, ada orang yang dikuasai oleh alkohol, sehingga ia mabuk. Ada orang yang dikuasai penuh oleh Roh Kudus, sehingga ia berpengertian terhadap kehendak Tuhan. Kita bisa tetap dikuasai penuh oleh Roh Kudus ketika kita taat kepada-Nya, taat untuk melakukan semua firman Tuhan. Semakin kita taat maka kita semakin penuh dikuasai oleh Roh Kudus. Jika kita berkata-kata, kita bisa berkata-kata dalam mazmur, kidung puji-pujian (himne) dan nyanyian rohani. Kita diajak untuk bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati.

Meskipun demikian, kita perlu berhati-hati dengan apa yang kita nyanyikan. Kita juga perlu berhati-hati dengan jenis musik, karena jenis musik itu ternyata tidak netral. Nanyian yang kita sampaikan seharusnya berupa pujian dan pengagungan kepada Tuhan. Jenis musik yang dipakai juga seharusnya berbentuk pengagungan atau penyanjungan kepada Tuhan, bukan untuk kenikmatan diri sendiri. Lagu kebangsaan Indonesia Raya memiliki jenis musik himne. Jika dinyanyikan dengan aransemen dan jenis musik yang sesuai, akan membuat postur tubuh kita memiliki sikap hormat. Berbeda jika lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan jenis musik dangdut atau rock, maka susah untuk memposisikan sikap tubuh hormat.

Kita terus diingatkan untuk senantiasa mengucap syukur atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, kepada Tuhan dan Bapa kita. Kita juga diajar untuk merendahkan diri di hadapan orang lain di dalam takut akan Kristus. Dengan demikian kita akan menjadi orang Kristen yang baik dan benar.

Di ayat selanjutnya, Paulus mulai mengajarkan tentang kehidupan rumah tangga. Istri-istri diperintahkan untuk tunduk kepada suaminya, seperti kepada Tuhan. Alasannya, suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Mungkin hal ini sulit untuk diterima oleh sebagian besar perempuan di dunia ini. Tetapi inilah firman Tuhan yang seharusnya ditaati. Jika kita tidak bisa mentaati hal ini, maka kita pun tidak akan bisa mentaati firman Tuhan yang lain. Sebenarnya aturan di dalam rumah tangga ini berbanding lurus dengan aturan di gereja. Apalagi di ayat 32 disimpulkan dengan jelas bahwa kehidupan rumah tangga ini adalah rahasia yang besar, yaitu hubungan antara Kristus dengan jemaat.

Istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri bukanlah budaya atau adat istiadat orang Yahudi. Ini adalah aturan yang Tuhan mau, selagi masih ada keluarga di muka bumi ini. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami, harus tunduk dalam segala sesuatu. Jika seseorang ingin menikah, maka hal ini perlu diperhatikan terlebih dahulu, perlu dipikirkan matang-matang. Jika tidak mau menuruti hal ini, sebaiknya tidak usah menikah. Inilah aturan pernikahan, yang pastinya dibuat untuk kebaikan keluarga Kristen.

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top